[8] UNBELIEVE

570 114 10
                                    

Membaca isi pesan yang masuk, dapat membuat ia berpikir keras. Lalu, sebuah perasaan bersalah hadir dalam diri. Kemarin, menghardik Code dan Hinata habis-habisan. Dua orang itu bersimpuh di lantai, sementara ia berdiri memandang, sembari melempar tatapan peringatan. Tidak ada yang lebih kesal, ketika mengetahui betapa cerobohnya dua orang itu.

Tanpa mengindahkan apa pun, Naruto meminta Code kembali mengambil mobilnya dengan berjalan kaki dari Odegawa ke Tokyo. Karena terlanjur kesal, ia juga mengerjakan pekerjaan kantor sendirian, pula mengambil alih pekerjaan yang ia berikan pada Hinata selama magang. Selama dia sibuk dengan komputer, gadis itu bergeming di sudut ruangan ̶ ̶ terlihat ingin berbicara padanya. Namun, terus terang Naruto menolak, bahwa dia tidak ingin diganggu.

Netranya menangkap Code yang baru saja mengalihkan muka. "Apa yang kau lihat!"

"Tidak ada," kata lelaki itu. Kedua tangannya menari-menari di atas papan tombol.

Tengah memicingkan mata, terlihat jelas kalau lelaki itu berpura-pura sibuk. Naruto mendengkus kesal, lalu kembali pekerjaannya.

"Hyuuga sakit."

Tidak ada respons, namun tahu kalau lelaki pirang itu mendengarkannya. Sudah cukup lama ia bekerja sama dengan lelaki menyebalkan itu. Code hanya bisa mengumpat saat ketidakpekaan itu ditutupi untuk berdalih. Ia menghela napas, jika meninggikan ego pada Naruto akan sia-sia.

Menarik kursi putar agar lebih dekat. "Jangan mengabaikanku," katanya. "Apa Anda tidak merasa bersalah sedikit pun? Jika Anda menghardik, bagiku sudah biasa. Mungkin ... anak magang itu sakit karena kemarin Anda menghardiknya habis-habisan."

Tangannya berhenti di atas papan tombol. Code memperhatikan ekspresi tengah bingung melanda, jarang sekali menemukan respons yang teramat jelas dari lelaki pirang nan menyebalkan itu.

Sempat berpikir, bahwa perasaan itu timbul karena Hinata Hyuuga adalah seorang gadis yang tidak pernah mendapatkan hardikan dari orang terdekat. Ia hanya menyimpulkan demikian, sebab ada beberapa orang yang memang mentalnya tidak kuat jika mendapat hardikan.

"Anggap saja melatih mental." Acuh tak acuh dirinya, melirik pun melihat bagaimana rekasi lawan bicara,

Code memandang datar. Ini terlihat jelas, bahwa tidak bisa disembunyikan ekspresi tengah khawatir di sana. "Apa boleh buat kalau sudah begini." Mengedikkan bahu, dia mendorong kursi agar kembali ke meja kerja. Sudut bibirnya terangkat, karena berhasil menyentuh lelaki pirang itu gelisah dengan ucapannya.

◊◊◊◊

Shimamaki, Distrik Shimamaki, Jepang.

Ponsel diapit di antara telinga kanan dan bahu. Mengambil satu buah kotak susu dari dalam kulkas untuk dituangkan di gelas. Sekali-sekali mata melirik ke arah wanita paruh baya tengah merakit bunga hidup yang dibawa kemarin.

"Kemarin, Itachi memberitahu padaku." Menarik kursi untuk mengambil duduk. Ia menggenggam ponsel dengan tangan kananya. "Meskipun tidak menimbulkan efek apa pun karena luka ringan, mungkin tidak sembuh todal."

Walaupun mereka memiliki kekuatan menyembuhkan, bukan berarti si pengguna dapat melakukan penyembuhan sesuka hati pada diri mereka. Berbeda saat menyembuhkan orang lain, mereka hanya bisa menyembuhkan empat puluh persen untuk diri mereka sendiri. Oleh sebab itu, untuk menyembuhkan luka sendiri secara total, mereka harus meminta pengguna lain untuk mengobati mereka.

Seperti halnya saat Hinata menolong Naruto kecelakaan, maka Neji yang harus turun tangan untuk menyembuhkan adiknya. Dampak akan jauh lebih terasa saat mereka menyembuhkan orang yang terluka parah. Jika tidak dapat dikontrol dengan baik, luka korban bisa pindah ke mereka.

UNBELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang