Seingat Hinata, ia tidak pesan makanan apa pun hari ini untuknya. Pula, sang kakak sudah menyiapkan bahan baku makanan di dalam kulkas. Kedatangan pengantar makanan dari toko sushi, membuat dirinya dilanda kebingungan sejenak. Netranya menangkap dua kotak bungkus yang diantar oleh petugas.
"Sepertinya Anda salah alamat."
Lelaki itu memeriksa catatan di tangan kanannya. "Tidak, ini tertulis dengan jelas. Anda Hinata Hyuuga, 'kan?"
Menarik catatan itu tanpa mengindahkan. Ternyata petugas pengantar makanan itu benar. Ia memberikan catatan itu kembali, dan menerima dua kotak makanan. "Terimakasih," katanya.
Dia tidak memakan langsung, memilih meletakkan di atas meja makan. "Ini mencurigakan," gumamnya. Siapa pun akan merasakan hal serupa bila berada di posisinya. Sudah jelas ia tidak menghubungi kedai sushi. "Bagaimana kalau makanan ini ada racun di dalamnya!"
Tengah sibuk berdebat dengan isi kepala. Dialihkan dengan cepat saat ponsel berdering. Tanpa melihat siapa yang menghubungi, ia menjawab panggilan tersebut. Hinata bergeming, ketika mendengar suara deham yang cukup familier mengganggu telinga. Itu suara Naruto.
"Apa kau sudah menerima paket itu?" Suara itu terdengar tengah menahan malu untuk mengungkapkan dari seberang ponsel. Mata Hinata memandang bergantian pada dua kotak sushi di atas meja. Sepertinya, sekarang ia tidak perlu mencurigai siapa pengirim sushi tersebut.
"Ah ... ya, terimakasih atas kiriman Anda. Tetapi, untuk apa?"
"Sudah aku katakan untuk tidak bersikap formal," kata lelaki itu dengan ketus. Naruto berdeham, menggosok tengkuk lehernya. Ia memberi tatapan peringatan saat Code tengah tergelak memandangnya. "Aku dengar kau sakit, apa sekarang kau merasa lebih baik?"
Gadis itu berkedip, cukup lama memahami setiap kata dari mulut lelaki itu. "Ah, ya. Tetapi aku masih bingung dengan semua ini. Apa kau merasa khawatir padaku? Kau tidak perlu mengirimkan makanan jika merasa demikian."
Genggaman ponsel semakin kuat, menggeram dalam diam. Code terperangah melihat perubahan ekspresi lelaki pirang itu. Sudah ia duga, kalau Hinata Hyuuga sepertinya sangat lambat dalam menyadari situasi. "Kau pikir aku benar-benar mengkhawatirkan atas tindakan kecerobohanmu sendiri?!" hardiknya. "Jangan terbawa perasaan. Kalau kau tidak mau, buang saja makanan itu ke dalam sampah!"
"Tidak! Bukan seperti apa yang kau pikirkan, sungguh aku minta maaf," Gadis itu panik ketika salah dalam memilih kata. Seharusnya dia benar-benar harus bersikap formal untuk menghadapi Naruto Uzumaki. "Ini sushi mahal, akan sangat sayang dibuang."
"Apa?" Naruto mengernyit bingung, memandang ke arah Code yang berbalas memandang balik bingung.
"Iya, tidak baik membuang makanan. Apa pun alasanmu mengirim makanan ini kepadaku, aku benar-benar sangat senang karena ada orang yang mengkhawatirkanku. Terimakasih untuk sushi-nya, lain kali aku akan mentraktir makanan untukmu."
"Kenapa dimatikan!" Code tidak percaya saat ponsel dimatikan secara sepihak. Memandang lelaki pirang itu bergeming ke arahnya. "Ah ... padahal kita patungan membayar sushi itu."
"Ambil ini," Naruto mengembalikan uang yang diberikan oleh lelaki itu. "Mau bagaimana lagi, dia menganggap aku yang memberikannya. Kau tidak perlu ikut membayar."
"Eh, apa?"
Uang itu lebih banyak dari jumlah yang diberikan sebelumnya. Keningnya mengernyit bingung memandang lembaran yen di atas meja. "Ini terlalu banyak Naruto-san," kata Code. Namun lelaki pirang itu tidak mengindahkan ucapannya. Naruto memilih keluar ruangan, meninggalkan ia sendirian di sana dengan penuh kebingungan. "Apa yang terjadi padanya, atau ... ah, sepertinya ada sesuatu yang baru saja terjadi."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNBELIEVE
FanfictionKetika dia selamat dari kecelakaan, tanpa ada luka sama sekali, orang-orang menganggap bahwa itu merupakan suatu keberuntungan. Namun tidak bagi Naruto, meskipun saat itu dia sedang mabuk. Mata masih sempat memandang seorang gadis tengah menolongnya...