Flashback
Hari-hari Taeyong menjadi lebih sunyi sejak kedua anak manis dan lucu pergi ke tempat mereka melanjutkan pendidikan. Rasa kesepian Taeyong menjadi berlipat ganda karena Sungchan yang sekarang jarang berada di rumah. Putranya yang sedang dalam masa pubertas itu lebih betah berada di luar rumah bersama dengan teman-temannya. Menikmati waktu mereka untuk bersenang-senang.
"Ahh Yuta juga sedang ke luar negeri ... Aku harus apa..." lenguh Taeyong yang masih berguling-guling diatas kasur, "Apa aku jalan-jalan saja? Ah tapi malas kalau hanya sendiri ... Jadi aku harus apa?" rengek Taeyong lagi.
"Mommy?" suara Sungchan yang memanggilnya dari luar pintu kamar membuat Taeyong langsung bersemangat dan bangkit dari acaranya berguling-guling di kasur.
"Kau sudah pulang sayang? Mau makan?"
"Tidak mom. Aku akan pergi lagi setelah ini. Aku izin tidak pulang ya mom"
Melihat Taeyong yang sudah menatapnya sendu dengan manik bulatnya yang sudah berkaca-kaca itu membuat Sungchan tidak berdaya. Ia tidak bisa jika mommy nya sudah bersikap seperti itu, "Mommy ..."
"Tidak bisakah Chanie menemani mommy? Kamu kan baru balik dari Osaka kemarin, masa sekarang ingin meninggalkan mommy lagi sendirian disini?" Sudut bibir Taeyong melengkung ke bawa dengan mata bulatnya yang sudah berkaca-kaca itu membuat iman Sungchan goyah. Ia tidak untuk tidak menjadi anak pembangkang kali ini, "Baiklah"
Lagi dan lagi Sungchan hanya bisa mengalah dari jeratan tatapan mata itu. Di dalam hati mencoba memahami kalau sang mommy merasa kesepian sendirian di rumah belakangan ini karena orang-orang pada sibuk dengan kegiatan mereka.
Jawaban dari Sungchan membuat Taeyong bahagia, ia langsung memeluk putranya dengan erat, "Jadi ayo kita berdua melukis, kali ini terserah Chanie mau melukis di mana. Sepatu, baju, tas atau apapun itu tidak masalah. Ah tapi jangan melukis di tembok kamar kamu ya ... Kali ini harus di studio lukis mommy" Taeyong mengajak Sungchan untuk masuk ke dalam ruang seninya dan menyuruhnya duduk serta dirinya mengambil alat-alat lukis yang diperlukan.
"Mommy, ini?" tanya Sungchan ketika ia melihat ada sebuah lukisan yang belum selesai oleh Taeyong. Namun dari siluetnya bisa dilihat kalau itu menunjukkan empat orang anak laki-laki
"Oh itu? Belum selesaii" jawab Taeyong yang masih sibuk dengan peralatan lukisnya.
"Bagaimana menurutmu?" tanyanya ketika sudah sampai di sebelah Sungchan yang masih menatap lukisan itu dengan intens.
Sungchan tidak bohong kalau hatinya ikut terasa sakit melihat lukisan yang diyakini sebagai gambar dari dirinya bersama dengan saudara-saudaranya yang lain. Andai saja mereka bersama mungkin akan bahagia seperti di dalam lukisan, "Mommy ... Apa tidak ada keinginan untuk bertemu dengan mereka? Chanie tahu kalau mommy merindukan mereka"
Ucapan Sungchan itu mampu membuat Taeyong meneteskan air mata. Dia bukannya tidak mau untuk pergi menemui Mark dan Jeno, ia hanya takut akan apa yang dihadapi nantinya, "Bagaimana kalau ternyata kalau mereka malah membenci mommy? Mommy sudah meninggalkan mereka salama belasan tahun"
"Sungchan yakin mereka pasti tidak seperti itu mom ... " tangan besarnya menghapus tetesan air mata yang ada di wajah Taeyong dan memberikan mommy-nya sebuah dekapan hangat yang selalu menjadi sandaran Taeyong ketika dia lelah.
Membuahkan satu perasaan senang dan lega dalam diri Taeyong. Putranya kini sudah dewasa, sudah bisa untuk diajak berbagi perasaan dan hal-hal yang selama ini hanya bisa Taeyong simpan sendiri. Bahkan untuk Yuta sendiri pun Taeyong tidak mengatakan ketakutannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JaeYong Family : Long Slow Distance [END]
Fanfiction~Sequel from Monochrome~ ⚠️Homo - M-preg - Cheating ⚠️ Tetap divote, comment, sama kalau ada saran dan masukan silahkan ya, walaupun udah end^^ Dari kegelapan tersimpan sebuah harapan akan cahaya yang menampakkan sinarnya. Dengan harapan jika sinar...