Back to my life

10 2 2
                                        

Waktu sudah berjalan sekitar 2 tahun, sejak kunyatakan perasaanku pada Jimin. Waktu yang cukup panjang memang. Dari hari itu pun, aku tidak pernah berani sama sekali untuk menghubunginya. Entah kenapa, aku merasa seharusnya bukan aku yang menghubunginya lebih dulu.

Aku yang digantung, masa aku yang mencari cari dia duluan?

Selama 2 tahun ini pun, aku sibuk memperbaiki diriku sendiri. Bahkan sempat aku hampir bisa melupakannya. Namun, seakan takdir bermain-main denganku. Yang tadinya aku sudah mulai bisa melupakan Jimin, dengan kejamnya dia datang ke kehidupanku sekali lagi.

Dan sinilah kita sekarang, berbagi bangku yang sama sambil melihat keindahan sungai han di sore hari.

Belum ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir masing-masing. Mungkin karena pertemuan yang terjadi begitu tiba-tiba. Dua jam lalu dia menghubungiku, katanya ada yang ingin disampaikan padaku.

Tentu saja, tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakannya. Berteriak senang dalam hati karena kupikir, akhirnya perjuanganku selesai sampai di sini. Tapi, nyatanya..

"N-noona?"

aku bisa mendengar suaranya sangat bergetar saat berucap. Walau hanya sepatah kata saja. Jadi, kugenggam tangannya menenangkan sambil melihat dari bawah wajahnya yang menunduk

"Iya, Jim. Bilang saja"

Dia masih belum mau membuka mulutnya lagi.

Aneh

kenapa Jimin jadi seperti ini?

apa ada dia ada masalah?

Aku hanya bisa menimang-nimang apa yang sedar dipikirkannya saat ini. Terlalu takut untuk bicara lebih lanjut karena bisa saja salah ucap mulutku ini. Alhasil aku hanya menepuk punggungnya lembut lalu berkata "bicara saja padaku kalau kau sudah siap. aku dengarkan"

Setelah aku bicara begitu dia langsung mendongakkan kepalanya dan menatapku dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Noona" panggilnya agak tegas dengan mata sayunya

"A-anu aku cuma ingin bilang, aku tidak tahu kapan rasa ini datang tapi, setelah aku memikirkannya berkali-kali akhirnya aku sadar.. kalau"

APA?!! JIMIN AKHIRNYA?!!

aku sudah ingin menitikkan air mata saat itu. Aku bertanyapada benakku, apakah Jimin akhirnya menerima perasaanku?

Apakah akhirnya dia sadar akan perasaanya terhadapku?

Apa semua penantianku selama ini akan berakhir di sini?

Jimin benarkah itu?

Jantungku sudah berdetak tidak karuan karena kalimat yang barusan Jimin lontarkan. Diriku menanti nanti kalimat selanjutnya yang akan mengakhiri semua kebingungan ini. Jimin melirikku, terlihat ragu untuk mengatakannya. Alhasil, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Akhirnya, saat Jimin berkata lagi yang terucap adalah..




























"Noona adalah teman terbaik yang sudah mau menerimaku apa adanya" katanya dengan senyum terindahnya padaku. Menampakkan lesung pipinya yang indah di kedua sudutnya.

Hatiku mencelos, haha dua tahun ini apa yang kuharapkan darinya? Kalau akhirnya hanya dianggap teman. "Haha iya, Jim. Buatku ngga ada alasan buat ngga nerima kamu apa adanya. Kamu baik banget jadi aku sebagai teman sudah seharusnya gitu kan haha" kataku dengan menahan panas di mataku.

"Noona, sebenarnya aku ingin mengenalkan padamu seseorang. Dia sangat mirip sekali denganmu, baik juga jujur dengan perasaannya. Aku pikir itu kau saat pertama kali bertemu dengannya. Aku selalu teringat padamu saat bersama dengannya. Jadi, aku menemuimu. Aku rindu padamu, Noona. Makanya aku mendekatinya dan akhirnya kita menjadi sepasang kekasih haha" katanya yang langsung tersipu malu

Sedangkan aku, sejak tadi setengah mati menahan untuk tidak menangis di hadapannya. Tidak, tidak untuk saat ini. "Iya Jim, congrats yaa. Kamu udah nemuin wanita pilihanmu. Jaga baik-baik oke?" kataku berusaha kuat

"Siap dong~ ngga bakal dilepas. Noona tenang aja" katanya dengan senyum masih terlukis indah di wajah riangnya

Aku senang,

Aku senang jika Jimin senang

Tapi hatiku tidak bisa berbohong,

Sakit juga di dalam sini

Sampai aku tidak sadar satu bulir air mataku turun begitu saja. Pertahananku yang kutahan sedari tadi akhirnya runtuh juga.

"Noona? Heii... kenapa menangis? Saking terharunya ya? Ahaha sudah sudah aku sekarang di sini untuk menampung semua kebahagiaan kita"
Jimin berkata sambil menarikku ke dalam dekapannya.

Sangat erat.

Begitu erat.

Ini yang aku butuhkan sejak dulu,

Pelukanmu Jim.

Kenapa aku bisa mendapatkan ini setelah kau menjadi milik orang lain?

Kenapa?!

Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya berusaha untuk diam meredakan tangisku yang semakin mengiris hati. Menghirup banyak-banyak aroma Jimin saat aku masih di dekapnya. Aku tidak ingin lupa. Ingin terus mengingatnya. Wajah,  aroma, kelakuannya, senyumnya aku ingin ingat.

Jimin

I love you

Kurasa begini sudah cukup untukku. Kau ditakdirkan bukan untukku. Kau bahkan baik-baik saja tanpaku. Mungkin memilikimu adalah suatu hal yang sangat mustahil untukku kumiliki. Meski begitu, tidak buruk juga bisa menjadi teman yang mengisi hari-harimu dulu dan sekarang.

Aku akan tetap mencintaimu Jim






























- not bad end

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT BAD [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang