13

15 2 0
                                    

Aku kembali ke kelas dengan perasaan kesal. Tentu saja, siapa yang tidak kesal ditinggal sendirian seperti itu. Jatuh sudah imageku di depan Jimin karena kesal dengan mereka.

Bahkan sampai ujian berlangsung pun aku berpura-pura tidak mendengar saat mereka memaanggilku. Salah sendiri berbuat seperti itu kepadaku. Walaupun pada akhirnya karena tidak tahan aku tetap menanggapinya.

Terlalu baik? Oh itu aku


Hari ini sudah hari terakhir ujian artinya, kami akan segera terbebas dari belenggu puluhan soal yang mengerika itu. Karena jenuh belajar terus di kelas, kami pun memutuskan untuk belajar di depan kelas sambil mengamati kelas lain dari balkon.

Aku sudah tahu di kelas mana Jimin ujian. Tapi, aku tidak yakin apakah itu dia atau bukan. Karena yang terlihat dari sini hanya punggungnya saja ditambah rantin pohon yang menghalangi pandanganku. Rasanya ingin aku terjuj ke bawah sana dan memangkas rantingnya, tapi tidak mungkin kan aku bukan spiderman yang bisa meloncat indah dan terbang kesana kemari sesuka hati.

Sambil menunggu guru pengawas datang kami sengaja belajar di luar juga faktor kelas yang ramainya bak di konser BTS membuatku dan teman-temanku tidak bisa fokuss menghafalkan materi. Aku hanya membaca ulang dan mengingat-ingat setiap katanya sambil terus melihat ke bawah mengamati kelas 11-A tempat Jimin berada.

Hanya mengandalkan ketajaman mataku, aku menatapnya berharap ia akan berpaling dan menemukanku di sini. Gemas sendiri sebab sedaritadi ia hanya diam tidak mengeluarkan buku atau apaun hanya melihat ke depan dan sesekali berbincang dengan adik kelas di sampingnya.

Melihatnya tertawa lepas saat berbincang dengannya membuat senyumku mengembang dengan sendirinya. Sesekali kualihkan pandanganku dari buu yang kupegang lalu kembali mengamatinya dengan cermat. Sampai aku tak sadar karena terpaku dengan bentuk lehernya yang indah, dia berbalik ke arahku. Bukan berbalik lebih tepatnya, kepalanya menengok tepat ke arahku.

Aku jadi gelagapan sendiri karena tertangkap basah sedang mengamatinya sambil tersenyum tidak tahu ada apa. Sepertinya, dia sadar sedaritadi kupandangi terus aku jadi merasa bersalah sudah membuatnya tidak nyaman.

"EH WOI! BU CHA RYEONG DATENG WOI!! MASUK! MASUK CEPET!!" Teriak Woo Young histeris. Lalu kami pun langsung masuk ke kelas. Untung saja bu Cha Ryeong datang jika tidak, aku mungkin sudah mati membeku ditatapnya terus seperti tadi. Jadi tadi, setelah jimin menolehkan kepalanya ke arahku dia tidak berpaling sama sekali dan terus menatapku.

Aku hanya menunduk lalu membalikan badanku membelakanginya dan berpura-pura membaca materi padahal dalam hati sudah ingin teriak saja. Lalu saat Woo Young teriak begitu aku langsung berdiri tegak dan melihat ke arah kiri dan benar bu Cha Ryeong sudah tiba. Kusempatkan menoleh kembali untuk melihat Jimin. Tidak terduga sama sekali.

Saat aku menoleh kami langsung bertatapan. Serasa mendapat telepati aku habis menoleh dan diapun juga habis menoleh. Luar biasa. Jadi seperti ini rasanya memiliki orang yang dengan ikatan batin yang bisa kukatakan kuat?

Hah apaan sekali aku ini!

Kami bersitatap cukup lama karena aku yang membeku ditambah lagi aku tidak ingin melewatkan melihat mataa hitam kelamnya yang membuatku jatuh cinta. "Kyung ngapain? Masuk cepet" ucap Min Dae sambil menarik tanganku untuk masuk ke kelas.

Selama ujian entah kenapa aku selalu terbayang senyumnya tadi. Manis sekali. Sampai matanya menghilang membentuk garis bulan sabit dan lesung pipi di satu bagian pipi yang mengembang. Menambah kesan teduh di wajahnya.

Aku sempat merasa bahwa sepertinya dia dilahirkan sebagai malaikat karena begitu indah dan baiknya dia. Ah tapi, jika begitu aku tidak mungkin bisa memilikinya. Bagaimana mungkin malaikat dengan manusia penuh dosa sepertiku?

NOT BAD [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang