Tak Berpaling

56 8 8
                                        

Esoknya, aku memulai misiku untuk mencari tahu asal-usul pria itu. Dengan sengaja berangkat lebih pagi berharap akan bertemu pria itu.

Namun, nyatanya tidak semudah itu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aku berangkat lebih dulu darinya atau memang dia bukan tipe siswa yang suka berangkat pagi ke sekolah.

Saat di dalam sekolah pun aku terus berusaha mencarinya. Seperti saat istirahat, aku mencoba mencarinya di kantin. Pikirku, kantin adalah tempat berkumpulnya para siswa saat jam istirahat jadi pasti mudah menemukannya. Akan tetapi, aku tidak menemukannya.

Aku mulai lelah mencari pria itu yang tidak menampakkan batang hidungnya setelah kegiatan sekolah kemarin.

Sampai saat pulang sekolahpun aku masih berusaha mencarinya. Berharap bisa melihatnya sekali lagi. Kuedarkan pandanganku ke segala arah untuk mencari dimana keberadaan sosok manis itu.

Tapi lagi. Aku tidak menemukannya.

Aku sudah lelah mencarinya seharian ini tapi tak menemukan hasil apapun. Tapi nyatanya, aku tetap mencarinya di esok hari, esoknya lagi, lusa, lusanya lagi, lagi, dan lagi.
.
.
.
.
.
Setelah beberapa waktu berlalu, tiba waktu saat aku akan segera menghadapi ujian tengah semester. Aku mulai melupakan sosoknya. Aku hanya fokus pada mata pelajaran yang akan diujikan.

Dan akhirnya, hari ini ujian tengah semester pun dilaksanakan. Biasanya jika musim ujian begini sekolahku akan mengacak kelas dan mengumpulkan angkatan yag berbeda untuk melaksanakan ujian di satu ruangan yang sama.

Jadi, semisal di kelas 12-A itu ruangan untuk kelas 11-C absen 1-18 dan kelas 12-B absen 17-36. Absen 18-36 kelasku menempati kelas 13-A untuk mengadakan ujian. Kelasku 12-F berpasangan dengan kelas 11-C.

Saat hari H tiba, aku memasuki kelas lebih pagi dari biasanya. Karena aku harus belajar lagi dan sambil menunggu teman-temanku datang. Tidak lama mereka datang dan kita pun belajar bersama.

Oh iya, belajar bersama itu ritual kami sebelum menghadapi ujian seperti ini. Rasanya lebih tenang dan tidak terlalu merasa gugup ketika akan ujian nanti.

Waktu bel masuk sudah berbunyi, aku segera masuk ke kelas dan menyiapkan alat tulisku. Namun, saat aku hendak  melihat ke arah depan, aku melihat seseorang yang familiar.

Ya, pria manis waktu itu. Aku kaget setengah mati. Tidak menyangka dia seruangan ujian denganku.

Cukup lama aku terpaku olehnya sampai temanku memberikan secara estafet kertas ujian padaku. Langsung saja kualihkan pandanganku dan mulai mengerjakan soal ujian.

Namun anehnya, walau aku sedang mengerjakan tapi mataku terus-menerus mencuri pandang ke arahnya. Membuatku tidak fokus mengerjakan.

Memang, aku tidak melihat jelas wajahnya. Karena aku duduk di bangku paling belakang dan dia duduk di samping pojok depan satu bangku dariku. Jadi, aku bisa dengan leluasa melihatnya tanpa terhalang apa pun.

Akan tetapi, tetap saja gerak gerik yang dia timbulkan menganggu pandanganku juga fokusku.

Sampai akhirnya aku memilih istirahat sebentar dan hanya fokus memandanginya. Aku tahu ini salah. Tapi, benar-benar aku tidak bisa berpaling sedetik pun darinya. Ditambah lagi dia terlihat lebih tampan jika dilihat dari samping. Garis rahangnya yang cukup lancip membuatku cukup lama menganguminya. Lehernya yang panjang dan cantik membuatku terhipnotis.

Entah angin dari mana, akhirnya aku tersadar bahwa aku terlalu lama mengaguminya. Mulai kukerjakan kembali kertas ujian di hadapanku ini. Aku ingin segera menyelesaikan dan mengenyahkannya dari pandanganku. Jadi aku bisa dengan bebas memandanginya tanpa ada beban apa pun. Sesuai rencana aku selesai cukup awal. Kubereskan kertas ujianku dan mulai fokus memandanginya.

Jika dilihat dari samping, dirinya sungguh berbeda dengan tetanggaku  karena hidungnya yang sedikit mancung. Matanya juga terlihat lebih kecil daripada tetanggaku.

Tetapi, di tengah-tengah aku menganalisis wajahnya, tiba-tiba dia menoleh ke samping dan tersenyum. Kepada temannya, tentu. Seperti meminta jawaban. Ah, dia anak yang cukup nakal juga, bertanya saat ujian seperti halnya siswa pada umumnya.

Walau tidak tersenyum padaku tapi cukup membuatku tertegun karena senyumannya yang terlihat lebih manis? Iya manis sekali. Matanya membentuk eyes smile lebih jelas dari senyumannya hari itu.

Aku tidak tahu perasaan macam apa ini karena aku jadi gagal fokus setiap kali melihatnya. Aku jadi seperti orang idiot yang hanya bengong tanpa melakukan apa-apa selain memandangi dan mengaguminya.

Sekeras apapun aku mencoba mengalihkan pandanganku tetap saja mataku tidak pernah lepas darinya. Rasanya seperti terkena sihir yang mampu membuatmu tehipnotis.

Dan parahnya aku, begitu waktu pulang tiba. Saat hendak kembali ke tempat duduk sehabis mengambil tasku dari bagian belakang kelas, aku secara sengaja menabrakkan diriku ke arah pria itu. Aku nekat sekali melakukannya sungguh seperti bukan aku.

Aku tidak tahu kenapa aku melakukan itu. Tapi untungnya dia tidak menyadarinya dan aku langsung meminta maaf.

Melihat matanya dari dekat begini walau sebentar. Matanya benar- benar indah bak permata yang bersinar di kegelapan malam.

Dan aku tidak tahu sejak saat itu aku terus memandanginya selama masa ujian ini tanpa satu hari pun terlewati.

Tanpa tahu sebenarnya perasaan apa yang saat ini  sedang kurasakan.

NOT BAD [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang