Setan berwujud manusia (lanjutan chapter 'love me? no')

551 53 5
                                    

Seseorang yang memulai kisah baru bukan berarti ia sudah benar-benar terlepas dari masa lalu. Mungkin saja ia sedang mencari sebuah pelarian kemudian kembali pada kisah lamanya.

Naif jika mencintai seorang lelaki yang tidak memiliki tujuan hidup. Singkatnya aku mencintai dia, tetapi masih ada sejuta keraguan di hati yang entah dari mana datangnya.

Tempat kesukaan Elin hari ini menjadi lebih ramai dari biasanya. Sudah seminggu mereka bertengkar, tak ada satu kata yang muncul dari salah satu. Ego memudarkan keingian.

Suara itu tidak begitu asing saat setelah Elin menemukan meja kosong.

"ELIN!!"

Begitu Elin menengok lelaki itu langsung menggandeng tangannya. Meskipun sempat menjadi tontonan umum, lelaki itu sama sekali tidak peduli. Setumpuk buku dan laptop yang sudah menyala sudah menunggu mereka. Kali ini memang sedang dalam mode genting.

"Kamu ngapain sih pake teriak di perpus segala?" tanya Elin.

"Masih marah? Maaf. Plis, gak lagi deh. Yang kemaren itu terakhir," ucap lelaki itu.

Wajah memelas untuk meminta rasa iba, membuang jauh gengsi yang ada. Setumpuk rindu memuncak.

"Beneran? Janji?" kata Elin menjulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Lelaki itu membalas dengan memberikan jari kelingkingnya.

Sama-sama memiliki tugas yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama-sama memiliki tugas yang berbeda. Mereka fokus akan pekerjaannya. Bagaikan angin lalu waktu sepertinya lebih cepat berjalan. Di luar dugaan, Elin mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Ini seperti mimpi rasanya Elin menjadi tokoh utama dalam kisah nyata ia buat.

"Gimana hari kamu akhir-akhir ini? Seru? " ucap Bian menyadari pacarnya yang dalam mode belajar.

"Seru!! Banyak banget!! Kata dosen aku, kalau kamu mau mendeteksi kebohongan orang. Cukup lihat dari tatapannya aja. Seru kan? Aku jadi mau nyoba deh!!" jawab Elin bersemangat.

"Terus?" Bian menjawab singkat, sama sekali ia tidak tertarik dengan jawaban Elin.

"Aku mau nyoba. Yang dosen aku bilang bener gak, aku mau pake siapa ya buat jadi objek analisis?" kata Elin.

"Hm, kurang tau deh aku." Bian menjawab dengan nada bicara malas.

Bian kurang berkenan melayani perempuan itu yang sedari tadi membahas tentang dirinya sendiri. Setiap kali mereka bertemu, obrolan tidak pernah jauh dari belajar.

KEMBALI SMP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang