Memulai untuk mengakhiri

568 63 6
                                    

Telah usai kisah ku dengan mu. Kini aku sendiri lagi, memulai untuk menata hati. Berjuta kenangan yang indah tapi tak satupun yang ingin ku ingat.
Kamu adalah bagian dari masa laluku yang memang pantas untuk diluapkan.
-For someone, I hate you.

Keesokan harinya Elin sudah bersiap untuk pulang ke Jogja. Meskipun berat untuk meninggalkan rumah tapi apa boleh buat. Demi menyelesaikan pendidikannya. Mengikis kebodohan untuk generasi berikutnya.

"Papa aku mau pulang ke Jogja. Papa sehat selalu ya disini. Doain aku ya pa semoga ilmu yang aku cari ini bermanfaat."

"Papa pasti akan selalu mendoakan kamu. Belajar yang rajin ya, kalau ada masalah cerita sama papa. Jangan di simpan sendiri. Papa akan jaga diri baik-baik."

TOK! TOK! TOK!

Didepan ada Rion menunggu keberangkatan Elin. Padahal ia tidak diminta untuk datang tapi lelaki itu sangat keras kepala.

"Elin aku anterin kamu ke stasiun ya," ucap Rion sambil mengangkat bawaan Elin ke bagasi mobil.

"Loh Ion? Kamu kok kesini? Ada apa?" tanya Elin terheran-heran.

"Aku mau nganterin kamu ke stasiun, mau ngucapin salam perpisahan. Boleh kan?" jawab Elin yang balik bertanya.

Papa melihat tingkah laku anak perempuannya sambil tertawa geli. Seolah paham dengan isi hati Rion.

"Di sini aja kan bisa Ion. Emang pengen ngucapin salam apa? Kayaknya kalau aku balik ke Jogja kamu bakalan kangen banget ya sama aku?" tanya Elin lagi.

Karena terlalu banyak bertanya, akhirnya Rion menarik Elin menuju mobil. Takut keberangkatannya terlambat.

"Jangan kangen ya Rion kalau aku tinggal ke Jogja." Elin menepuk pundak Rion.

Pak supir dari tadi terus memperhatikan mereka.

"Pacarnya ya mas?" tanya si supir yang fokus menyetir.

"Temen pak..." ucap Elin sebelum Rion sempat menjawab.

Menepis tuduhan palsu. Meluruskan kesalahpahaman. Kata yang terucap di antara mereka adalah teman. Hubungan yang hanya sebatas teman. Tak bisa dipungkiri jika salah satu di antara mereka ada yang menyimpan rasa. Memang sulit.

"Iya pak, temen doang kok hehe."

Sepanjang perjalanan cahaya penggiring menemani mereka. Suasana yang candu dan sedikit melow. Pertemuan yang sangat indah. Nama yang selalu terucap di sepertiga malam.

"Hm, Elin. Kalau udah sampai di Jogja. Kamu hati-hati ya. Jangan sampai salah milih orang. Jangan sampai kamu sakit hati. Jangan terlalu membebani pikiran kamu dengan sesuatu yang emang nggak pernah dipikirin. Jangan cari penyakit ya, jaga diri baik-baik selama di sana."

"Lagi baca narasi ya? Iya... Iya... Aku pasti jaga diri baik-baik kok. Kamu juga ya Ion. Jangan sedih mulu. Ayo bahagia, cowok baik kayak kamu jangan sampai salah pilih pasangan ya. Jangan nyakitin pacar kamu nanti. Apalagi selingkuh. "

Tanpa di sadari ternyata diam-diam Rion merekam pembicaraan mereka. Rasanya ini adalah kenangan yang tidak boleh dilupakan. Mencintai bukan tentang seberapa besar obsesi yang kamu miliki. Tapi seberapa tulus kamu menjadi hati. Sebesar apa kamu dapat menunggu, cinta juga bukan tentang dengan siapa dia sekarang. Love has a story but God has a destiny.

KEMBALI SMP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang