Perasaan

1K 81 0
                                    

Kita adalah ekspetasi terbesar yang pernah kubayangkan, tapi suatu ketidakmungkinan yang begitu nyata.

Apakah ia benar-benar sudah terlepas dari masa lalunya? Aku sedikit cemburu mengingat beberapa bulan yang lalu ia masih menjadi bagian dari orang lain. Aku bukan tipe perempuan yang mudah luluh, tapi lelaki itu sepertinya berbeda. Meskipun hati belum sepenuhnya yakin, tidak salah jika mencoba.

Mungkin mereka masih saling berkomunikasi, atau bahkan menyimpan rasa. Mungkin aku hanya terjebak diantara kisah yang belum usai. Tokoh sampingan dari mereka, aku hanya menjadi obat dari luka yang dibuat dengan sengaja.

Perempuan selalu ingin bersama lelaki yang ia cintai, entah bagaimana perlakuan si pangeran. Aku bahkan tidak mengerti mengapa semua ini terjadi, semenjak pertengkaran itu aku menjadi sulit mengartikan banyak hal. Rasanya aku terus berada di dalam lorong kegelapan tanpa tau jalan keluar.

Aku menjadi buta akan rasa, semua orang ku anggap baik. Sampai suatu ketika aku di patahkan dengan kenyataan bahwa kepura-puraan sebenarnya memang ada. Aku terus mencari 'kemana akan ku bawa diri ini? Bukannya aku sudah salah arah?'

Jika kehidupan selanjutnya memang ada, aku ingin terlahir menjadi seorang gadis kecil yang hidup di keluarga bahagia. Memiliki banyak teman dan mudah untuk bersosialisasi. Setiap melihat instastory orang lain, aku selalu melihat orang-orang memposting foto besama orang terdekatnya. Bagaimana cara melakukan itu? Apakah hanya orang terpilih yang bisa melakukannya?

Aku selalu bermimpi memiliki teman yang bisa ku ajak bicara, berbagi segala hal berama. Tuhan hanya mengizinkan aku berteman dengan kesepian, sampai usia 19 tahun aku selalu menantikannya. Dulu aku punya beberapa teman yang bisa dibilang 'aku nyaman bersamanya' tapi selang beberapa tahun mereka pergi.

Lagi dan lagi mereka meninggalkan ku tapi kembali untuk memenuhi kebutuhannya, setelah itu pergi. Mengatakan hal yang tidak sewajarnya, bercerita tentang teman barunya tanpa memikirkan aku yang selalu menunggu.

Bayang-bayang akan perihnya masa lalu mengikuti kemana pun aku melangkah, aku bahkan selalu berpikir 'apakah ada yang salah? Bukannya aku selalu bersyukur atas segala yang telah diberikan? Lalu mengapa penderita datang tanpa melihat sisi baik yang aku miliki?'

"Tuhan gak salah, aku yang terlalu jahat sama diri sendiri."

Semua orang suka dengan masa kecilnya, sementara aku benci untuk mengingat kembali sesuatu yang membuat ku terluka. Telah direnggut, warna dalam hidup. Aku kehilangan semuanya.

Hari demi hari berlalu, dan kini aku berada di kota Jogja. Tempat dimana nenek terlahir dan aku berharap bisa sembuh dari luka bertahun-tahun yang terlah aku simpan. Papa mungkin bisa pergi tanpa meninggalkan kabar, tapi aku tidak kan lupa betapa sakitnya mendengar Mama menangis dan mereka bertengkar.

Berharap aku tidak terlahir. Ya, aku adalah anak yang tidak diinginkan. Harapan mereka telah hilang semenjak kelahiran ku.
Satu-satunya orang yang tulus hanya nenek. Namun Tuhan memintanya untuk pulang karena ia menyayangi nenek.

"Ternyata gini rasanya disakitin berkali-kali? Hm, sesek banget. Dada aku sakit setiap ingat kejadian itu, apa Tuhan sayang banget sama ku sampai ngasih banyak cobaan?"

Andai ada kesempatan kedua untuk bertemu nenek mungkin aku akan menceritakan banyak hal.

Beberapa bulan setelah balapan liar.

Elin jadi punya kebiasaan baru, ia mencoba untuk lebih terbuka. Pagi ini Elin membuat nasi goreng seperti biasa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KEMBALI SMP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang