Aku sudah bertemu dengan orang baru, banyak hal yang telah aku lalui bersamanya. Namun, kenapa orang baru itu tidak seperti kamu? Dan kenapa aku masih terjebak di orang yang kutemui 5 tahun lalu? Aku sudah berusaha melupakanmu ternyata perjuangan ku selama ini tidak ada yang berhasil.
I'm still comfortable in the feeling that you have loved.
Ajeng Kartika
Tentang sebuah pilihan dimana aku selalu menunggunya. Meskipun aku sadar jika yang ia mau bukanlah aku. Aku percaya jika cinta akan datang pada pilihannya masing-masing. Terkadang, aku mengira jika dia telah jatuh hati padaku. Dia sering memberikan tanda yang begitu nyata, siapapun akan mengira jika dia benar-benar suka padaku. Kurang lebih setelah lulus SMP, aku dan Rion lebih sering menghabiskan waktu bersama. Aku senang. Kesempatanku untuk memilikinya jauh lebih besar.
"Stop Ajeng! Rion sukanya sama Elin, bukan sama lo. Stop menjadi duri diantara mereka!" gumam Nesta, sahabat Elin. "Sebenarnya lo sadar kan? Tapi lo pura-pura gak tau. Mau sampai kapan sih lo nyakitin diri sendiri? Be smart, lo pantes untuk bahagia." lanjut Nesta.
Setiap orang berhak menentukan pilihannya masing-masing. Tetapi, seseorang tidak bisa menentukan harus jatuh cinta dengan siapa. Aku terlalu berlarut dengan rasa yang tak kunjung usia. Kini batinku terasa begitu hampa. Kamu berhasil masuk ke sisi hatiku yang paling dalam.
"Gue tau itu Nesta! Gue sadar! Tapi, lo gak akan ngerti apa yang gue rasain! Gue gak peduli Rion sukanya sama siapa. Gue sama sekali gak peduli. Gue cuma mau Rion jadi milik gue! Lo gak bisa larang gue untuk jatuh cinta!" Ajeng menjerit sambil mendorong Nesta sampai terjatuh.
"Gila lo ya Jeng! Gue ngomong gini karena gue tau yang lo alami ini sakit banget. Gue juga kasian sama Elin! Lo sadar kan kalau mereka itu saling suka? Mereka gak bisa sama-sama karena Elin gak enak sama perasaan lo! Harusnya lo sadar dong Ajeng," cetus Nesta.
"Gue gila? Elin yang gila! Kalau emang dasarnya mereka saling suka, terus kenapa sampai sekarang mereka gak jadian? Pemikiran Elin aja yang telalu polos! Dia itu orangnya naif! Terlalu munafik! Kenapa dia gak pernah notice semua perjuang Rion? Gue gak salah! Disini gue berjuang untuk dapetin hati Rion!"
PLAKK!!
Tamparan keras itu ku dapatkan setelah aku selesai berbicara. Jujur, rasanya sakit.
"Gue harap, suatu saat nanti lo sadar. Gue yakin, Elin pasti akan maafin lo atas apa yang udah lo bilang barusan."
Itu terakhir kalinya aku bertemu dengan Nesta. Masih ada seribu tanya yang ingin ku cari jawabannya. Bukannya menjadi semakin lega, aku justru merasa bersalah setelah mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak sesuai denga isi hatiku. Aku hanya ingin mencari pembelaan.
Faktanya ketika seseorang sedang jatuh cinta, ia takkan tau jika tak selamanya hal yang ia perjuangkan itu benar. Ia menjadi buta akan segala hal. Seseorang yang sedang jatuh cinta cenderung menjadi sedikit egois. Tidak semuanya begitu, tetapi aku begitu. Mungkin aku telah menjadi penghalang dari kebahagian dua orang yang saling mencintai.
Cinta harus diperjuangkan dan yang sedang ku lalukan sekarang ada berjuang untuk tetap tetap bersamanya. Bukan Elin yang naif tentang perasaannya, aku yang terlalu munafik. Aku sungguh telah jatuh hati padanya, ini sulit dijelaskan.
"Rion! Aku bawa bekal nih buat kamu. Kamu pasti gak sempat sarapan kan? Aku bawa nasi goreng sama telur mata sapi. Kamu pasti suka! Dimakan ya," ucap Ajeng sambil memberikan kotak bekalnya.
"Maaf ya Ajeng, hari ini gue bawa bekal sendiri. Lo makan aja nasi gorengnya. Mulai besok lo gak perlu repot-repot bawain bekal untuk gue." Rion menolak mentah-mentah pemberian Ajeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI SMP (END)
Teen Fiction⚠️ Follow sebelum membaca. "𝙳𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚌𝚞𝚖𝚊 𝚒𝚜𝚝𝚒𝚕𝚊𝚑, 𝚊𝚜𝚕𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚁𝚒𝚘𝚗 𝚋𝚞𝚌𝚒𝚗 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚞𝚝!!" Cowo yang memiliki julukan sebagai 'beruang kutub' jatuh cinta pada gadis super cuek seperti Elin? Pertemuan singkat di S...