Titik terang

423 47 4
                                    

Semesta bilang dua orang yang saling mencinta akan selalu bersama.
Bagiku cinta hanya fatamorgana, berisi kebohongan yang berkedok ketulusan.

Pagi ini, Elin pergi dengan tergesa-gesa. Kicauan burung menghiasi pagi ini. Suasana itu begitu merindukan. Elin ingin melupakan masa dimana ia harus kehilangan arah karena seseorang. Tadinya Elin ingin mengulur waktu lebih lama lagi untuk menenangkan diri. Menurutnya healing terbaik adalah ketika ia harus terjun langsung di dalam sumber permasalahan. Setibanya di kampus, Elin di hadapkan dengan pemandangan yang kurang enak di pandang. Ia merogoh tasnya untuk menjadi ponsel. Sebisa mungkin bersikap biasa saja.

"Elin? Kamu kok gak ngabarin aku?" tanya Bian.

"Buat apa? Emang perlu ya? Maaf, sepertinya kita gak pernah saling mengenal deh. Bisa tolong minggir?" ucap Elin kemudian pergi.

Dengan segera ia masuk ke dalam kelas. Satu-satunya tempat yang aman. Karena sudah pasti Bian tidak akan berani mengikutinya. Rasa itu sudah lama hilang, tetapi masih meninggalkan bekas luka yang mendalam. Wajar jika seseorang trauma untuk memulai kembali kisahnya.

Firasat aneh tiba-tiba menghantui Bian. Saat ini ia sedang berada di dalam kelas, dosen yang mengajar terlihat begitu serius.
Bulu kuduk berdiri, tak ada hentinya Bian menerima spam chat dari Vani.

"APA? VANI HAMIL? BRENGSEK, KAPAN GUE BEGITUAN SAMA DIA? GILA!" celetuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA? VANI HAMIL? BRENGSEK, KAPAN GUE BEGITUAN SAMA DIA? GILA!" celetuknya.

Sambil mengingat kejadian yang telah berlalu, Bian terus saja menyalahkan dirinya. Tenggelam dalam rasa takut membuatnya semakin terlihat seperti orang yang kehilangan akal. Kegaduhan terdengar dari koridor. Suaranya semakin mengganggu, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.

"Bian! Keluar kamu! Aku mau ngomong!" ucap Vani tanpa permisi.

"Loh kamu ngapain? Maaf pak, saya izin beberapa menit untuk menyelesaikan permasalahan saya. Sekali lagi mohon maaf atas kegaduhan yang telah saya perbuat," kata Bian dengan wajah melas.

Bian menarik Vani keluar dari kelas.

"Kamu apa-apaan sih? Bikin malu aja! Punya jam kan? Tau waktu gak sih? Aku lagi kuliah! Ngapain kamu kesini? Mau minta uang? Aku transfer! Butuh berapa?" tanya Bian lalu menyodorkan kartu atm-nya.

"Aku hamil Bian!" pekik Vani.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KEMBALI SMP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang