Menunggu Senja datang

639 85 18
                                    

PERPUSTAKAAN KAMPUS.

Bian berlarI dengan tergesa-gesa melihat setiap sudut ruangan, mencari kunci dari masa depannya. Penjanga perpustakaan tentu saja cuek, perlu diingat Bian adalah satu -satunya Mahasiswa yang membayar uang tahunan dengan jumlah yang paling tinggi.

"Nah, ketemu juga lo!" ucap Bian dengan nafas yang tidak teratur. "Lo harus bantuin gue! Ini darurat."

"Apaansih? Gak lihat gue lagi apa?" kata Elin kesal.

"Ini lebih penting. Pokoknya lo harus bantuin gue nyusun skripsi," ucap Bian.

Elin menatap layar laptopnya tanpa menghiraukan gangguan yang ada didepannya.

"Dih, lo pikir gue gampang ditipu? Gila ya lo? Gue ini tiga semester dibawah lo, emang gak bisa berusaha sendiri?" jawab Elin yang mentap layar, tapi ia menyimak apa yng dibicarakan oleh Bian.

"Udah, sumpah gue hampir mati mikirin skripsi. Tolong banget plisssss," rengek Bian dengan memperlihatkan wajah sok imutnya.

Elin mengepal tangannya, hampir saja tamparan maut melayang di pipi laki - laki itu yang dari tadi duduk di depannya. 'Mengganggu Pemandangan.' cela Elin dalam hati, sudah jelas setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing - masing, tanpa terkecuali. Elin mengumpulkan segenap tenaga yang lebih tepatnya tenanga dalam, melempar buku yang lumayan tebal tepat mengenai wajah Bian.

BRUK!!

"Nih," kata Elin dengan kasar. "Baca, ini buku tentang tata cara menyusun skripsi yang bener. Nanti gue bantuin," geramnya.

"T-tapi lo tau kan, gue ini gak punya minat membaca?" tanya Bian tidak tau diri, wanita didepannya sudah menahan seluruh amarahnya, tapi si 'Musibah' ini terus mempermainkan perasaan Elin.

"ASTAGFIULLAH BIAN! SUMPAH GUE GAK PERNAH KETEMU MANUSIA SEMALAS LO. ITU BUKUNYA DIBACA DULU, NANTI BARU GUE BANTUIN. APA PERKATAAN GUE MASIH KURANG JELAS?"

Niatnya mau modus, berakhir bahagia. Elin sedang tidak bisa diganggu, tugas menumpuk, presentasi sudah di depan mata dan satu lagi. Belanja bulanan! Hal yang paling Elin suka adalah ketika berkeliling untuk mencari barang tapi bukan saat membayar.

"Siap laksanakan! Anjir galak banget." batin Bian yang sedikit ketar - ketir.

20 menit pertama, Bian hanya mampu menghabiskan tiga halaman buku, berbanding terbalik dengan Elin yang sudah lebih dari satu jam duduk disini, tanpa menunjukkan ekspresi bosan atau lelah.

"Paha gue kesemutan, nih cewe kuat banget duduk di perpustakaan berjam - jam, gue jadi dia lebih milih nongkrong di cafe sama temen - temen." bantin Bian kagum memandangi Elin dengan wajah cengo.

"Bian cewenya nungguin di gerbang," ucap Nadia, teman seangkatan Bian.

Udah pernah berurusan sama Buaya? Gimana? berhasil lepas atau dia malah jadi bucin? Prinsip cewe agar terlepas itu, gak masalah jika bersikap 'Sok jual mahal' karena pada dasarnya perempuan itu mahal.

Dari auranya sudah dapat ditebak siapa yang menunggu.

"Sayang," ucap wanita yang menghampirinya lalu memberikan pelukan. Bian seketika bingung, mematung dan reflek membalas pelukan itu.

"Sayang, minta uang dong. Kartu aku rusak." kata wanita itu.

"Loh bukannya udah? Buat apa aja uangnya? Aku aja hemat - hemat pake uang sendiri," sindir Bian yang tidak membuahkan hasil.

"Oh jadi sekarang mau pelit sama aku ya?" wanita itu membalas dengan ancaman.

"Kamu butuh berapa? Aku cuma ada lima ratus, Papi belum kasih kabar lagi."

KEMBALI SMP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang