*3.
"Tunggu, Gi ...!"
Pelan dan tegas suara Arga. Berdiri menyandari pintu sambil sendakep. Menatap Giri tajam.Tumben? Tapi tubuh dan mata Giri terlalu lelah untuk merespon.
"Ada apa, Mas? Aku ngantuk, capek." jawab Giri jujur. Menatap kakaknya malas.
"Aku harap ingatanmu itu tidak seperti gas yang mudah menguap atau seperti awan yang mudah berubah." ucap Arga serius.Giri garuk-garuk kepala tidak paham. Ia sudah capek dengan suasana kacau di IGD pulang-pulang di tambahi.
"Apa'an sih, Mas?!" tanya Giri dengan tatap tak mengerti. Arga yang lembut dan penyayang tiba-tiba jadi garang.
"Ayolah, Gi ... ingatanmu itu bukan kertas tysu yang mudah terbakar, ingatanmu itu masih seperti mengukir di atas batu kan?
Kamu lupa bahwa Dhiana itu calon istri Adrian!!"
Menggelegar suara Arga. Giri menghela nafas berat. Oh itu rupanya yang tiba-tiba membuat mas Arga seperti singa di usik tidurnya. Apakah Arga melihat apa yang Giri dan Dhiana lakukan di depan kafe? Ngapain pagi-pagi Arga lewat sana.
"Mas takut kan kehilangan klien setajir Adrian?"
Desis Giri perih. Menganggap kakaknya sama dengan yang lain. Lebih mementingkan self imej. Giri tahu bahwa Adrian itu punya posisi bagus dan sering memakai jasa kantor di mana Arga bernaung.
"Ayolah, Gii ... buang jauh-jauh itu su udzhonmu! Aku hanya mengingatkan betapa bahayanya apa yang kamu lakukan untuk dunia dan akhirat? Fitnah terbesar dunia adalah perempuan, Gi!"
Tandas Arga dengan tatap serius. Giri cuma tersenyum miring.
"Kenapa tidak mas ceramahi ayah yang bisa jatuh cimta pada bu Nilam atau ibu yang bisa kabur dengan om Dhanu?!
Bukankah yang mereka lakukan jauh lebih sadis?!Yang berimbas pada anak-anaknya hingga kini!
Aku dan Dhiana belum terikat apapun, Mas. Dhiana cuma di khitbah, belum nikah! Segitunya mas meng -judge kami!Hakimi tuh ayah dan ibuu!!udah nikah masih saja selingkuh!Anak-anaknya yang jadi korban!"
"GIRI ADHI NATAAA..!!"
Hampir saja tangan Arga melayang. Giri tertawa hambar.
"Mas bisa tampar aku!Tonjok aku! Pukul aku!Kalau itu membuat mas puas!!
Tantang Giri. Menatap kakaknya berapi-api. Ini seperti awal-awal Giri pulang ke rumah ini karena kakek neneknya tiada.
Kelas satu SMP. Berkumpul dengan keluarga baru. Peraturan baru. Orang-orang baru.
Giri ingat betul ketika ia selalu dimarahi karena pulang terlambat. Atau karena terlibat tawuran dan perkelahian.
Giri yang juga sering ribut dengan Arga karena hal-hal sepele.
Arga yang berubah total setelah dekat dengan agama. Arga yang tiba-tiba belajar menghafal al quran.
Dan setahun terakhir ini Giri baru tahu bahwa perubahan besar Arga karena Rany. Yang kini jadi calon kakak ipar Giri.
Giri tertawa hambar, saat kenangannya akan proses perubahan Arga terusik oleh suara hantaman tangan Arga yang memukul tembok. Meluapkan amarahnya pada dinding bisu.
Giri meninggalkannya, tersuruk-suruk melangkah ke kamar. Ia memang tak pernah benar. Mereka yang selalu benar. Menggelikan.
🎈
🎈Bugg!
Giri membanting tubuhnya ke atas ranjang.Tertelungkup tanpa melepas sepatu. Getar di hand phonenya membuatnya meraba-raba benda pipih di sakunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
🅺🅸🅻🅻🅴🅳 🅳🆁🅴🅰🅼 ( 🆃🅷🅴 🅴🅽🅳 )
Romance(CERITA INI PENUH DENGAN KONTROVERSI, MENGURAS EMOSI, YANG MENYUKAI KEHIDUPAN HARMONI DAN DAMAI MOHON BIJAK MENYIKAPI) # 1 Tarbiyah (18 Agustus 2021) # 1 hikma (15 Sep. 2021) # 1 demensia (22 Agustus 2021) # 3 edukasi dari 43...