PART 15. DAUN WARU

118 27 22
                                    

*15.

Bergetaran jemariku menjamahi bayangmu
Dalam ruang tanpa luang
Aku tersungkur terperosok di lobang
Hilang
Pintang
Tanpa gemitang

Kosong
Melompong
Tanpa isi dan pasi

Hebatnya dirimu mampu membuatku jatuh sejauh ini
Hebatnya dirimu mampu membuatku terluka sedalam ini
Hebatnya dirimu mampu membuatku tersesat dan kehilangan arah

_Adrian_

🎈
🎈

Suara sendok yang beradu dengan gelas terdengar jelas saat Nindy membuatkan Adrian jahe madu.Tiap hari sahabatnya itu mengeluh sakit kepala.

Sejak putus dengan tunangannya dan batal nikah,hidup Adrian kacau.Entah apa yang membuat Dhiana memilih pria itu dan meninggalkan Adrian.

"Di minum,Dri.."

Adrian mengangguk,menatap sekilas sahabatnya yang biasa ia panggil Mei itu.Dhiana pun mengenalnya sebagai Mei,bukan Nindy.Panggilan sayang Adrian.

"Makasih,Me..."

Ucap Adrian lirih,tersenyum saat melihat Nindy memutar gagang cangkir tepat di depan Adrian.Persis Dhiana.

Adrian meneguk jahe madu yang rasanya sama persis seperti buatan Dhiana.

"Kamu itu kurang tidur,Dri..makanya metabolisme tubuh kamu kacau."

Ucap Nindy,menatap sahabatnya yang bersandar di sadaran sofa dengan terpejam.Rambutnya berantakan.Bajunya kusut dan tidak rapi.

"Kamu tahu,Dri?kenapa kamu sulit move on dari Dhiana?"

Lirih pertanyaan Nindy,sambil menatap Adrian yang masih bersandar terpejam.Adrian menggeleng.

"Karena kamu merasa bersalah,karena merasa dirimulah penyebab putusnya hubungan."

"Tapi Dhiana yang ninggalin aku,Me.."

Protes Adrian lirih,bangkit dari bersandar.Tidak bisa duduk tegak dan tertunduk menopamg kepalanya yang berdenyut-denyut.

Nindy tersenyum,bahasa tubuh Adrian adalah jawaban jelas.

"Iya,Dhiana yang ninggalin kamu.Tapi jelas ada sebabnya yang kamu paham betul itu karena apa."

Adrian diam.Tak menjawab.Hanya meraup wajahnya dengan galau.Ia tahu penyebabnya adalah Adrian sendiri;yang egois,yang ingin Dhiana seperti maunya,bukan mau Dhiana,yang Dhiana harus begini,harus begitu,meski dengan dalih untuk kebaikan.Kebaikan siapa?Kebaikan Adrian sendiri?
Seandainya saja dulu Adrian tidak.....

"Kata seandainya,Jika saja..itu yang membuatmu tambah sulit move on,Dri."

Ucap Nindy lagi,seolah mampu melucuti apa yang bergemuruh di ruang benaknya.

"Semakin dekat keterikatan emosianalmu dengan Dhiana semakin sulit kamu lepas dari dia."

Tambah Nindy lagi,Adrian menutupi wajahnya dengan kedua tangan.Semua benar.

"Rasa kesepian,karena terbiasa ada yang memperhatikan,lalu tiba-tiba hilang.Itu yang membuatmu terguncang."

Iya,Nindy benar.Biasanya ia chatingan dengan Dhiana,telfonan bila tidak bersua.Dhiana selalu bertanya sudah makan belum?Atau pengen menu apa?

Adrian merasa aneh kali pertama ia sibuk kerja dan tidak ada notifikasi masuk yang isinya ngomel memarahinya karena tlat makan.

Merasa aneh karena tidak ada yang 'meneror'saat ia luar kota atau 'lembur'sampai hampir pagi.

  🅺🅸🅻🅻🅴🅳 🅳🆁🅴🅰🅼 ( 🆃🅷🅴 🅴🅽🅳 )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang