PART 5.BADAI 1

180 30 4
                                    

*5.

Zaskia mengusap lelehan air matanya.Berusaha bersikap senormalnya.Berusaha menekan emosinya pada titik terbawah saat melangkah mendekati Dhiana.

"Kak Dhi.."

Dhiana mendongak dengan rupa terkejut.Terlambat menyembunyikan air matanya.Tetap berusaha mengulum senyum pada Zaskia,meski nyata hambar dan tanpa cahaya.

'Aku harap kak Dhiana mengingat perjuangan lima tahun bersama mas Adrian hingga di titik ini."

Ucap Zaskia hati-hati.Seceplas-ceplos apapun dirinya masih ada setitik segan pada kakaknya.Semarah apapun dirinya menerima kenyataan bahwa ternyata kakaknya punya perasaan yang sama dengan Giri,tetap berusaha Zaskia tenang meski dalam dada seperti di amuk badai.

Bagaimana mungkin kak Dhiana bisa mempercepat pernikahan bila dalam jiwa bersemayam nama lain?

Bukankah sama dengan menipu diri sendiri?Dan menghancurkan tiga kehidupan?Kehidupannya sendiri,kehidupan Giri dan kehidupan mas Adrian.

"Ya."

Jawab Dhiana lirih dan samar.Seperti tanpa gairah.Menyadarkan Zaskia bahwa ia masih di sisi kakaknya.

Lirih ia tanya apakah Dhiana lebih baik?Dhiana hanya mengangguk.Menggenggam mushaf mungil dari Adrian meski tangannya masih bergetar.

Hampir saja Zaskia menangis,Kak Dhiana menipu diri sendiri.percuma genggam erat mushaf dari mas Adrian bila hati kak Dhiana berontak.Karena nyata tangan kirinya merapatkan selimut bermotif etnis dari Giri.Seperti lebih memberi ketenangan.

"Kak Dhi istirahat ya..obat yang di resepkan Giri sudah di tebus?"

Lagi,
Dhiana mengangguk,seperti tidak punya gairah untuk bicara.

"Sudah di minum?"

Lagi,
Hanya mengangguk.Hampir Zaskia beranjak pergi saat hand phone Dhiana bergetar.Melihat nama Giri yang ada di layar amarah Zaskia yang rapi-rapi ia tutupi jebol.

Dengan sewot ia angkat telfon itu,langsung mendamprat Giri.

"Udah di bilangin jangan ganggu kak Dhiana masih aja ganggu!!"

Bentaknya kasar,membanting hand phone Dhiana ke atas ranjang.

Dhiana terhenyak.Langsung berdiri tegak.Menatap Zaskia tak percaya.

"Apa salah Giri sampai kamu sekasar itu,Ki?Apa salah Girii..??"

Pekik Dhiana dengan suara serak.Nyata genangan air mata Dhiana tiba-tiba membludak di telaga matanya.

Zaskia terbahak garing.Apa salah Giri?Segitu butakah kak Dhiana sampai tidak bisa melihat bahwa Giri adalah kesalahan terbesarnya?

"Kakak masih bisa tanya apa salah Giri,Kak?"

Zaskia menggantung ucapannya.Menatap perih Dhiana yang tampak panik menjamahi hand phonenya dan sibuk mengetik pesan.

"Salah Giri adalah ada di antara kakak dan mas Adrian!Dan kak Dhiana membiarkannya,!!"

Pekik Zaskia keras,tes!
Setetes air mata yang susah payah ia bendung jatuh juga.Apa Kak Dhiana pikir gampang apa melawan kak Dhiana?Sakit!

Karena sejatinya Zaskia menghormati Dhiana,sayang Dhiana.Dan melawan kak Dhiana itu lebih menyakitkan dari pada melawan diri sendiri.

"Aku kesel sama kak Dhiana!!"

Cekat Zaskia,sebelum berlari keluar.Menghapus air matanya dengan kasar.

Dhiana terisak-isak.Jatuh terduduk.Hancur sudah tekadnya yang membaja untuk abai pada Giri.Serentetan pesan permintaan maaf ia bombardir barusan.

Dhiana memukuli keningnya sendiri.Tersedu-sedu.Terasa tersayat-sayat sembilu.Rasa cemas pada Giri lebih menghantui dari pada rasa bersalah pada Adrian.Ia dekap erat selimut dari Giri.Tertatih-tatih namun pasti,memupus bayang Adrian dari hati.Giri lebih merajai.Meski hanya ratusan hari mereka lalui.

"Ini berbahan mikro disperse,Kak..biar alergi kakak gak gampang kambuh."

Terngiang ucapan Giri saat memberikan selimut itu untuk Dhiana.Intens pertemuan mereka yang seminggu bisa tiga kali membuat Giri tahu ketika Dhiana bersin-bersin karena debu dan udara dingin.Bahkan beringus sampai batuk-batuk dan sesak nafas.

"Jangan pake selimut bulu,Kak..jangan pake sweeter karena itu menyaring debu."

Protes Giri saat melihat Dhiana memakai sweeter dan selimut bulu.Menyingkirkan selimut yang ternyata di belikan Adrian.Meminta Dhiana ganti baju.Dhiana rela,meski selimut dan sweeter itu dari Adrian.Asal ia lebih baik.

"Uhuk!Uhuk!"

Nyata saat itu Dhiana terbatuk-batuk.Dan masih tak lekang dari ingatan betapa paniknya Giri.

Langsung mengajak Dhiana ke rooftop dan memberikan antihistamin.Tempat terbuka dan menjauhi sumber alergi serta obat yang cepat dan tepat sangat membantu Dhiana.

"Merasa lebih baik,Kak?"

Giri kala itu bertanya dengan sorot panik.Tidak berani menyentuh Dhiana yang bersandar dengan nafas yang belum teratur.

Entah mengapa Dhiana suka tatap panik itu.Harusnya ia tidak nikmati itu.Dhiana salah.Hingga berujung petaka.Dhiana yang salah.Dhiana yang salaah...!

Dhiana terisak-isak.Berusaha menyingkirkan pepat di dada yang kian menyesak.Rasa dan asa pada Giri kian menyemak.

🎈
🎈

Pak Ilham mengusap sudut matanya yang berair saat hati-hati ibu Nilam melolos hand phone di tangan Giri.Giri baru bisa terlelap setelah membaca pesan dari Dhiana.

Pak Ilham meraup wajahnya dengan galau.Bagaimana bisa Giri jatuh cinta pada tunangan orang?Bahkan menjadikan Dhiana adalah segalanya?

Masih terbayang jelas peristiwa beberapa puluh menit lalu.Saat mereka susah payah berhasil mendobrak pintu.Dan mendapati Giri lunglai,mandi keringat dingin nyaris pingsan.Tapi dengan sombong masih bisa tertawa dan mengatakan dirinya baik-baik saja.Dasar keras kepala.

"Tidak apa-apa gimana?Pucat pasi dan muntah-muntah gini kamu bilang baik-baik saja?"

Omel Arga saat itu sambil memapah Giri yang tampak kacau.

Membantu adiknya itu melepas baju atasnya yang basah oleh keringat,sementara ibu Nilam mengambilkan baju ganti.

"Kamu sebenarnya kenapa sih,Gi?Kamu tidak sakit lain selain lambung kan?"

Berondong Arga kala itu sambil membaluri hampir sekujur tubuh adiknya yang dingin dengan minyak kayu putih.Nyata cemas terbias,menatap Giri yang pias.Semudah ini mereka baikan setelah baku hantam tanpa kata maaf?

Ikatan persaudaraan yang sempat terputus di masa kecil mereka tak mampu memupus ikatan darah.

Giri hanya menggeleng lemah.Tapi nyata seringaian menahan sakitnya sambil terpejam.Ibu Nilam yang akan memijit kepalanya pun di tolak.

Sebesar apa luka yang pak Ilham torehkan hingga putranya ini selalu memberi jarak?Sebuah kesalahankah pak Ilham menitipkannya pada kakek neneknya?Perasaan merasa terabaikan?Terasing dan tercampakkan.Itukah yang membuat Giri seperti ini?

"Aku bisa mengurus diri sendiri kalian tidak perlu repot-repot."

Masih saja Giri menunjukkan kekerasan hati dan egonya.Hampir saat itu pak Ilham mendampratnya tapi ibu Nilam dan Arga menenangkannya.

"Ngapain telfon Dhiana,Gii..udah jangan cari gara-gara."

Arga kala itu mengingatkan.Merebut telfon Giri.Dan yang menerima telfon saat itu adalah Zaskia.Dengan dampratan.

"Kalian istirahat saja,Biar aku yang di sini."

Ucap Arga yang tiba-tiba.Muncul dari pintu.Menyadarkan lamunanan ayahnya.Pak Ilham dan bu Nilam menoleh.Membiarkan Arga masuk.

🎈
🎈

(SABTU,28 AGUSTUS 2021)

AN:
Maaf teman-teman.Salah tekan publikasi.Jadi isi part ini cuma sedikit.🙏

  🅺🅸🅻🅻🅴🅳 🅳🆁🅴🅰🅼 ( 🆃🅷🅴 🅴🅽🅳 )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang