🎈Al qur'an itu seperti surat-surat cinta Alloh pada kita.Seperti puisi faforit yang ingin kita hafalkan dengan senang hati dan membacanya berulang kali🎈
*7.
🎈
🎈Tepat jam sembilan malam Dhiana menutup kafe.Wheny hari ini tidak masuk karena suaminya sakit.Aurel di jemput Farrel lima belas menit yang lalu karena ada kepentingan keluarga.Pancaroba membuat orang mudah tumbang.Apalagi bagi mereka yang kerja keras dan kurang istirahat.Apakah Giri baik-baik saja?
Astaqfirlloh Dhianaa...ngapain mikir Giri?!Runtuk batin Dhiana.Mengutuki dan menghakimi.
Dhiana berjalan sambil membuka aplikasi ojol.Tapi tersentak kaget saat sebuah tangan membetotnya ke suatu sudut gelap.
"Astaqfirlloh!!Giri?!Apa-apa'an?Bikin kaget aja!"
Pekik Dhiana.Kaget bukan kepalang.Meski dalam keremangan ia tetap bisa mengenali Giri.Dengan hoodie hitam yang tudungnya sempurna
menutupi kepala.Ia sagat hafal aroma tubuh Giri.Aroma yang selalu ia candui dan gandrungi."Kalau kakak tidak kucing-kucingan sama aku,tak mungkin aku begini,Kak."
Desis Giri lirih.Dari keremangan lampu Dhiana melihat genangan yang berkilau-kilau.Dhiana berpaling.Tidak berani menatap mata Giri.Meski bahasa tubuhnya tidak bisa bohong;dengan membiarkan tangan Giri tetap menggenggamnya erat.
"Pesanku kakak jawab singkat-singkat.Di kafe kakak sok sibuk.Dan selalu tidak bisa menemuiku.Kenapa,Kak?"
Glek!!
Dhiana menelan ludah.Sakit.Semua upaya sudah ia lakukan untuk menghindari Giri.Untuk melupakan Giri.Tapi apa yang terjadi?Giri tetap menghantui.Giri tetap di hati."Eh..ak...aku akan menikah,Gi..jadi...!"
"STOP,kak!!"
Pekik Giri nyaris tak sampai.Tertelan dalamnya perasaan.Yang amat tertekan.
"Hentikan sandiwara ini dan jujurlah pada diri sendiri.Berhenti menyakiti diri sendiri.Kita saling mencintai bukan?"
Lirih sekali pertanyaan Giri.Namun sangat menghunjam di relung sanubari yang paling dalam.
Dhiana menelan ludah dengan susah payah.Serasa ada sesuatu yang hangat mendesak-desak ingin keluar;air mata.
"Tatap mataku,Kak..!"
Pinta Giri lembut.Dhiana makin berpaling.Ke arah lalu lalang jalan raya.Mobil-mobil seperti berkejaran.Seolah berpacu dengan langit kelam yang bergelayut kian luruh.Seolah mau runtuh.
Dhiana terpejam rapat.Dengan pepat di dada yang kian menyesak dan merapat.Membuat tekadnya sekarat.Tubuhnya menggigil menahan selaksa rasa berkelindan tidak karuan saat genggaman tangan Giri kian erat.
Tes!!
Setetes air matanya jatuh saat terpejam."Apa arti air mata ini,Kak?!"
Geletar Giri lirih.Mati-matian Dhiana menahan diri untuk tidak terisak.Ia berusaha berontak dari genggaman tangan Giri.
"Lepaskan kakak,Gi..Jangan siksa kakak!"
Pinta Dhiana gemetar.Giri tidak menjawab.Tanpa ba bi bu langsung melepas tangan Dhiana.Ganti mendekapnya.Sangat erat.
Lidah petir di angkasa gelap menerangi jagad sesaat.Angin berhembus kencang.Menerbangkan dedaunan yang luruh di atas trotoar.Menampar tubuh dua insan yang menggelepar dalam ketidakberdayaan.Saling berusaha membunuh perasaan namun kalah oleh kenyataan.
"Bunuh aku sekarang bila aku menyiksamu,Kak."
Pekik Giri lirih.Gerimis lebat tiba-tiba turun.Menampar wajah Dhiana sebelum tenggelam dalam dada Giri.

KAMU SEDANG MEMBACA
🅺🅸🅻🅻🅴🅳 🅳🆁🅴🅰🅼 ( 🆃🅷🅴 🅴🅽🅳 )
Romance(CERITA INI PENUH DENGAN KONTROVERSI, MENGURAS EMOSI, YANG MENYUKAI KEHIDUPAN HARMONI DAN DAMAI MOHON BIJAK MENYIKAPI) # 1 Tarbiyah (18 Agustus 2021) # 1 hikma (15 Sep. 2021) # 1 demensia (22 Agustus 2021) # 3 edukasi dari 43...