Prolog

530 27 11
                                    


Satu bulam setelah peristiwa pertempuran di Lembah Neraka.

Kegelapan malam di kawasan Gunung Kamojang begitu pekat, hitam kelam. Terlebih pepohonan tinggi yang rapat dan lebat menambah kepekatan makin menghitam. Hanya suara letupan-letupan kecil yang berasal dari kawah yang terus menerus terdengar tanpa henti. Suara burung hantu sesekali terdengar mendesah berat bagaikan dilanda kesedihan. Terkadang terdengar suara lolongan anjing hutan melengking tinggi menggiriskan hati. Setelah itu suasana kembali sunyi mencekam.

Tapi mendadak kesunyian kawah Kamojang dipecahkan dengan datangnya suara gemuruh yang tiba-tiba muncul dari bawah salah satu kawah. Gemuruh yang makin lama semakin keras malah kemudian tanah terasa ikut bergetar. Makin lama suara itu semakin dahsyat kemudian satu ledakan dahsyat terjadi membuat tanah dan lumpur panas terbongkar hancur bermuncratan membuat sebuah lubang sebesar tubuh kerbau. Keanehan itu ternyata berlanjut dengan diikuti satu cahaya merah kehitaman melesat keluar dari dalam lubang tersebu ke udara. Cahaya yang berbentuk bulat sebesar bola begitu keluar dari tanah kemudian melayang di atas kawah, berputar bagaikan gasing dengan mengeluarkan suara desing keras memekakan telinga.

Setelah berputar beberapa saat cahaya merah kemudian berpendar meredup tapi ukurannya berubah membesar dan memanjang. Tiba-tiba saja angin datang dan bertiup sangat kecang. Pepohonan di sekitar kawah Kamojang terdengar berkerekekan seperti hendak patah saking kencangnya angin bertiup. Di langit mendadak muncul satu cahaya kilat yang melesat ke arah Kawah Kamojang dan langsung menyambar ke arah cahaya merah yang melayang di atas kawah. Satu ledakan keras menggelegar terdengar begitu sinar cahaya kilat bersentuhan dengan cahaya merah kehitaman yang melayang di atas kawah. Tanah bergetar hebat dan sesaat angin yang sedang bertiup kencang itu bagai berhenti.

Di atas kawah, cahaya merah kehitaman mendadak lenyap dan kini berganti dengan satu sosok laki-laki muda bertubuh jangkung mengenakan pakaian serba hitam berkilat, yang berdiri tegak melayang. Sepasang kakinya sedikitpun tidak menginjak permukaan air kawah. Wajahnya tampan gagah tetapi memiliki sepasang matanya berpendar kehijauan, yang menyorot sangat tajam menggiriskan hati. Tiba-tiba laki-laki muda ini keluarkan teriakan keras dahsyat yang hebatnya mampu menggetarkan tanah sekitar.

"Hari ini aku bebas. Bebas kembali menghirup udara segar. Kini waktunya telah tiba untuk menuntut balas."

Diikuti tawa bergelak keras membahana yang luar biasa hebat karena suara tawanya mampu menggerakkan daun," Empat orang yang dulu telah mengurungku itu akan kubuat dua kali lipat lebih menderita dengan apa yang kualami, termasuk semua keturunanannya akan kumusnahkan. Setelah itu dunia ini akan kembali berada di dalam genggamanku Raja Iblis maha sakti. Tunggu saja kalian! Hahaha"

Tiba-tiba teriakan dan tawanya berhenti mendadak dan laki-laki tampan ini seperti termangu memperhatikan sekelilingnya. Matanya hijau mencorong melihat pepohonan yang daun-daunnya bergoyang keras tertiup angin yang masih bertiup kencang.

"Kekuatan iblisku ternyata belum pulih secara sempurna. Seharusnya teriakanku tadi mampu merontokan daun dan memercikan permukaan air kawah. Tapi barusan tadi hanya menggetarkan tanah belaka. Setan! Ternyata benar, kesaktianku kini hanya tersisa setengahnya akibat terjerat terlalu lama di bawah kawah. Selain itu Batu Mustika Dewa sudah tidak berada di dalam tubuhku. Aku harus segera mendapatkan kembali batu sumber kekuatanku itu. Pasti diambil oleh salah satu dari empat orang pertapa jahanam itu. Harus kurebut kembali dan melanjutkan usaha menguasai duni."

Beberapa lama laki-laki ini termenung seperti baru menyadari sesuatu. "Tapi dengan kekuatanku yang tidak sempurna ini sulit rasanya mewujudkan hal tersebut. Aku harus menghimpun kekuatan terlebih dahulu, pengikut setia berilmu tinggi sebelum ku kembalikan semua kekuatan iblisku sampai sempurna. Baru aku mencari Batu Mustika Dewa. Dan tentu saja aku harus mencari tempat untuk bersemedhi memulihkan semua kekuatan Batu Mustika Iblis. Tempat ini jelas tidak bisa kupakai untuk bersemedhi. Sedikitnya dua tahun lamanya aku harus menyembunyikan diri di tempat yang terasing. Setelah itu baru aku bisa bergerak bebas."

Sesaat setelah berpikir laki-laki muda ini kemudian tengadah ke langit dengan mata terpejam. Dan mendadak sosok tubuhnya kemudian menghilang secara tiba-tiba. Dan anehnya, begitu sosok laki-laki itu menghilang angin yang sejak tadi bertiup kecangpun ikut lenyap secara mendadak. Kawah Kamojang kembali sepi seperti hari-hari biasanya. Hanya lobang selebar tubuh kerbau yang masih tersisa diliputi bayangan hitam di dalamnya.

Di saat bersamaan, di dua tempat berbeda dan sangat berjauhan di wilayah Timur dan Barat pulau Jawa, dua orang yang kebetulan sama-sama tengah bersemedi tersentak bangun dari semedi mereka. Di lereng gunung Bromo, seorang kakek tua, bersorban putih mengenakan pakaian putih pula menyeruapai seorang pertapa yang duduk di atas bale-bale pondok reyotnya dibuat termenung. Kakek ini mengelus-elus jenggot panjang putihnya karena berusaha memaknai pertanda yang ia terima barusan. Sebuah pertanda yang membuat hati dan perasaannya tidak enak. Setelah termenung sekian lama kakek bersorban putih keluar dari gubuk reyotnya. Sekali bergerak tubuhnya lenyap lenyap, melesat ke bawah gunung dengan kecepatan luar biasa. 

Dan di sekitar wilayah tanah Parahiyangan, di bawah sebatang pohon besar berdaun rimbun seorang kakek tua renta yang sejak tadi duduk bersila di atas sebuah batu rata di areal sebuah pesawahan tersentak bangun dari semedhinya. Tubuhnya menggigil secara tiba-tiba, telapak tangan kanannya menyapu peluh yang entah sejak kapan membanjiri kening dan lehernya. Saat kedua matanya dibuka ternyata hanya terlihat bola mata putih keseluruhan. Ternyata kakek ini buta!

"Celaka! Petunjuk apa yang barusan aku terima?"Gumam si kakek pelan dengan wajah terlihat tegang."Merah darah, gelap pekat, dan gemuruh angin disertai halilintar. Rimba persilatan kembali terancam angkara murka. Lebih dahsyat dari sebelumnya. Petunjuk celaka, petunjuk celaka! Kembali aku harus disibukkan masalah persilatan. Padahal aku sudah berniat hendak pensiun, oalaah."

Si kakek terlihat masygul lalu berpaling ke sebalah kirinya dimana tergolek pulas seorang anak laki-laki yang tidur bagai trenggiling di atas rerumputan. Beberapa lamanya si kakek pandangi wajah anak yang sedang tertidur lelap itu.

"Aku sudah berniat untuk menyepi diri di suatu tempat dan mendidik anak ini sungguh-sungguh. Tapi rupanya Dewa berkehendak lain. Aku harus kembali turun ke dunia ramai. Apakah bijaksana kalau aku mengajaknya mengelilingi rimba persilatan?"

Si kakek masih terus memandangi wajah anak laki-laki itu dan kembali bergumam," Kasihan kau, Jaka. Tidak tahu asal usul dan hidup menggelandang. Dan janjiku untuk mengajarimu ilmu silat harus kembali tertunda dan kini terpaksa kau harus menderita mengikutiku."

Si kakek buta kembali pejamkan mata, dalam hati berucap,"Petunjuk yang barusan aku terima merupakan wangsit tentang keadan bahaya. Bukan bahaya kecil. Malah jauh lebih besar dari masalah kemunculan Datuk Neraka setengah tahun yang lalu. Aku harus melakukan sesuatu dan juga menghubungi kawan-kawan yang mungkin saat ini tengah mempersiapkan pertandingan antar para jawara di tiga wilayah. Benar, pertandingan persahabatan antar para jago di tiga wilayah Jawa akan dilangsungkan enam bulan dari sekarang. Tapi, kalau petunjuk yang aku terima tadi benar maka masalah ini jauh lebih penting dari masalah gengsi. "

Si kakek kembali bersila dengan kedua tangan merangkap di depan dada untuk kembali bersemedhi memasuki alam gaib.

 000

Geger Mustika Batu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang