Bagian 3. Keributan di Hutan Cibuntu

307 17 2
                                    


Pada masa itu, di rimba persilatan terjadi kegemparan yang cukup luar biasa dengan munculnya berita tentang Dukun Sakti Seribu Mantra yang membawa kabur pusaka milik Dewa Bertongkat Iblis setelah terjadinya pertempuran besar di Lembah Neraka. Sebuah batu yang disebut Mutiara Batu Biru yang dipercaya banyak orang merupakan sebuah benda sakti yang bisa meningkatkan kesaktian seseorang ke tingkatan dewa. Berita ini menyebar dengan sangat cepat bagaikan api membakar sekam yang diterima dengan berbagai tanggapan oleh orang-orang persilatan. Tapi sejak berita ini menyebar, Dukun Sakti Seribu Mantra tiba-tiba menghilang lenyap bagai di telan bumi, entah berada dimana dukun sakti ini bersembunyi. 

Banyak jago yang kemudian turun gunung seperti terpanggil untuk ikut melakukan pencarian keberadaan sang Dukun. Tapi jelas niat dan tujuan para jago ini melakukan pencarian sama sekali berbeda. Ada dua golongan yang kini bergerak turun untuk memburu Dukun Sakti Seribu Mantra. Golongan pertama adalah orang-orang yang benar-benar ingin membantu Dewa Tongkat Iblis untuk merebut Mustika Batu Biru, tentu saja mereka adalah tokoh-tokoh rimba persilatan sahabat Dewa Bertongkat Iblis. Dan golongan kedua adalah orang-orang yang memiliki niat lain, bukan ingin membantu Dewa Tongkat Iblis tapi sebaliknya, bermaksud merebut mustika itu untuk dikangkangi sendiri atau demi kepentingan pribadi mereka. Kabanyakan dari mereka adalah manusia-manusia berjiwa maling, serakah dan munafik.

Rimba persilatan Tatar Parahiyangan saat ini mendadak ramai dengan banyaknya bermunculan jago-jago ternama atau orang-orang jago silat yang tidak jelas asal usulnya, yang berkeliaran di desa-desa termasuk kota-kota kerajaan. Beberapa kali malah terjadi bentrokan dan perkelahian diantara orang-orang ini di beberapa tempat. Hal ini tentu saja telah mengakibatkan keresahan di wilayah Parahiyangan dan telah memaksa pihak kerajaan turun tangan untuk mengatasi berbagai keributan itu. Prajurit dan punggawa kerajaan diturunkan demi melakukan penjagaan di beberapa titik wilayah yang dianggap rawan perkelahian. Penjagaan dan pemeriksaan diperketat di wilayah perbatasan terutama di pintu menuju kota kerajaan. Dan karena itu pula para jago yang awalnya berkeliaran bebas dan menimbulkan keributan akhirnya mulai menjauhi daerah yang berdekatan dengan kota kerajaan yang dijaga para prajurit tapi gantinya mereka memasuki daerah-daerah pesisian dan hutan-hutan.

Belum lagi masalah Mustika Batu Biru reda,  muncul lagi kabar lain yang tidak kalah menariknya di rimba persilatan. Yaitu tentang adanya berita akan diadakannya sebuah pertemuan besar para tokoh rimba persilatan se tanah jawa yang akan dilaksanakan di Gunung Slamet beberapa waktu yang lalu. Banyak jago-jago persilatan ternama yang akan mengikuti pertemuan tersebut dengan undangan. Peristiwa ini adalah pertemuan untuk membicarakan rencana akan diadakannya sebuah ajang adu tanding antara para jago rimba persilatan seNusantara. Ajang tandu tanding ini sebenarnya pernah dilakukan sebanyak tiga kali di masa lalu. Terakhir kali pelaksanaan adu tanding adalah pada masa lima puluh tahun yang lalu saat dua jago pilih tanding masih hidup yaitu Pendekar Sakti Tapak Kilat dan Datuk Merapi. Tapi sejak saat itu belum pernah ada lagi kegiatan serupa disebabkan beberapa hal yang terjadi di rimba persilatan saat itu. Oleh karenanya berita tentang akan kembali diadakannya adu tanding telah menarik minat orang-orang rimba persilatan. Dan pertemuan di Gunung Selamet ini sebagai upaya memilih jago-jago yang akan mewakili Pulau Jawa Dwipa.

Tempat diadakannya ajang adu tanding ini akan dilakukan di Puncak Gunung Dieng yang akan dilaksanakan dua tahun kemudian. Berita menyebutkan bahwa ajang adu tanding ini tidak dibuka secara bebas tapi hanya diikuti oleh sepuluh peserta yang sudah dipilih sebagai perwakilan dari tiap wilayah persilatan yang berarti total peserta hanya lima puluh orang jago dari lima wilayah peserta. Lima wilayah ini meliputi Pulau Jawa Dwipa, Pulau Andalas Swarna Dwipa, Tanah Bugis, Madura dan Pulau Dewata. Setiap wilayah harus memilih sepuluh orang wakil yang dianggap jago-jago paling kuat di wilayahnya. Pemenang akhir dari adu tanding akan dinobatkan sebagai jago nomer satu rimba persilatan dan sekaligus akan menjadi ketua rimba persilatan.

Geger Mustika Batu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang