Part 8 Marni Turun Gunung

175 20 10
                                    

Tubuh Danar Welang seketika melayang dan jatuh diatas meja mengakibatkan semua makanan dan minuman diatasnya mental acak-acakan di seluruh lantai. Danar Welang sesaat hanya bisa diam berbaring keliangan dan tidak tahu apa yang terjadi. Semua orang terkejut. Peristiwa tadi terjadi sangat cepat, tapi walau mereka tidak melihat gerakan gadis itu tapi jelas dialah yang telah melemparkan Danar Welang.

"Bajingan! Sungguh berani kau!"

Seorang laki-laki setengah baya membentak marah. Semua orang dalam kelompok Warok Paksi berdiri dengan mata mencorong ke arah gadis yang tetap duduk tenang dan terus makan tidak memperdulikan keadaan. Tidak ada bekas-bekas dia telah melemparkan orang. Danar Welang dibantu untuk berdiri. Wajah pemuda itu terlihat pucat, bukan karena luka tapi terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Tidak pernah dia mengira bahwa gadis cantik yang terlihat lemah itu sangat lihai.

"Katakan siapa kamu!"Bentak laki-laki setengah baya. Dia adalah Wira Seto, ayah Danar Welang sekaligus Kepala Warok Paksi. Dia mendekat ke arah meja si gadis cantik dengan langkah lebar dan wajah mengelam.

"Bisakah kalian tenang tidak berisik? Aku sedang makan dan tidak suka mendengar keributan."

Suara si gadis saat berkata sangat lembut dan merdu, sekilas matanya melirik ke arah Wira Seto sebelum kembali ke piring di hadapannya. Walau lirikan itu hanya terjadi sekilas tapi Wira Seto mendadak merasakan tengkuknya dingin dan tanpa sadar kakinya mundur selangkah. Sinar mata gadis itu sangat tajam saat meliriknya, dan ada sambaran sinar menakutkan menusuk hati Wira Seto. Untuk beberapa detik Wira Seto hanya terpaku di tempatnya. Ada keringat muncul di keningnya.

"Gadis ini bukan orang sembarangan."Membatin Wira Seto dengan pandangan tidak fokus. Ada keraguan menyelinap dihatinya. 

Matanya melirik ke arah anak buahnya yang sedang menunggu perintahnya. Mereka tentu tidak akan menerima perlakuan gadis itu terhadap salah satu dari mereka, terlebih Danar Welang adalah wakil ketua sekaligus putra pimpinan mereka. Sekali perintah, mereka akan langsung menerjang gadis itu. Tapi Wira Seto yang sebelumnya begitu sangar entah kenapa malah tiba-tiba menjadi diam seperti bingung.

Gadis itu masih duduk dengan tenang. Saat itu sepertinya dia sudah mau selesai makan. Dengan sikaf acuh tak acuh dia mencuci tangannya di mangkok kayu yang tersedia. Sama sekali tidak mengacuhkan Wira Seto. Selesai mencuci dan mengeringkan tangannya gadis itu menoleh ke arah Wira Seto.

"Mengapa kau masih berdiri disitu? Apa kau memang hendak mencari masalah?"Tanyanya datar.

"Kau, benar-benar...!"Wira Seto hendak meradang tapi entah kenapa tidak melanjutkan ucapannya. Gadis itu mendengus.

"Benar-benar apa? Anak buahmu berusaha bertindak kurang ajar padaku, tentu saja aku tidak bisa diam. Masih untung aku tidak menghajarnya, hanya melemparnya. Aku masih berbaik hati."

"Jangan banyak bicara ketua. Kita tangkap saja dan bawa ke markas. Danar sepertinya menyukainya, gadis ini sangat cantik. Kalau Danar sudah selesai dengannya yang lain bisa dapat bagian, hahaha." Ucap salah satu anak buahnya dengan sorot mata sedikit menyipit kurang ajar. 

Gadis itu melirik ke arah orang yang barusan bicara dengan wajah muram. Dan sebelum orang lain tahu apa yang hendak dilakukannya, sosok gadis itu mendadak lenyap dari tempatnya. Tidak ada seorangpun yang bisa mengikuti kecepatan gerakan gadis itu. Setelah itu mendadak terdengar suara keras.

Plaakk Plaakk!

Tubuh laki-laki itu mendadak terlempar ke luar warung dan jatuh di tanag. Dua belah pipinya mendadak merah dan bengkak juga ada beberapa giginya yang copot berdarah. Begitu jatuh orang ini sama sekali tidak mampu bangkit lagi. Sedangkan si gadis, selesai memberikan tamparan kini sudah kembali ke tempatnya di meja makannya.

Geger Mustika Batu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang