Bagian 5 Keluarga Semeru

228 15 4
                                    

Di tempat lain yang jauh dari gunung Gede. 

Kakek berpakaian penuh robekan dan tambalan itu berdiri tenang acuh tak acuh, padahal disekelilingnya berdiri lima orang yang mengepungnya. Di samping si kakek berdiri pula seorang anak laki-laki berkulit kecokelatan yang membawa buntalan kain kumal. Usia anak ini sekitar sepuluh tahunan, dan walaupun berkulit hitam tapi wajahnya cakap. Seperti si kakek, anak inipun bersikap tenang-tenang saja tidak menunjukkan rasa takut dan khawatir mengetahui dirinya bersama si kakek telah dikepung. Lima orang yang terdiri dari lima laki-laki ini seperti sengaja berdiri mengurung si kakek buta dan anak laki-laki itu di lima arah sejarak satu tombak. Si kakek buta yang bukan lain dalah Pengemis Buta Mata Dewa miringkan kepalanya ke arah orang-orang itu. Hal ini adalah kebiasaan si kakek yang bermata buta untuk mengetahui keadaan di sekelilingnya serta jumlah orang yang muncul mencegat perjalanannya.

Sambil mendesah pelan, Pengemis Buta Mata Dewa berkata pada anak laki-laki yang tengah bersamanya dan berdiri diam di samping si kakek.

"Jaka, tidak dinyana perjalanan kita di tengah hari yang panas begini telah mendapat sambutan dari orang-orang terhormat. Coba kau tanyakan apa urusan mereka mencegat perjalanan kita!"

Anak laki-laki bernama Jaka anggukkan kepala. Raut mukanya sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut atau khawatir walau dihadang lima orang yang rata-rata berwajah tidak sedap dipandang. Jaka maju selangkah, tapi mulutnya yang sudah setengah membuka untuk bertanya langsung menutup kembali karena mendadak salah satu dari lima orang itu, laki-laki berambut kriting dan membekal golok bermata hitam langsung keluarkan suara mendahului bicara.

"Andika tidak perlu repot-repot, Pengemis Buta Mata Dewa. Kami sendiri akan menjelaskan keperluan kami menemuimu disini. Kami hendak bertanya sesuatu padamu tentang sebuah benda sakti yang disebut Mustika Batu Biru. Kau seorang peramal sakti yang terkenal, pasti tahu dimana beradanya benda mustika sakti itu."

"Kau siapa?"Tanya si kakek pengemis buta ini dengan kepala sedikit miring ke arah laki-laki berambut kriting .

"Aku bernama Jaladra digelari orang Sepasang Golok Hitam."Jawab si kriting dengan nada sedikit pongah saat menyebutkan nama dan gelarnya.

"Aih, rupanya seorang tokoh ternama dari Gunung Pulosari di wilayah Barat."Ucap si kakek mengenali orang ini."Tapi mengapa andika begitu yakin kalau aku tahu tentang hal itu?"

"Jangan banyak omong, Pengemis Mata Dewa,"Ucap laki-laki bertubuh tinggi langsing dengan nada tidak sabar. Orang ini kelihatan membekal sebuah tombak panjang dan besar yang dipegangnya sebagai tongkat yang ujungnya menjulang lebih dari satu meter melebihi kepalanya yang bertubuh tinggi. Selain panjang, kelihatan sekali senjatanya itu sangat berat.

"Dan andika, siapakah?"Tanya Pengemis Buta Mata Dewa kerutkan kening heran dengan kepala tengadah menggunakan indera pendengarannya.

"Aku dikenal dengan sebutan si Tombak Kuning Penyangga Langit."Sahut laki-laki tinggi ini dengan nada sombong busungkan dada. Tujuannya menyebut gelarnya langsung sudah jelas untuk membuat pengemis Buta Mata Dewa merasa segan pada dirinya. Tapi yang diharapkannya itu jauh dari kenyataan karena ternyata, sambil tertawa mengekeh geli si kakek Mata Dewa berkata.

"Julukan hebat dan menakutkan, tapi baru kali ini aku mendengar gelar andika. Dan menurutku ada yang aneh dari julukanmu. Apakah benar tombakmu yang berwarna kuning itu bisa mencapai langit? Kalau benar bisa kubayangkan kau pasti sangat repot membawa-bawa tongkat sepanjang itu, hehehe."

"Jahanam, kau berani menghinaku, kakek buta."Si Tombak Kuning sudah siap maju hendak mendamprat Pengemis Buta Mata Dewa secara kasar, tapi laki-laki berbaju kuning berikat kepala merah sudah keburu maju dan berkata ke arah kakek buta itu.

Geger Mustika Batu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang