Setelah keluarkan kata-kata tadi Sagita Devi berdiri bertolak pinggan dengan tatapan tajam memandangi ketiga laki-laki itu.
Tiga orang ini sesaat dibuat termangu, tidak menduga bahwa wanita muda cantik ini begitu sangat berani menentang mereka. Melirik ke arah belakang perempuan ini mereka melihat masih ada dua orang yang berdiri disana. Seorang pemuda dan seorang gadis yang tidak kalah cantiknya.
"Sungguh berani. Apa kau tidak tahu siapa kami?" Walau terpesona dengan kecantikan yang muncul di hadapannya tapi saat bertanya laki-laki bertubuh paling tinggi diantara dua orang lainnya berbicara dengan kasar dan galak.
"Aku tidak peduli! Dan tidak mau perduli. Enyah dari sini!"
Ucap Sagita Devi dengan nada acuh tak acuh. Kemudian berbalik ke arah gadis muda di belakangnya dan bertanya.
"Apa kau tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa,"Gadis berwajah burik itu anggukkan kepalanya dan menjawab cepat lalu pandangi wajah Sagita Devi yang cantik dan mulus penuh kekaguman.
"Kau sangat cantik, kakak!"
Sagita Devi tertegun mendengar pujian gadis yang lugas dan tiba-tiba itu, tapi sesaat kemudian Sagita Devi dibuat tersenyum lebar tergugu.
"Terimakasih. Kau juga sebenarnya cantik, hanya kurang memperhatikan penampilan."
Apa yang diucapkan Sagita sebenarnya bukan hanya omong kosong. Gadis ini wajahnya penuh bekas koreng menghitam hingga menjadi burik, tapi kalau diperhatikan baik-baik dari dekat bentuk wajahnyanya sempurna dan akan terlihat cantik kalau saja wajahnya tidak burik dan tidak ada bekas koreng.
Tapi pembicaraan mereka berdua terputus dengan suara bentakan keras dari arah tiga laki-laki itu.
"Gadis sombong! Sungguh berani kau menghiraukan kami. Apa kau memiliki latar belakang hebat dan ada yang bisa melindungimu? Cepat minta maap pada kami!"
Sagita Devi berbalik menatap orang yang membentaknya barusan, yaitu laki-laki bertubuh tinggi itu dengan mata sedikit menyipit.
"Bukankah Kalian lah yang harus minta maaf pada gadis ini. Apa hubungannya denganku?"
"Sialan. Kalau saja kau tidak cantik sudah kami hajar sejak tadi."Dengus laki-laki itu yang dibenarkan oleh dua kawannya dengan anggukkan kepala setuju.
"Kau memang cantik, anak gadis. Begini saja, lebih baik kau ikut kami saja menemui Tuan kami. Dengan kecantikanmu majikan kami pasti akan menyukaimu dan bisa memberikan apa saja yang kau inginkan. Kau juga bisa mengajak gadis yang di sebelah sana ikut serta, hehehe!"
Berkata laki-laki satunya yang disambuti tawa terkekeh dua orang lainnya. Tapi tawa mereka tidak berlangsung lama karena mendadak saja satu bayangan biru datang berkelebat ke arah mereka.
Plak plak plak!
Tiba-tiba tiga suara tamparan terdengar nyaring memenuhi udara. Tiga orang itu sudah jatuh terduduk sambil pegangi pipinya masing-masing yang merah membengkak besar. Malah ada beberapa gigi yang rontok bertanggalan. Sakitnya luar biasa.
Di hadapan ketiganya kini sudah berdiri seorang pemuda berpakaian serba biru. Sepasang mata menatap tajam ke arah tiga laki-laki itu penuh kemarahan. Siapa lagi kalau bukan Tirta, dan dia pula yang barusan menampar tiga orang itu karena mengucapkan hal-hal tidak seronok tentang kedua istrinya.
"Kalian berani ucapkan kata-kata kurang ajar tentang istri-sitriku lagi, kupatahkan tangan dan kaki kalian bertiga!"
Ancam Tirta dengan wajah kereng dan rahang mengeras. Sepasang matanya memberikan tatapan setajam pisau. Selama hidupnya Tirta sebenarnya orang yang tidak pernah marah hingga melewati batas, tapi demi mendengar ucapan tidak senonoh barusan dia benar-benar merasa marah. Dan sebagai suami yang ingin selalu menjaga kehormatan istri-istrinya kali ini Tirta sudah bertindak cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geger Mustika Batu Biru
Fiksi UmumLanjutan Cerita Geger Parahiyangan. Rimba persilatan kembali menghadapi bahaya ancaman kekacauan dan kehancuran. Seorang dukun sakti, yaitu Dukun Sakti Seribu Mantra yang menguasai Mustika Batu Biru milik Dewa Tongkat Iblis telah menggegerkan rimba...