Part 14 Melumpuhkan Penghadang

115 13 5
                                    

Tubuh besar Setan Penggali bagaikan burung melayang cepat menyerang Wulan Sari. Telapak tangan Setan Penggali melesat ke arah perut Wulan Sari, sedangkan nenek berjuluk Tapak Racun Hitam juga datang ke arah Sagita Devi dengan satu tamparan keras membawa angin panas menggidikkan.

Wulan Sari dan Sagita Devi tidak tinggal diam. Begitu lawan mereka datang keduanya segera bergerak pula. Wulan Sari dan Sagita Devi sama-sama pentangkan telapak tangan masing-masing lalu maju sambuti serangan lawan. Melihat kedua gadis itu menyambut serangan mereka tanpa rasa takut, Setan Penggali dan Tapak Racun Hitam sama-sama menyeringai dan mempercepat serangan mereka.

Plakk Dukk Dessshh!

Empat lengan yang sama-sama dialiri kekuatan tenaga dalam bentrok di udara. Tubuh si Setan Penggali terdorong mundur hingga tiga langkah, sedangkan si nenek Tapak Racun Hitam walau tubuhnya sedikit bergoyang tapi terlihat berubah wajahnya. Kedua orang ini memandang kaget ke arah lawan masing-masing, Wulan Sari dan Sagita Devi. Saat beradu tangan mereka merasakan bahwa aliran hawa sakti lawan mampu membendung serangan hawa sakti milik mereka kemudian menyerang balik pemiliknya. Ini meandakan bahwa tenaga dalam dan hawa sakti dua orang wanita muda itu jelas tidak berada di bawah mereka.

Menyadari hal tersebut, si nenek Tapak Racun Hitam mendengus.

"Tidak kusangka kalian ternyata berkemampuan tinggi. Kami sudah meremehkan kalian berdua,"Berucap si nenek dengan mimik muka serius. " Tapi jangan merasa bangga dulu. Karena sebelumnya aku belum bertindak sungguh-sungguh. Pertarungan ini baru saja akan dimulai." 

Berkata begitu si nenek segera renggangkan kedua kakinya. Kedua tangan diangkat di depan dada dengan telapak tangan terbuka dan sesaat kemudian terlihat bergetar keras. Kejadian selanjutnya membuat Wulan Sari dan Sagita Devi kerutkan kening mereka karena telapak tangan si nenek dari pergelangan tangan hingga ujung jari berubah warnanya menjadi hitam pekat.

Rupanya nenek itu langsung keluarkan ilmu andalannya yaitu Tapak Racun Hitam. 

"Setan Penggali! Kau sebaiknya diam saja untuk berjaga-jaga. Aku sendiri yang akan mengurus dua gadis itu."

Si Tapak Racun Hitam berkata ke arah kawannya dengan nada tegas. Jelas dirinya bermaksud hendak langsung mengalahkan dua orang lawannya sekaligus. Dengan ilmu andalannya, walau sebelumnya dua gadis itu telah memperlihatkan kehebatan mereka, si nenek merasa percaya diri bahwa dia bisa melakukannya. 

Si Setan Penggali tidak berani membantah, setelah anggukkan kepala dia segera mundur bergabung dengan dua kawannya yang masih dalam keadaan lemas.

"Aku akan melumpuhkan kalian berdua sekaligus, setelah itu aku juga akan membunuh pemuda yang disana,"Berkata si nenek dengan nada dingin penuh kebanggaan pada Wulan Sari, Sagita Devi dan menoleh tajam ke arah Tirta.

"Kau terlalu percaya diri, nek,"Tirta berkata lantang dari arah bawah pohon. Bibirnya mengulum senyum kecil,"Ga perlu melawan dua orang istriku sekaligus. Cukup kau lawan seorang saja, belum tentu kau menang."

"Gita istriku, kau hadapi nenek jelek itu. Tapi hati-hati dengan kedua telapak tangan beracunnya. Sedikit saja kena anggota tubuh maka akan berbahaya bisa. Gunakan ilmu hawa dinginmu."

Tirta menoleh dan berkata pada Sagita Devi sekaligus memberi saran. Sejak awal Tirta langsung bisa melihat bahwa nenek itu mengandalkan telapak tangannya yang telah berubah menghitam. Sagita Devi hanya anggukkan kepala dan maju ke hadapan si nenek Tapak Racun Hitam dengan pandangan mata tajam.

"Hati-hati!"

Wulan Sari pun berkata memperingatkan sebelum dirinya mundur menjauh dan berdiri di samping Tirta yang masih duduk di atas batu.

Geger Mustika Batu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang