Si Tapak Racun Hitam mundur beberapa langkah saking terkejut ketika sesosok laki-laki muda berpakaian biru sudah berdiri menghadang di depannya. Ternyata pemuda ini adalah orang yang sejak awal dilihatnya hanya duduk diam di batu bawah pohon, tapi kini sudah tegak di hadapannya sambil menyeringai ke arahnya.
"Kau.. Bagaimana bisa ...?!"
Tentu saja nenek ini dibuat terkejut. Karena saat tadi dirinya memutuskan untuk melarikan diri, pemuda ini masih anteng duduk tidak bergerak jauh dari arena pertarungan. Jaraknya puluhan meter. Perlu diketahui, si Tapak Racun Hitam berlari dengan menggunakan seluruh kekuatannya dan percaya bahwa tidak ada seorangpun dari tiga orang ini yang akan bisa mengejarnya. Tapi entah bagaimana caranya pemuda itu kini sudah berdiri menghadangnya.
Tapi dalam keadaan terdesak si nenek tidak mau berfikir lebih lama. Dengan suara geraman marah telapak tangannya yang berwarna hitam langsung melesat melakukan serangan ke arah dada Tirta menggunakan seluruh tenaga dalamnya. Telapak tangan hitam si nenek sampai memancarkan cahaya kehitaman dan menggidikkan. Angin panas dan berbau amis menyambar ganas.
"Dasar bodoh!"
Tirta bergumam dan sipitkan matanya. Tanpa bergerak dari tempatnya tangan kanan Tirta bergerak pula melakukan tangkisan.
Dukkk Deessshh!
Tubuh renta si nenek Tapak Racun Hitam terjajar mundur sampai beberapa meter. Tangannya terasa kaku sulit digerakan disertai dada berdenyut. Yang membuatnya lebih terkejut lagi, anak muda di depannya sama sekali tidak terlihat terpengaruh sedikitpun setelah beradu lengan dengan tapak hitam beracunnya.
Dan sebelum dirinya bisa menguasai keadaan sosok Tirta tiba-tiba sudah berada dekat di hadapannya. Saat nenek ini hendak kirimkan serangan mendadak tubuhnya sudah kaku tidak bisa bergerak sama sekali karena Tirta sudah menotok urat pergerakannya.
"Kau ...."
Sepasang mata si nenek melotot antara marah dan ketakutan. Kecepatan gerak orang ini sungguh diluar dugaannya. Dirinya yang merupakan salah satu tokoh nomor ternama di rimba persilatan ternyata tidak mampu menghindar sama sekali.
"Gak usah melotot galak, nek. Aku tidak takut," Ujar Tirta sambil menyeringai lebar,"Sekarang kau katakan, siapa orang yang berada di belakangmu dan menyuruh kalian mencari urusan dengan kami yang sama sekali belum saling mengenal."
Mendapat pertanyaan itu si Tapak Racun Hitam hanya diam rapatkan bibir dengan raut muka dingin dan datar. Melihat itu Tirta menghela nafas dan gelengkan kepala. Ia sudah menduganya dari awal bahwa orang ini pasti tidak akan mudah diajak bicara dimintai keterangan. Tirta menyeringai, melirik ke arah dua istrinya yang saat itu sudah datang mendekat.
"Sepertinya nenek ini tidak mau bicara, kakang. Apa yang harus kita lakukan?"
Tanya Sagita Devi begitu sudah berada dekat dengan Tirta dan memandangi si Tapak Racun Hitam yang diam membisu palingkan muka.
"Tenang saja. Aku punya cara supaya dia mau bicara."
Berkata begitu Tirta menotok urat besar di lengan kiri Si Tapak Racun. Kemudian Tirta berdiri rangkapkan tangan di dada sambil memperhatikan si Tapak Racun Hitam. Sagita Devi dan Wulan Sari ikut penasaran apa yang dilakukan suami mereka.
Beberapa detik kemudian tidak terjadi apa-apa. Tapi setelah itu si nenek mulai merasakan kesemutan di sepanjang lengan yang ditotok, tapi lama kelamaan rasa kesemutan mulai menjalar ke bagian tubuh yang lain. Dan rasa kesemutan itu semakin lama semakin hebat. Badannya terasa bagaikan digigit ratusan semut rangrang. Rasa kesemutan kini berubah jadi rasa sakit yang menghebat. Wajahnya mulai berkeringat dingin dan tubuhnya mulai bergetar dengan mulut terkatup rapat menahan teriakan akibat menahan rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geger Mustika Batu Biru
Ficción GeneralLanjutan Cerita Geger Parahiyangan. Rimba persilatan kembali menghadapi bahaya ancaman kekacauan dan kehancuran. Seorang dukun sakti, yaitu Dukun Sakti Seribu Mantra yang menguasai Mustika Batu Biru milik Dewa Tongkat Iblis telah menggegerkan rimba...