Part 18 Gadis Buruk Rupa

152 15 5
                                    

Bangunan di bukit itu merupakan sebuah pondok tunggal yang berdiri di lereng bukit kecil yang subur berada beberapa ratus meter di sebelah timur perguruan Sawala. Ukurannya kecil tapi terbuat dari kayu pilihan dan diwarnai dengan cukup baik. Halamannya kecil tapi ditumbuhi berbagai tanaman dan ada juga satu pohon mangga besar tepat di depan pondok yang dikelilingi pagar setinggi lutut orang dewasa. 

Ki Mangun Pati berjalan dengan langkah terburu-buru memasuki halaman pondok tersebut. Begitu naik ke teras pondok, dilihatnya seorang laki-laki tua mengenakan pakaian merah gelap panjang tengah duduk bersila di atas bale-bale dengan mata terpejam. Rambutnya yang panjang putih beruban tergerai di bahunya dan bergerak ditiup angin gunung. Tidak ada gerakan sedikitpun dari kakek ini saat Ki Mangun Pati datang, seperti tidak mengetahui kedatangan Ketua Perguruan Sawala tersebut. Tapi Ki Mangun Pati sedikitpun tidak merasa tersinggung dengan keacuhannya. Dia tahu jelas siapa kakek diatas bale itu. Malah dengan sikap takzim laki-laki ini tiba-tiba bungkukkan badan dan menyapa.

 "Paman Guru Ajar Sakti! Apa kabarmu? Mengapa kau tidak memberitahu sebelumnya kau akan datang ke perguruan? Dan mengapa paman malah meminta bertemu di tempat terpencil ini bukannya langsung pergi ke kediaman?"

Sepasang mata yang terpejam perlahan membuka. Senyum lebar menyeruak di bibirnya begitu melihat sosok Ki Mangun Pati. Terdengar ucapannya yang pelan dan tenang ditujukan pada Ki Mangun Pati.

"Kau ini sedang bertanya atau mengomeliku? Banyak amat pertanyaanmu ini?"

Ki MAngun Pati tertegun dengan teguran si kakek kemudian wajahnya jadi tersipu.

"Bukan begitu, Paman. Tapi kau adalah sesepuh Perguruan Sawala. Sungguh tidak baik kalau orang lain tahu aku menyambutmu di tempat ini. Kau seharusnya disambut secara meriah di perguruan Sawala. Sudah lama kau meninggalkan perguruan." 

"Aku lebih suka menemuimu di tempat yang sepi ini sekaligus aku rindu dengan pondok yang pernah aku tempati. Juga saat ini aku tahu kau tengah sibuk mempersiapkan acara perhelatan besar adu tanding para jago. Kalau bukan masalah penting yang hendak aku sampaikan tidak nanti aku mengganggu waktumu, hehehe!"

"Jangan begitu, paman. Kau adalah paman guruku, sesepuh Agung perguruan Sawala. Kapanpun kau mau menemuiku aku pasti akan datang walau sesibuk apapun. Ini bukan apa-apa."Sela Ki Mangun Pati dengan nada bersungguh-sungguh.

Ki Ajar Sakti, yaitu Paman Guru Ki Mangun Pati tersenyum dengan sikap dan jawaban Ki Mangun Pati.  Ada rasa bangga dan puas dalam hatinya.

"Sudahlah, naik dan duduklah disini. Aku tidak punya banyak waktu. Ada hal yang ingin ku sampaikan padamu yang berhubungan dengan hidup mati perguruan Sawala."

 Walaupun terkejut dan merasa heran dan bertanya-tanya dengan sikap serius paman gurunya, tanpa banyak bicara Ki Mangun Pati langsung duduk bersila di depan Ki Ajar Sakti.

"Bagaimana persiapan kalian sampai saat ini?"Tanya Ki Ajar Sakti mulai membuka percakapan.

"Sejauh ini smuanya berjalan lancar. Anak-anak muridku tengah menyiapkan panggung untuk pertandingan nanti. Sepertinya tidak akan ada masalah mengenai semuanya sampai perhelatan berjalan."Jawab Ki Mangun Pati dengan nada pasti.

"Ku dengar dari orang-orang beberapa waktu lalu perguruan kalian menemui masalah dengan adanya penyusup yang berniat mengacaukan situas. Apakah benar?"

Ki Mangun Pati anggukkan kepala dan tidak lupa menceritakan semuanya tentang masalah penyusupan yang terjadi sebelumnya tanpa terlewati.

"Tapi paman guru tidak usah khawatir, hal tersebut sudah kami tangani. Walau sampai sekarang kami belum bisa mengorek keterangan dari tawanan yang berhasil kami tangkap tapi aku yakin hal ini tidak akan terjadi lagi. Pengamanan sudah semakin diperketat. Perlu paman ketahui, pihak kerajaan sudah ikut turun tangan menambah prajurit untuk ikut membantu penjagaan di sekitar perguruan, selain murid-murid pilihan yang juga menjaga keadaan. Pihak yang ingin mengacaukan adu jago harus berpikir seribu kali."

Geger Mustika Batu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang