COLD BOY - 18. Peran masing masing

300 65 113
                                    

Klik bintang yang ada di pojok bawah ya teman^^

Thank's 1k readers😢🎉🎉
Lop u all❤
Menurut kalian cerita aku dari awal sampai chap segini gimana?
Aku kek merasa belum ada puas gitu loh we, Kalau menurut kalian gimana?
Maaf ya kalau emang garing, disini aku masih belajar😭 dan bakal terus belajar, semoga cerita ini banyak peminatnya Aamiin.

Typo's everywhere

Cold boy
.
.
H a p p y | R e a d i n g

🌻🌻🌻

Suasana pagi ini sangat cerah, udara segar dan sejuk membuat Deanda semangat untuk menuntut ilmu, terlebih lagi ada penyemangat disekolahnya.

"Cantik banget non pagi ini" sapa bi imah sambil menyiapkan sarapan Deanda.

"Ih bibi mah, berarti hari-hari sebelumnya Dea ga cantik ya?" Ucap Deanda manyun sambil menarik kursinya.

Bi imah terkekeh. "Cantik lah non, kek bibi."

"Bercanda non." kedua wanita itu pun tertawa bersama, beginilah biasanya saat bunda dan ayah Deanda sedang sibuk kerja. Bibi imah lah yang selalu menghiburnya.

"Bi Imah?" Panggil Deanda. "Ayo makan sekalian." ajaknya.

"Ngga non, bibi mah bisa nanti. Non aja dulu"

"Ih ayok lah bi, temenin Dea. Ga enak banget makan sendiri." rengek Deanda.

"Bibi, mah ga pantes makan satu meja sama majikan."

"Manusia itu setara bi, lagian kan bi Imah udah Dea anggap seperti keluarga sendiri." ucap Deanda, Lalu bi Imah pun langsung mendudukan dirinya disebelah Deanda.

Tak lama sudah sarapan pagi, Deanda langsung pamit berangkat sekolah.

"Bi, Dea pergi dulu ya" pamitnya.

"Iya non, belajar yang rajin" ucap bi imah.

"Siap bi, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

.....

Semua tatapan mata tertuju pada Darwanto papa Dimas yang sedari tadi tidak membuka suara, Matanya fokus menyuap nasi dialasi piring. Dimas dan mamanya saling melempar pandang bingung.

"Kamu semalam balapan Mas?" Tanya papa nya dan Dimas lelaki itu hanya berdehem.

"Kalah?"

"Ngga lah, papa tenang aja. Ga ada yang bisa kalahin Dimas." ucap lelaki itu menyandarkan dirinya disandaran kursi.

Kalau kedua lelaki ini membahas tentang hal tawuran, balapan atau apa lah itu. Mama Dimas hanya sebagai pendengar yang baik.

Darwanto tersenyum geli mendengar kepercayaan diri anak lelakinya ini.

Darwanto bukanlah orangtua yang salah mendidik anak sampai mengizinkan untuk melalukan tawuran atau semacamnya. Hanya saja Darwanto memiliki sudut pandang tersendiri. Ia paham akan posisi anaknya ini, apalagi untuk seorang laki-laki tawuran dan menjadi pemimpin geng merupakan sebuah kebanggaan pada diri sendiri bahwa ia memiliki kemampuan.

COLD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang