.
.
.
"Aku tidak membutuhkan bentakan yang ku butuhkan hanya sebuah pengertian"
.
.Shakila mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi setelah keluar dari kawasan apartemennya.
Sebenarnya dia bisa saja jika tidur disana tapi kerena dia malas jika besok harus mendengar hal-hal tidak penting jadi dia akan pulang saja kerumah(?).
Sekarang jalanan sepi karena ini sudah memasuki pergantian hari.
Tak butuh waktu lama kila sudah sampai dirumahnya.
Dia masuk setelah satpam membukakan pagar untuk nya, memasukan motornya Ke garasi ,keadaan rumah sudah gelap.
Dia masuk dengan pelan, berjalan santai menuju tangga untuk pergi ke kamar nya.
Tapi baru saja sampai di ruang Keluarga lampu yang tadi mati tiba-tiba sudah menyala.
Sekarang dia bisa melihat ayah,ibu dan kayla berdiri didepan tangga sambil menatap dirinya.
Kila hanya diam berdiri ditempatnya tak ada niatan untuk buka suara,sampai suara ayahnya terdengar.
"dari mana lagi kamu?" tak ada jawaban dari kila, dia hanya menatap mereka dalam diam. Tapi sebenarnya fokus nya ada pada kayla yang saat ini menangis dan berusaha ditenang kan oleh mamanya.
Dan juga kemana dua orang tak berguna lainnya, bukankah mereka sudah pulang dari tadi.
"Shakila saya bertanya dari mana kamu?!!" Rudi sedikit menaikkan nada bicara nya. Dia juga mulai berjalan pelan kearah kila.
Kila menatap ayahnya yang berjalan kearahnya tapi fokusnya berada pada tangan sang ayah yang membawa sesuatu yang sangat dikenal oleh kila.
Kila yang sedang memperhatikan benda itu tidak menyadari ayahnya telah berdiri didapan nya.
Sampai sebuah tamparan dapat mengambil fokus kila lagi.
plak!!!
Bunyi tamparan itu memenuhi ruang keluarga, ujung bibir kila mengeluarkan darah akibat tamparan itu tapi tak ada ringisan yang keluar dari bibirnya.
"Apa anda khawatir tuan Rudi? tapi kurasa itu tidak mungkin"
Setelah lama diam akhirnya dia buka suara, kila menatap mata Ayahnya bisa dilihat dalam tatapan kila tak ada Emosi sama sekali.
Rudi sempat tertegun sebentar dia heran dengan tatapan kosong kila dan ada sedikit rasa khawatir disana tapi dia segara menghilang kan pikiran itu.
"hiks ayah udah, kasian kak Kila hiks" ucap kayla dengan masih menangis disana.
"kamu itu jangan terlalu baik sama dia, liat apa yang anak berandal itu buat sama pipi kamu" ucap sang mama marah
"anak sialan kaya dia berani sekali menampar anakku" lanjut sang amira dan menekan kata anak saya.
Kila yang mendengarnya hanya diam tak berkutik.sedangkan Rudi masih berdiri didepan Kila dengan tatapan tajam menatap kila.
"hiks kayla gak papa, ayah udah kasian hiks kak kila hiks" Tapi tak ada yg menghiraukan nya.
"kak kila bener hiks aku kan emang buk-"
"Diam" Suara dingin Rudi memotong ucapan Kayla
"benar kamu menampar kayla hanya karena dia memanggil mu kakak? " tanya Rudi dengan suarah rendah menahan amarah.
(marah-marah mulu si bapak cepet tua entar, trus inalillah.astagfirullah oke abaikan)
Tak ada sahutan dari kila,dia masih menatap lurus ayah nya dengan pandangan kosong seperti dia hanya sebuah raga tanpa jiwa.
Rudi mencengkeram rahang kila kasar dengan tangan kirinya ditatap nya wajah kila dengan dingin tapi memendam amarah.
"tak bisa kah kau tidak membuat masalah,hanya masalah sepele kau sampai menampar kayla ha!?"
"dia memang bukan adik ku" akhirnya setelah lama diam akhirnya kila membuka suaranya lagi.
Rudi yang mendengar itu merasa amarah nya semakin memuncak, dihempaskan nya kepala kila dengan kuat.
Sampai membuat kila jatuh terduduk dilantai, dia masih diam sampai tiba-tiba ia merasakan panas pada punggung nya.
Tapi dia tak berteriak atau meringis sama sekali.
Dia melirik kearah ayahnya yang memegang sebuah cambuk, ya kila baru saja dicambuk oleh ayahnya.
Benda yang sedari tadi dipegang oleh sang ayah adalah cambuk itu, dia sudah biasa merasakan hal ini.
Ctar
Ctar
Ctar
(anggap aja itu suara cambuk)Tiga cambukan lagi mengenai punggung kila. Sedang kila hanya diam menatap lantai tapi tak lama matanya sedikit melirik kesebuah arah.
Disana dia bisa melihat kedua kakaknya berdiri diam tak berniat menolong dirinya dari sang ayah.
Ayah nya masih terus mencabuknya, punggung, kaki tangan semua menjadi sasaran sang ayah yang sekarang dia yakin sudah mulai mengeluarkan darah akibat cambukan yang terlalu keras dan berulang-ulang.
Tapi kila sama sekali tak menangis bahkan dia tidak meringis sama sekali.
Dia hanya diam menerima itu semua sambil menatap kedua kakaknya yang juga menatap dirinya.
Dia masih berharap meski mustahil, berharap kakaknya mau berlari kearahnya dan memeluknya.
Dia terlihat kuat tapi dia masih seorang anak dan adik yang membutuhkan kasih sayang.
Apakah salah jika dirinya menginginkan kasih sayang keluarga nya sendiri?
Kenapa mereka tak pernah mau mendengar penjelasan darinya dan selalu percaya pada anak pungut itu?
Yang anak mereka itu kayla atau aku?
Apakah dirinya sudah tak dianggap lagi dikeluarga ini?
Sebuah cengkeraman pada rahangnya membawa kila kembali dari pikirannya.
Dia melihat ayahnya berjongkok didepannya sambil mencengkeram rahangnya dengan kasar.
"sekali lagi kamu berani berbuat kasar pada kayla, kamu akan mendapatkan lebih dari ini" setelah itu ayahnya berdiri dan berjalan menjauh dari nya tapi kata-kata kila selanjutnya membuat Rudi berhenti.
"buat apa anda bertanya jika tidak mau mendengarkan penjelasan saya? "
"buat apa anda bertanya jika akhirnya tak pernah percaya dengan apa yang saya katakan? "ucap kila dengan suara rendah dan dinginnya tapi masih bisa didengar oleh semua orang,meraka diam ditempat mendengar itu.
Kila berusaha berdiri dengan tertatih, badannya terasa perih dan sakit semua, bahkan ada darah yang menetes sari sela-sela lengan baju nya dan mengenai lantai rumah itu.
"dan untuk sekali lagi saya katakan dia memang bukan adik saya,tapi saya tidak pernah menamparnya. Terserah anda percaya atau tidak itu bukan urusan saya" setelah mengatakan itu kila pergi dari sana menuju kamarnya dilantai dua tanpa melihat meraka lagi.
Meninggalkan mereka yang masih diam ditempat
Dia berjalan menaiki tangga dengan susah payah,tanpa tau ada yang memperhatikan nya dari tadi.
"apa gue udah keterlaluan? "
.
.
.
.
.Oke semoga suka ya...
Tolong saran nya jika ada yang salah
Jangan lupa vote dan komen nya....
Bahagia terus ya ♡♡♡...
Terima kasih
see you♡♡
_frr
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Fake Smile (Hiatus)
Teen Fiction"aku tau caranya tersenyum tapi aku lupa caranya bahagia" -Shakila Putri Sanjaya- pengen tau cerita nya? silahkan baca♡♡♡♡ maaf kalau cerita nya gak jelas karena ini cerita pertama aku ~♥~ Semoga suka sama ceritanya ya... Mksh♡ _frr