Bukan hanya sekedar cinta untuk mempertahankan rumah tangga tetapi juga butuh kepercayaan dari pasangan suami istri. Setelah melahirkan anak pertama bersama Matin maka neng memutuskan untuk berhenti berkerja dan memilih fokus pada anak-anaknya. Neng ingin anak-anaknya mendapat kasih sayang yang penuh dari seorang ibu selain itu juga neng ingin mendidik anaknya dalam agama yang kuat. Posisi manager produksi kini di ganti oleh Wirda dia adalah adik perempuan Nisa dan sangat dekat dengan matin. Wirda berkerja di sana dengan alasan dia ingin belajar bisnis namun ternyata wirda jago dalam berbisnis sehingga dia mendapat perhatian dari matin.
"Kamu bilang ingin belajar bisnis di sini tapi ternyata kamu sangat pintar berbisnis, apa kamu hanya ingin mengerjai mas saja?"tanya Matin ketika Wirda mengantar dokumen.
"Kalau Wirda bagus bikin dokumennya maka mas harus traktir Wirda makan siang,"kata Wirda dengan penuh percaya diri.
"Ok lain kali karena hari ini mas udah janji dengan istri mas untuk makan siang di rumah,"kata Matin.
"Bagaimana kalau Wirda ikut ke rumah mas makan siang di rumah, sekalian Wirda ingin kenalan sama istri kesayangan mas,"kata Wirda menawarkan diri.
"Baiklah, nanti siap-siap,"kata Matin.Sampai di rumah matin, Wirda benar-benar berubah, dia menjadi sangat manja dan suka memuji Nisa di depan neng selain itu juga Wirda mengakui cintanya kepada matin.
"Wah, ternyata istri mas matin pinter masak ya? Sama seperti kak Nisa, apa mas Matin cari istri yang memang pinter masak?"tanya Wirda dengan wajah tampa dosa.
"Mas tidak menikahi koki tapi bidadari,"jawab matin yang membuat raut wajah Wirda berubah.
"Semua suami pasti bilang istrinya bidadari, oh ya mbak, katanya mbak sangat pintar di perusahaan?"tanya Wirda kepada neng.
"Tidak seperti itu, mbak sama seperti kebanyakan orang, hanya saja banyak yang melebih-lebihkan saja,"kata neng dengan merendahkan diri.
"Iya mbak, manusia memang suka melebih-lebihkan, andai mbak pintar dalam perusahaan tentu mbak mendirikan perusahaan sendiri seperti mbak Nisa,"kata Wirda memanasi neng.
"Istri mas ini gak suka pamer, dia selalu rendah hati kepada siapa pun karena baginya dunia tidak penting, apa lagi hanya sebatas Perusahaan kecil itu bisa di tinggalkan demi kebahagiaan suami dan anak-anaknya, mas adalah manusia paling beruntung memiliki bidadari ini,"kata Matin membalas perkataan Wirda dengan sindiran halus yang membuat Wirda terdiam.
"Tidak mas, neng yang beruntung memiliki suami penuh kesempurnaan dengan sealam jagat cinta ini,"kata neng sambil tersenyum kepada matin.
"Benar banget mbak, dulu ketika mas Matin pacaran sama mbak Nisa dia begitu sangat perhatian sampai-sampai orang lain seakan tidak boleh melihat Mbak Nisa, mas Matin ini sangat pecemburu, Wirda dulu selalu meminta kepada Tuhan agar bisa di karuniai suami seperti mas matin, ga dulu aja sih, sekarang juga, karena mas Matin ini adalah idola Wirda,"kata Wirda
"Mas adalah milik neng dan itu tidak bisa seorang pun yang merubahnya,"kata Matin meyakinkan neng karena sepertinya neng sudah mulai terpancing oleh perkataan Wirda.
"Mbak, boleh kah Wirda menjadi istri kedua mas matin?"tanya Wirda dengan wajah yang serius kepada neng.
"Wirda, jaga perkataan kamu, mas tidak akan pernah menduakan istri mas, bagi mas, neng adalah istri pertama dan terakhir,"kata Matin mulai emosi dengan perkataan Wirda
"Masss, Wirda itu cuma bercanda,"kata neng mencoba menenangkan Matin.
"Wirda ga bercanda mbak, Wirda serius,"tegas Wirda
"Cukup Wirda,"bentak Matin sehingga semua yang ada di sana sangat terkejut.
"Masss, Wirda benar-benar mencintai mas dan cinta Wirda itu tulus kepada mas,"kata Wirda dengan sedikit meneteskan air mata.
"Wirdaaa,"teriak Matin sambil berdiri ingin menyeret Wirda keluar dari rumahnya.
"Mas istighfar, sabar, Wirda adalah tamu kita, kita wajib menghormati tamu,"kata neng sambil menahan Matin.
"Wirda sudah keterlaluan,"kata Matin.
"Dia keterlaluan karena dia mencintai mas, dia tidak tahu cara mengekspresikan cintanya, dia masih muda dan labil jadi wajar jika dia berprilaku seperti anak-anak, maafkan mas Matin Wirda, mas Matin cuma tidak ingin melihat Mbak cemburu, sekarang lanjutkan makannya, ga baik jika bertengkar depan makanan,"kata neng sambil tersenyum kepada Wirda dan Matin. Wirda yang tidak terima cintanya di tolak langsung pergi meninggalkan rumah Matin dengan bercucuran air mata sedangkan Matin menjelaskan kepada neng bahwa dia tidak mencintai Wirda.Bersambung,,
Jangan lupa kasih vote dan komen.