"Mereka dikeluarkan dari sekolah, begitu juga dengan beberapa guru dan kepala sekolah yang terlibat. Minho oppa bertindak dengan sikap yang luar biasa tenang dan bijaksana, dia melaporkan tindak pencucian uang oleh kepala sekolah dan polisi menangkapnya. Guru-guru itu juga terkena karena menerima uang suap, benar-benar seperti rantai makanan." Ucap Yuna bercerita sambil memotong buah untuk Jiyeon. Akhirnya mereka tinggal berdua setelah sepanjang hari para paman-pamannya menolak untuk pulang, satpam rumah sakit yang malang itu harus menahan diri untuk lari setelah menegur paman-pamannya yang penuh tatto.
Minho terpaksa pergi setelah ada panggilan rapat yang tidak bisa ia hindari setelah sekian lama membatalkan semua rapatnya untuk menemani Jiyeon. Kakaknya berbicara sedikit dan tampak jelas ia sangat kecewa mendengar awal perkelahian Jiyeon adalah karena seorang pria, yang menurut lelaki itu tidak pantas bahkan seujung rambutpun untuk adik perempuannya.
"Bagaimana bisa kalian membuktikan dia yang mendorongku?"
"Si gendut Lee, dia selalu memegang kamera dimana pun dan kau tahu dia sangat aneh. Bocah itu rela membawa kamera beratnya kemana-mana untuk mengaktifkan forum jurnalistik sekolah dan saat kau mulai bertengkar dengan Sera, dia mengambil video dan mengamankan video itu." ucap Yuna bercerita, Jiyeon akan memberikan hadiah untuk si gendut jika ia kembali ke sekolah nanti.
"Jiyeon."
"Ya?"
"Sekretaris baru kakak lelakimu, bagaimana menurutmu dia?"
"Kenapa kau bertanya begitu?" Jiyeon terlihat bingung.
"Hanya bertanya."
"Ada apa?"
"Tidak, aku hanya bertanya. Dia terlihat sangat hmmm... serius dan taat dalam pekerjaannya. Aku bertemu dengannya tadi dan aku terkejut melihat dia perempuan pertama yang terlihat biasa saja didekat kakakmu yang tampan itu."
"Ya, Se Mi eonni memang perempuan yang baik. Dia menbantu merawatku beberapa kali saat oppaku harus keluar dan mereka teman masa kecil."
"Benar kah?"
"Ya, mereka sudah seperti saudara." ucap Jiyeon namun ada ketidakyakinan dalam suaranya. Ia merasakan sedikit rasa tidak percaya dengan ucapannya dan Yuna menyadari hal itu namun memutuskan untuk tidak berkomentar lebih jauh karena topik tentang Choi Minho menjadi sangat sensitif untuk Jiyeon.
"Apakah menurutmu dia akan melupakanku jika memiliki kekasih?"
"Melupakanmu? tidak mungkin, kau adik yang paling dia sayangi."
"Buktinya, kakak lelakimu bahkan sudah jarang mengantarmu pergi sekolah. Aku melihatnya lebih sering menghabiskan waktu dengan kekasihnya dan tidak perduli padamu lagi." ucap Jiyeon
"Aku bersyukur dia punya kekasih, dia merepotkan saat sedang tidak memiliki pasangan. Kehidupannya bukan hanya diisi olehku, aku adiknya bukan kekasihnya untuk apa ia selalu berada didekatku. Lagipula saat aku punya kekasih, akan merepotkan jika oppaku selalu ada didekatku." ucap Yuna dan memberikan potongan apel untuk Jiyeon.
"Aku tidak ingin jauh darinya." curhat Jiyeon sedih.
"Kalau begitu kau saja yang jadi kekasihnya." ucap Yuna spontan dan mendapatkan pukulan keras dari Jiyeon yang terkejut.
"Itu saran paling bodoh yang pernah aku dengar."
"Aku lelah melihatmu yang selalu takut ditinggal, kenapa tidak kau saja yang jadi kekasih oppamu lagipula kalian bukan saudara kandung. Dia mengenalmu dan kau mengenalnya."
Jiyeon merasakan pipinya memanas.
"Astaga pipimu merah sekali. Aku hanya bercanda saat mengatakannya tadi."