Kenakalan memang tidak pernah lepas dari masa remaja, Jiyeon menyadari betapa nakal dan tidak tahu aturan dirinya dulu. Membolos saat jam pelajaran dan bahkan kadang saat ulangan kenaikan sampai songsaenim harus menghubungi asisten ayah atau kaka laki-lakinya untuk melaporkan ulahnya. Jangan lupakan juga bahwa dia pernah hampir membakar laboratorium sekolah karena percobaan bodoh yang ia lakukan bersama Yuna, namun walaupun ia nakal ia tidak pernah masuk ke tempat seperti ini.
Jiyeon menatap hiruk piruk keramaian dilantai dansa dengan tatapan tidak nyaman, apalagi tiga orang gadis yang baru beranjak dewasa didepannya kini memakai baju yang hampir dikatakan cukup terbuka untuk standar kesopanan orang tua namun cukup keren untuk datang ke tempat seperti ini.
Jiyeon tidak tahu alasan mereka membawa dirinya kemari, tapi dari bagaimana mereka dengan mudah masuk, ia tahu bahwa mereka sudah sering ke tempat ini. Jiyeon pernah beberapa kali pergi ke club untuk ikut merayakan ulang tahun temannya dan ia tidak pernah nyaman untuk pergi ke tempat ini lagi hanya untuk bersenang-senang, bahkan walaupun bisa dikatakan usianya kini sudah 25 tahun. Dia punya firasat mereka berniat melakukan sesuatu yang menjebaknya disini, pikiran mereka tergambar jelas dari wajah mereka. Untuk sekarang ia ingin melihat sejauh mana permainan mereka, ia juga tidak lupa mengirimkan pesan singkat pada Yuna menyampaikan posisinya sekarang dan sahabatnya mengatakan bahwa ia akan menyusul.
Mereka bodoh jika berpikir bahwa ia wanita muda yang mudah dijebak, hidupnya terlalu sedikit lebih berpengalaman berhubung dia dulu juga sangat nakal.
"Tempat ini tidak cocok untuk kalian." Ucapnya saat melihat bagaimana terbukanya adegan erotis disini, dipojok ruangan ia bisa melihat sepasang kekasih mungkin? Sedang melakukan sesuatu yang kita sebut dengan bercinta? Bersetubuh? Berhubungan intim? Terserah mereka mengatakan itu sebagai hubungan apa, intinya ia tahu bahwa hubungan itu sepertinya memberikan kenikmatan untuk masing-masing mereka.
"Kau hidup dijaman apa? Kurasa kau tidak terlalu tua untuk masuk ke tempat menyenangkan ini. Nikmati saja karena bukan orang sembarangan yang bisa masuk ke tempat ini." Ucap Bora sambil meliriknya sinis, sejak tadi gadis itu selalu sinis padanya dan Jiyeon menahan diri untuk tidak mencakar wajahnya. Jika bukan karena Soya, ia juga tidak akan mau diperlakukan seperti itu, ia ingin menjalin hubungan yang baik namun mereka sepertinya terlalu menganggap dirinya menyebalkan dan penuh dengan tipu muslihat.
"Jika kau mau, kau bisa pergi." Lanjut Bora.
"Ayo, Soya. Lebih baik kita pulang, aku akan menghubungi kakakmu untuk-"
"Eonni, belum menjadi kaka iparku saja kau sudah mau mengadukan aku. Bagaimana bisa aku mempercayaimu?" Ucap Soya dengan wajah seperti terkejut, Jiyeon merasa seperti sedang di permainkan.
"Soy-"
"Jika kau ingin membuat malam kami menjadi buruk, lebih baik kau enyah saja." Bora memang tidak punya sopan santun putus Jiyeon dalam sekali tarikan napas dan akhirnya ia memutuskan untuk tetap ikut agar dapat melindungi para gadis-gadis itu.
Para bodyguard yang tadi mengikuti mereka kini ditinggalkan didepan club dan mereka menerima permintaan Bora tanpa membantah lagi. Choi Bora, sepertinya gadis ini adalah yang paling kaya diantara sahabatnya dan tentu saja sepertinya dia berasal dari keluarga kalangan atas. Jiyeon memikirkan beberapa nama dengan Marga Choi yang memiliki pengaruh besar di Korea, mungkin saja Choi Bora adalah anak dari Choi Miso, pemilik dari perusahaan medis yang menyuplai hampir 80% produk medis di Korea.
"Apakah tidak masalah jika satu temanku bergabung?" Jiyeon bertanya pada Bora, karena sepertinya gadis itu yang membayar semua kegiatan mereka hari ini dan Bora hanya meliriknya malas sambil mengangguk pelan seolah tidak ingin berdebat apapun yang tidak berguna dengan Park Jiyeon. Mereka tiba disebuah bilik dimana beberapa orang pria seusianya duduk disana dengan santai, salah seorang dari mereka bangkit berdiri dan langsung menyergap Bora. Jiyeon hampir maju untuk mencegah sesuatu yang mengarah kearah kejahatan seksual terjadi, namun yang ia lihat adalah Bora bergelayut manja pada pria dewasa itu dan berciuman dengan penuh nafsu.