Part 7

568 125 33
                                    

"Jiyeon, Paris adalah kota yang indah. Namun, keindahannya tidak ada artinya tanpa dirimu." ucap ayahnya pada Jiyeon disela makan malam mereka, malam ini namja itu dengan sengaja mengundang Se Mi makan malam bersama mereka yang kebetulan yeoja itu pulang bersama Minho untuk mengerjakan tugas terakhir mereka di apartemen, Minho tampaknya tidak bisa meninggalkan apartemen terlalu lama jadinya ia harus membawa pekerjaannya pulang. Jiyeon menjadi terlalu pendiam sejak kedatangan Se Mi, ia hanya merasa kalah dan ia tidak senang karena perempuan itu memiliki Minho.

"Appa." Ucap Jiyeon sambil memutar matanya seolah ia lelah dengan bujukan ayahnya yang selalu ingin memintanya meninggalkan korea. Ayahnya jelas tahu dia tidak ingin ikut bahkan sejak awal, walaupun Minho dan ayahnya bersikeras agar ia ikut pindah.

"Kau akan lulus sebentar lagi, aku sudah melihat cukup banyak sekolah yang bisa kau masuki untuk melanjutkan kesukaanmu. Aku melihat beberapa sekolah seni yang bagus untuk kau masuki, bagaimana? appa bisa mencarikan satu untukmu." ucap ayahnya.

"Sekolah seni Paris?" Jiyeon menatap ayahnya sebentar, hal itu menarik perhatian Minho.

"Jiyeon sudah mendaftar disekolah Seni Yulje, berkasnya sudah diterima." ucap Minho seolah pergi keluar negeri sangat tidak berguna. Tn. Park tampak tidak suka dengan informasi yang diberikan Minho, ia menatap namja itu dengan tatapan kesal. "Ya, namun jika Jiyeon memutuskan untuk melanjutkannya ditempat yang aku tawarkan tidak masalahkan?"

"Jiyeon, kau sudah memantapkan hatimu bukan?" Minho bertanya.

"Ya, tapi-"

"Berkasmu sudah diterima." Minho kembali menekankan.

"Ya oppa."

Sejak dulu Jiyeon selalu menurut apa yang dikatakan oleh Minho, bahkan yeoja itu mungkin tidak bisa hidup jika tidak ada arahan dari kaka lelakinya. Begitu juga Minho batin Tn.Park tanpa sadar. Namja itu menjadi salah satu orang yang mendukung Jiyeon untuk pindah dulu, namun belakangan ia sadar bahwa persetujuan namja itu hanyalah dimulut. Choi Minho tidak akan pernah bisa tanpa Jiyeon.

Tidak pernah.

"Kau pertimbangkan saja anakku, tidak ada salahnya mempertimbangkan banyak pilihan bukan? Pilihan membuatmu dapat menentukan yang terbaik." ucap Tn.Park.

"Ya appa."

Kemudian namja itu menatap Se Mi yang duduk tepat dihadapannya disamping Choi Minho. Wanita itu tampak tenang, sangat penuh kendali diri dan juga cerdas. Hanya butuh satu kali melirik dan ia tahu wanita itu berbeda dari wanita-wanita yang pernah dikencani oleh Choi Minho, dia lebih mahal dan mungkin sulit didapatkan dan tentu saja memiliki otak.

"Aku dengar kau lulusan terbaik dari universitas ternama di London." ucap Tn. Park.

"Ya, dengan kerja keras." ucap Se Mi tanpa menolak malu-malu, dia cukup bangga dengan pencapaiannya dan itu tercermin dari pekerjaannya saat ini. Choi Minho termasuk beruntung memiliki gadis itu sebagai bawahannya saat perusahaan yang jauh besar sebenarnya bisa mendapatkannya.

"Sayang sekali Choi Minho sudah merantaimu." ucap Tn. Park.

"Aku senang bekerja dengannya." jawab Se Mi.

"Tentu saja, tidak ada yang tidak senang bekerja sama dengan atasan yang tampan dan baik hati sepertinya. Aku dengar hubungan kalian mengarah ke sesuatu yang lebih serius?"

"Jangan membahasnya." ucap Minho setelah melirik wajah Jiyeon yang pucat pasi.

"Apa salahnya? lagipula tidak ada yang keberatan bukan dengan hubungan kalian? dan Choi Minho sepertinya kau memang serius. Kau tidak pernah membawa wanita manapun kedepan Jiyeon ataupun kedepanku" ucap Tn. Park tidak mau kalah.

Moral Of The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang