Part 8

640 125 21
                                    

Jiyeon duduk disamping Minho sambil dengan malas melihat layar yang menampilkan beberapa produk atau apapun itu yang mereka bahas dengan sangat serius dengan tatapan bosan, sudah hampir 4 jam dan Jiyeon yakin mereka bahkan belum mencapai puncak diskusi. Dia lebih baik berada dipantai dan mungkin sekarang sedang bersenda gurau dengan teman-temannya, Jiyeon menghembuskan napas bosan yang kentara membuat beberapa mata melirik kearahnya. Jiyeon menutup mulutnya dan melihat Minho yang awalnya berkonsentrasi dengan layar menatap kearahnya kemudian melihat jam ditangannya.

"Aku rasa rapat kita cukup sampai disini, mungkin jika ada yang kurang kita bisa membahasnya melalui pertemuan selanjutnya." ucap namja itu dengan mudah membuat beberapa orang meliriknya entah karena kesal atau bersyukur rapat membosankan ini berakhir.

Jiyeon bangkit berdiri saat Minho meliriknya dan memberikan kode bahwa waktunya pergi, Jiyeon mengikuti namja itu dari belakang sambil menatap Se Mi yang berjalan disamping Minho dan mereka terlihat sibuk membahas sesuatu tentang jadwal, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Apa yang tidak pernah terjadi? Choi Minho tidak pernah membiarkan Jiyeon berjalan dibelakangnya, tidak pernah sama sekali dan namja itu seolah tidak menyadarinya karena matanya yang penuh tatapan memuja itu menatap wajah cantik perempuan yang ia cintai.

Jiyeon ingin memeriksa apakah namja itu menyadari jika ia tidak mengikuti mereka, jadi Jiyeon berhenti melangkah dan Minho serta Se Mi berjalan menjauh darinya tanpa menyadari bahwa ia sudah berhenti untuk berjalan mengikuti mereka. Jiyeon menatap kakinya dan perasaan bodoh bernama cemburu lagi-lagi menamparnya.

Sejak kapan dirinya menjadi nomor dua? ia tidak yakin kapan, namun mungkin sejak dulu dan hanya dirinya yang berikir bahwa ia akan selamanya menjadi nomor satu dihidup kakaknya. Jiyeon beberapa saat terdiam kaku menatap sepatunya dengan perasaan berkecamuk. Tidak lama kemudian ia melihat sepasang sepatu berdiri tepat didepannya, Jiyeon mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria asing tersenyum kearahnya.

"Aku melihatmu sejak tadi, kau pasti adik kesayangan Choi Minho. Kau mungkin tidak mengenalku, aku Hong Daehyun." namja itu mengulurkan tangannya, Jiyeon yang masih belum sepenuhnya sadar hanya diam menatap uluran tangan namja itu dengan wajah kaku.

Namja itu dengan cepat menarik tangan Jiyeon untuk menjabat tangannya, Jiyeon menatap namja itu dengan tatapan penuh prasangka buruk.

"Aku hanya ingin berkenalan denganmu oke, berkatmu rapat membosankan ini berakhir. Dimana kakakmu?" Namja itu bertanya tanpa melepaskan salaman ditangannya atau lebih tepatnya namja itu menggenggam jemarinya.

"Aku disini." Sebuah suara dalam yang terdengar mengerikan muncul, Jiyeon dan Daehyun sama-sama menoleh kearah asal suara, sepertinya Minho sudah menyadari bahwa ia tertinggal. Tatapan namja itu jatuh kearah jemari Jiyeon yang masih terjalin dengan Daehyun, Jiyeon dengan segera melepaskan genggaman tangan Daehyun.

"Oppa."

"Kenapa kau muncul cepat sekali, senang berkenalan denganmu. Kau tahu? tas kelinci itu cocok untukmu, aku belum pernah melihat perempuan seusiamu dengan tas seperti itu." Entah namja itu menghinanya atau memang memujinya.

"Mungkin kau kurang pergaulan." jawab Jiyeon.

"Mungkin saja, karena kau bilang aku kurang bergaul bagaimana kalau kau bergaul denganku."

"Aku tidak mau bergaul dengan orang cupu." ucap Jiyeon melirik geli kearah dasi kupu-kupu yang digunakan Daehyun.

"Kau tidak akan mengatakan aku cupu jika kau melihat skor terbaruku di space station." Jiyeon yang awalnya berjalan kearah Minho terdiam.

"Apa katamu?"

"Little Bunny, itu nickname mu kan? aku Blackpanther." ucap namja itu, Jiyeon merasakan mulutnya membuka karena terkejut.

Moral Of The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang