Beberapa tahun yang lalu...
Gadis kecil itu tampak ketakutan dan begitu kumal, ia memeluk bonekanya dengan wajah takut sambil memperhatikan seorang pria dengan baju mewah dihadapannya dengan tatapan penasaran yang dicampur dengan ketakutan terhadap orang baru. Sejak dibawa ibunya kemari beberapa hari yang lalu, ia benar-benar ketakutan dan tempat ini dipenuhi dengan orang asing seperti pria dihadapannya.
Pria itu tampak menatapnya lekat dari atas kepala sampai ujung kaki, dan saat pria itu mencoba untuk mendekat ia dengan segera bersembunyi dibelakang pengasuh panti asuhan yang kini mencoba untuk menenangkan dirinya bahwa namja yang sekarang berusaha untuk membangun pertemanan dengannya itu bukanlah pria yang jahat.
"Namanya Lee Bora, beberapa hari yang lalu diantar oleh ibunya dalam keadaan yang jauh dari kata baik. Tubuhnya dipenuhi memar dan bekas luka yang baru sembuh, ibunya tidak jauh mengerikan namun wanita itu terlalu mencintai suaminya hingga kembali 'membuang' anaknya kemari." Pengurus panti itu bicara dengan perlahan apalagi dikata kembali 'membuang' seolah hal itu dilakukan berulang kali, namun mereka tahu bahwa namja dengan pakaian mewah dan kekayaan melimpah itu berasal dari kandungan yang sama dengan gadis kecil kumal dan menyedihkan itu.
"Hei, kau Lee Bora kan?" Gadis kecil itu masih menunjukkan sikap takut padanya, pakaian gadis itu mungkin tampak rapi namun itu adalah pakaian bekas yang diberikan secara sukarela dari para donatur dan sudah digunakan beberapa kali oleh anak-anak lain yang kini sudah beranjak besar hingga baju mereka yang kecil akan diberikan untuk anak-anak panti asuhan yang lebih kecil.
"Ayahnya adalah seorang pengguna dan pemabuk kronis, awalnya kami tidak ingin menerimanya namun ibunya mengatakan bahwa jika kami tidak menerima anak ini, maka kemungkinan besar ia tidak akan bertahan." Jelas pengurus panti dan Choi Minho hanya bisa menarik napas dalam melihat bagaimana buruknya penampilan dan bekas memar ditubuh anak perempuan itu.
Jauh dilubuk hatinya ia tidak ingin lagi mencari darimana dirinya berasal atau siapa orang tuanya, namun pengurus panti yang dulu juga menerimanya saat diantar oleh orang tuanya yang tidak bertanggung jawab kemari, kemarin menghubungi dirinya dan mengatakan bahwa wanita -yang kemungkinan adalah ibunya- mengantar seorang anak perempuan ke panti asuhan dan sempat bertanya tentang anak laki-laki yang ia titipkan dulu. Jika dilihat dari marga mereka, sudah pasti ia dan Bora berbeda ayah dan tentu saja mereka berbeda ayah. Minho tersenyum sinis saat merasakan rasa nyeri dihatinya.
"Bisakah kau tinggalkan kami sendiri?"
"Baik sajangnim" Ucap pengurus panti asuhan itu dan berjalan keluar dari ruang tamu panti, Minho berjalan kearah adiknya yang kini menatapnya dengan tatapan ingin tahu saat ia menyadari bahwa namja dihadapannya ini tidak mirip sama sekali dengan ayahnya ataupun paman-paman mengerikan yang sering ayahnya bawa kerumah. Namja dihadapannya terlihat begitu berkelas, tipe pria mapan yang tidak pernah Bora lihat dilingkungan mereka.
"Bolehkah aku tahu berapa umurmu?"
"11 tahun." Jawabnya
"Namaku Choi Minho." Ucap namja itu sambil mengulurkan tangannya, Bora dengan ragu menyambut uluran tangan itu.
"Aku tidak akan menyakitimu, bisakah kau berdiri agak dekat agar aku bisa melihat wajahmu." Tanya namja itu dan kemudian tanpa sadar Bora berjalan mendekat. Namja itu menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya dan Bora merasakan mata namja itu mengamatinya dan kemudian terdengar tarikan napas berat.
"Apakah sakit saat luka ini dibuat? Aku tebak, pasti mereka melukaimu dengan puntung rokok." Tanya Choi Minho dan Bora mengangguk.
"Ayahku yang melakukannya karena aku tidak ingin menuruti keinginannya untuk mencium paman Kim." Mata namja dihadapannya menyala karena amarah.