"Lo nggak bisa hidupin orang mati, Victor, artinya lo nggak akan bisa penuhin permintaan gue."
◔
Langit murka malam itu. Gumpalan awan hitam memuntahkan segala bebannya menuju bumi. Angin kencang membuat dunia luar kacau balau, seolah bisa menerbangkan setiap atap-atap rumah dan mengangkat gedung-gedung tinggi perkasa lepas dari pondasinya. Tiba-tiba saja, padahal satu jam lalu segalanya masih cerah, bahkan sudah ada yang berencana untuk tidur di bawah langit malam. Mesti urung, rencana itu harus disimpan untuk hari lain.
Bia dan Victor beruntung bisa menembus badai tersebut. Mobil basah milik Bia meluncur ringan di parkiran gedung flat dan berhenti sempurna di posisinya, tepat di sebelah mobil lain milik penghuni flat. Kedua manusia itu sama-sama membuka pintu mobil, dengan raut wajah berbeda sementara isi pikiran mereka beda tipis.
Victor menyugar rambut seraya memikirkan cara untuk kembali ke hotel. Dia memiliki pekerjaan lain yang harus diselesaikan malam ini, namun laptop kesayangannya tentu tidak dibawa. Sementara Bia diam menatap pria di depannya beberapa saat, dia tadi ingin sekali mengantarkan Victor ke hotel, namun pria itu menolak karena hujan sudah turun deras dan ia melarang Bia untuk berkendara sendiri di bawah amukan langit.
Pria yang sedang mencoba bersikap bijak itu mengira kalau akan lebih baik untuknya kembali dengan bus saja. Sayangnya, hujan beserta gemuruh petir yang semakin menggila membuat niatnya juga urung. Dia tidak berani mengambil resiko sementara sisa pekerjaan masih begitu banyak. Tidak lucu kalau malah jatuh sakit. Tidak asik kalau malah diamuk atasan dan bekerja di bawah mood yang hancur lebur.
"Masuk aja dulu, ntar jam berapa pun hujannya reda, gue anterin lo balik ke hotel." Bia menawarkan. Tidak ada keberatan dalam nada suaranya, murni tulus karena tidak enak membuat Victor terjebak.
Victor yang menerima tawaran itu bukannya mengangguk, dia menggeleng cepat. "Nggaklah, nggak usah, Bi, gue bisa balik sendiri."
Bia memutar bola mata, melempar kunci mobil yang dipegangnya pada Victor. "Lo bawa SIM, kan? Ntar bawa aja mobilnya, gue bisa minta Amy bawa mobilnya sendiri besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Like a Rose [Abiana]
Romance• Abiana dan setangkai mawarnya • Bergulung dengan ombak adalah rintangan shahih ketika berenang di dalam samudera kehidupan. Bertahan atau menyerah bak persimpangan di ujung jalan, dan hak atas memilih ada dalam kendali akal sendiri. Menjadi kuat...