19. Hati-Hati di Jalan, Isaac!

182 36 9
                                    

“Hati-hati di jalan ya, Isaac!”

“Hati-hati di jalan ya, Isaac!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*・゚゚It Comes To an End ・:*☆

Ruang kerja Bia tampak sunyi. Di atas meja tergeletak masker wajah warna putih dan amplop yang belum berani disentuhnya lagi. Laptop yang lama mendiami meja sudah menyala sejak beberapa menit lalu, sepasang iris cokelat muda itu hanya memberi tatapan kosong. Bia tidak tahu lagi apa dia masih benar-benar hidup, atau hanya sekedar bernapas karena formalnya manusia hidup memang begitu.

Dadanya sesak. Dia sudah letih menangis, namun air mata tidak kunjung mengering. Uluran tangannya menjangkau amplop. Ia tremor hebat. Jantungnya berdetak sangat kuat seperti akan meledak.

Bia mengeluarkan isinya satu persatu; sebuah kamera kecil, memory card, dan beberapa lembar potret yang membuatnya kesulitan bernapas. Jemari Bia mulai bergerak di atas kusor laptop. Ia menyambungkan memori card tadi pada laptop dan melihat apa isinya. Tangan Bia membekap mulutnya sendiri, takut-takut kalau nyawanya akan serta merta lolos dari sana dan Bia mati saat itu juga.

Ada satu file video di dalamnya, diberi judul 'Untuk Abiana'. Bia bisa melihat sosok seorang pria dengan baju putih khas pasien rumah sakit. Bia dapat melihat dengan jelas selang-selang dan semua alat yang menjadi latar ruangan itu. Tampak begitu dingin, seakan tidak ada lagi jalan keluar yang bisa ditempuh selain hanya menghadapi apa yang tersedia di depan.

Awalnya Bia ingin mundur dan melanjutkan semuanya esok hari. Namun jemarinya malah mengklik video tersebut, bahkan kini kedua matanya enggan untuk berkedip. Seolah terlempar kembali ke awal tahun dimana seharusnya dia menyaksikan Isaac secara langsung. Hatinya remuk.

Tampaknya Tuhan masih tega untuk menghancurkan Bia lagi malam ini.

Wajah pucat pasi itu menatap kamera penuh perhatian, menampakkan mata sayunya yang sesekali berkedip. Ada obrolan dari belakang kamera dan Isaac tampak mengangguk beberapa kali. "When you're ready!" kata suara di belakang.

Isaac melambaikan tangannya perlahan dan hanya sekali ke kamera, senyum tipisnya tampak. "Abiana, aku harap kamu enggak pernah lihat video ini, ya," lirih suara Isaac terdengar setelah cukup lama terdiam. "Kalau pada akhirnya Bella harus kasih ini ke kamu, tandanya udah setahun semenjak hari bahagia kita dan kamu masih di sana, Abiana, kamu enggak kemana-mana."

Bia membekap mulutnya erat. Seperti mimpi karena Isaac sedang berbicara seolah mereka benar-benar bertemu dalam ruang waktu yang sama. Bia mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Isaac, walau yang dapat ia rasakan hanya dingin dari layar laptopnya.

"Kamu lihat video ini sendirian, kan? Padahal daripada lihat video aku yang sakit-sakitan, aku lebih pengen kamu duduk di sofa flat kamu sambil movies marathon sama orang baru yang berhasil menangin hati kamu."

Blooming Like a Rose [Abiana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang