Julian Victor
Abiana Alula
◔
The fifth of November
Bia keluar dari kamarnya dengan penampilan rapi serba hitam. Dia berjalan menuju dapur sambil menggulir ponsel untuk mencari kontak seseorang, kemudian menekan tombol panggil. Lama sudah berdering, tapi tidak ada jawaban. Sepertinya yang ditelepon masih tidur, wajar saja karena di luar masih gelap gulita. Matahari baru akan terbit beberapa jam lagi, bahkan waktu subuh juga belum tiba.
Bia menarik satu kursi, mengambil gelas di atas meja dan menuangkan air ke dalamnya. Ponsel yang ia letakkan di meja masih menampakkan status panggil. Ini percobaan kedua. Dia akan terus bersabar sampai percobaan ketiga, lewat dari itu Bia berjanji akan memporak-porandakan kehidupan manusia yang sedang diteleponnya. Bia berlebihan, sungguh, tapi ini soal mobilnya yang belum juga kembali sedang ia membutuhkannya sekarang juga. Lagipula, mereka sudah janjian semalam!
Beruntung pada dering terakhir percobaan kedua, akhirnya membuahkan hasil. Namun wajah Bia masih jutek.
"Dimana?" tanya Bia tanpa menyentuh ponsel, fitur loud speaker tampak sudah aktif.
"Ini udah di depan gedung flat lo, buruan turun, nggak pake lama."
"Dih?"
"Dih? Buruan nggak usah pake acara dah dih dah dih."
"Lo yang lama, lo yang marah-marah. Udah gila."
Bia memutus panggilan satu arah. Dia berdiri dan meletakkan gelas bekas pakainya di bak wastafel, kemudian berlalu meninggalkan dapur. Tiba di rak sepatu, Bia mengambil sepasang heels 1 senti warna cream. Dia sempurna, sempurna untuk terlihat menyedihkan di hari dimana seharusnya ia begitu luruh dalam kebahagiaan. Bia membuka pintu flat, tepat ketika tubuhnya melangkah melewati ambang pintu, dia mulai memasang seluruh topeng baja agar dunia luar tidak perlu tahu seperti apa badai yang merasak di dalam.
Baiklah, Bia siap menemui pujaan hatinya.
◔
"Lo yang lama, lo yang marah-marah. Udah gila." Victor sukses mengusap dada. Matahari belum terbit, hari ini belum resmi dimulai, namun ia sudah mendapatkan semprotan hangat dari Bia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Like a Rose [Abiana]
Romance• Abiana dan setangkai mawarnya • Bergulung dengan ombak adalah rintangan shahih ketika berenang di dalam samudera kehidupan. Bertahan atau menyerah bak persimpangan di ujung jalan, dan hak atas memilih ada dalam kendali akal sendiri. Menjadi kuat...