Victor melangkah pada selasar hotel yang sunyi, menuju kamar miliknya yang terletak di paling ujung. Ada sisa waktu kurang dari satu jam sebelum pekerjaannya dimulai. Dia akan tidur selama lima belas menit sebelum mempersiapkan beberapa hal. Pria itu mengeluarkan kartu sebagai kunci untuk membuka pintu kamar, baru akan melenggang masuk, sebuah suara menginterupsinya.
"Oi, Julian Victor!" Raka si kacamata melambaikan tangan seraya berlari kecil ke arahnya. Victor membalas seadanya, dia sedikit kelelahan dan badannya terasa kaku. "Lesu amat," tambah Raka kala sudah berdiri dekat.
Victor mengedikkan bahu, lantas masuk ke kamar lebih dulu, "Pengen tidur bentar gue."
Pria itu melompat handal ke kasur empuk, bahkan tidak sempat berpikir untuk bersih-bersih. Dia terlalu terbuai dengan hangatnya ruangan. Beruntung karena pihak perusahaan selalu memikirkan kenyamanan para karyawan. Memberikan fasilitas terbaik, termasuk kamar nyaman dengan kasur empuk. Kelemahannya setiap kemari hanya pada bagian buang air besar sebab tidak adanya air. Bagaimana mungkin beberapa lembar tisu mampu membersihkan kegaduhan di bawah sana. Victor hanya tidak habis pikir.
"Ngopi nggak, Vic? Atau keluar tadi udah ngopi?" Pria bernama asli Raquel itu mengeluarkan satu cup kopi dari cup holder yang dipegangnya.
Victor menggeleng, duduk sebentar untuk menerima kopi dari Raka dan langsung menyesap isinya. "Sempet minum, tapi bukan kopi."
"Lah, terus apaan?" Raka mengernyit, "jangan bilang pagi-pagi lo udah mabok?!"
"Lo yang mabok!" balas Victor nyolot. "Gue minum cokelat, hot chocolate."
Raka mencibir, mengira Victor berbohong. "Udah ngaku aja."
"Mending lo urusin kamera buat ntar, atau liat perkiraan cuaca sana." Victor meletakkan kopinya di meja nakas, tidak mau berlama-lama meladeni Raka. "Moga-moga hari ini cerah terus syutingnya lancar!" pinta Victor sebelum benar-benar memejamkan mata.
"Eh, btw," Raka menginterupsi lagi. "Gue tadi sarapan sama Bu Vera, orangnya seru ternyata. Terus duo sejoli gabung, Audia sama Radian. Menurut lo mereka oke banget nggak sih, acting-nya natural."
"Ya jelas, orang dua-duanya lulusan acting school."
"I know right," angguk Raka sembari terbayang kerennya bakat dua pemeran utama yang menokohi project film kali ini. "Gue baru kali ini ngobrol santai sama Audia, kalau Radian udah lumayan sering, sih. Dua-duanya seru. Menurut lo bakal ada cinta lokasi nggak, Vic?"
Victor melotot, wajahnya berubah ngeri memandang Raka. "Gila apa ngurusin mereka? Kalau ada hubungannya sama kerjaan lo boleh ngajak gue ngobrol sampai besok subuh. Kalau topiknya kemana-mana gue permisi tidur dulu."
"Sialan, gue nggak lagi ngajak lu nge-gossip. Cuma pengen ngebahas kemungkinannya aja. Lagian kitakan nggak ngomong jelek soal mereka."
"Ya kalau nggak jelek, emangnya lo tau mereka bakalan suka sama yang lo omongin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Like a Rose [Abiana]
Romance• Abiana dan setangkai mawarnya • Bergulung dengan ombak adalah rintangan shahih ketika berenang di dalam samudera kehidupan. Bertahan atau menyerah bak persimpangan di ujung jalan, dan hak atas memilih ada dalam kendali akal sendiri. Menjadi kuat...