Saka membaringkan tubuhnya di kasur empuknya dan matanya menghadap langit-langit kamar. Dia diam dalam lamunannya dan memikirkan suatu hal yang sangat menggangu hari-harinya selama ini. Saka menengokkan kepalanya 90 derajat ke arah kanan. Ia memandangi suatu foto yang ada di atas meja kamarnya. pada foto itu terdapat foto dua orang laki-laki dengan tinggi tidak sama.
"Mas kamu sekarang di mana?" Saka memandangi foto itu dan matanya fokus pada laki-laki tinggi di foto itu. "Aku harus mencari kamu di mana Mas?" terlihat kerinduan dari sorot mata Saka. Kerinduan dengan orang yang dia sayangi. Saka sudah tidak sabar untuk bisa melepas kerinduan yang mendalam.
Saka menaruh foto itu di atas meja lagi lalu meraih jaket kulit hitamnya yang tergantung di dalam lemari. Saka memakai jaketnya kemudian mengambil kunci motornya yang diletakkan diatas meja di samping foto tadi.
Saka menghampiri mamanya yang ada di kamar. Ketika Saka berada di depan kamar mamanya, dilihatnha ternyata kamar mamanya dikunci dari dalam. Dia terus memanggil Mamanya dan mengetuk pintu kamar Rita beberapa kali tetapi tidak ada respon dari Mamanya itu. Keadaan seperti ini sudah biasa terjadi dengan mamanya ketika disinggung soal Danu, kakak Saka. Maka itu Saka selalu diam dan berpikir dalam pikirannya sendiri merenungi kesedihannya. Mamanya Saka perlu menenangkan pikirannya sebentar lalu kalau sudah tenang mamanya Saka akan kembali keluar kamar.
"Ma, Aku pergi main sebentar ya." Saka berteriak agar mamanya yang ada di dalam kamar bisa dengar, tetapi Mamanya Saka tidak menjawab ucapan Saka tersebut.
Saka pergi dari kamar mamanya dan menuju garasi rumah untuk mengambil motor kesayangannya. Ia menaiki motornya dan menyalakan mesin. Kali ini dia akan pergi ke warung Mbok Iyem karena sudah janjian sama Fahri dan teman ekstra basketnya.
***
Sesampainya Saka di warung mbok iyem
Ternyata warung Mbok Iyem masih sepi. Hanya Ada seorang cowok memakai jaket hitam duduk meminum kopinya, dia adalah Fahri. Fahri kali ini tidak seperti biasanya, kali ini dia datang terlebih dahulu."Yang lain mana Ri?" Saka melihat sekitar yang masih sepi dan hanya ada Fahri saja.
"Masih belum dateng, tungguin dulu aja nanti juga dateng."
Saka duduk di depan Fahri lalu mengeluarkan ponselnya. Saka tidak memainkan ponselnya, tetapi dia malah memutar-mutar ponselnya dengan tatapan yang kosong. Saka seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.
"Kenapa atuh Ka? Kusut banget itu muka." Fahri melihat wajah Saka yang bingung. "Mau minum apa Ka? Aku ambilin".
"Ambilin air mineral aja." Saka melihat ke arah Fahri yang menunggu jawabannya. "Ri ... menurutmu kalau ada orang yang udah pergi dari kehidupan kita sekitar enam tahunan, orang itu bakal kembali lagi enggak?"
"Setiap orang yang pergi sebenarnya pasti ingin kembali lagi Ka" Fahri menaruh air mineral di atas meja lalu dia kembali duduk di depan Saka. "Tapi kadang ada suatu hal yang membuat dia memilih untuk tidak kembali karena dia ingin semua tetap berjalan baik-baik saja." Fahri berbicara seperti membaca puisi yang menyenangkan hati sekaligus menyayat hati.
Saka melamun dan berbicara dalam hati kecilnya. "Kenapa kamu nggak pulang Mas? Apa yang membuatmu memilih untuk tidak pulang Mas?" Pikiran Saka sangat kacau dan gundah.
Suara motor terdengar berhenti di depan warung kecil mbok Iyem. Teman-teman Saka yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang. Teman-teman yang selalu datang terlambat dan tak ada kemajuan seperti Fahri. Mereka selalu memiliki beribu alasan atas keterlambatan mereka.
"Maaf kita telat, tadi masih mampir ke rumah gebetan bentar." Bara menghampiri Saka dan Fahri dengan senyum puasnya kerena dia berhasil mendapatkan gebetan baru
"Cewek mana lagi yang kamu bodohin Bar," Fahri mengejek Bara.
"Tuh Cewek SMA Tunas Budi," Sahut Andre Si tukang kompor.
"Dre bisa diem nggak?" Bara marah dengan Andre dan melototinnya.
Saka masih dalam lamunannya sampai dia tidak tahu kalau Bara dan Andre sudah datang. Pikirannya semrawut dan tak bisa memisahkan satu demi satu. Ia sangat berharap semuanya akan segera berakhir. Saka melamun mamandangi ponselnya dan berharap datang keajaiban mengabari tentang keberadaan Kakaknya itu .
"Ka kita jadi latihan basket kapan?" Bara menatap Saka yang berada di sampingnya. Saka diam dan tidak merespon pertanyaan Bara. "KA! HaI KA!.. bengong aja dari tadi!" Bara mulai kesal karena Saka tidak merespon dia.
"Eh iya Bar, gimana?" Ucap Saka yang kaget.
"Gimana kalau latihannay Rabu Ka?" Andre mengajukan pendapatnya ke Saka.
"Jangan Rabu, Aku ada latihan menembak." Saka menolak pendapat dari Andre. "Gimana kalau kamis?"
"Iya udah terserah, Kamu kan kaptennya Ka," Ucap Fahri.
Saka merupakan Kapten Basket yang Baru di SMA Pancasila. Teman-teman Ekstra Saka sangat kagum dengan kehebatan Saka dalam bermain Basket sehingga Saka terpilih menjadi Kapten menggantikan Kak Dio yang telah lulus. Meskipun Saka adalah siswa baru tetapi dia sangat berbakat dalam bermain basket. Ia juga selalu hadir dalam rapat dan salalu menyampaikan ide baru untuk kemajuan ekstranya Sehingga semua anggota ekstra basket bangga dengan kehadiran Saka dan memilihnya sebagai ketua ekstra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Senyuman
RomanceMikeyla gadis 18 tahun yang pandai menyembunyikan perasaannya. Ia menipu setiap orang dengan senyum manisnya. Suatu seketika datang laki-laki yang candu dengan senyum manis Mikeyla itu. Seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa senyum Mikeyla bukanl...