22. Luka

8 0 0
                                    

Mikeyla tersenyum saat membaca pesan dari Saka bahwa dia sedang menunggu Mikeyla di depan sekolahnya. Tanpa basa-basi Mikeyla langsung memasukkan buku yang berserakan di atas meja ke dalam tas ranselnya. Menata buku dengan rapi agar tidak terlipat. Bel pulang baru saja berbunyi, kegaduhan Siswa SMA Tunas Bangsa seperti pasar malam yang baru saja dibuka sehingga banyak pengunjung yang berdatangan.

"guys Aku pulang duluan ya." Mikeyla berdiri di depan kelas, berpamit terlebih dahulu dengan sahabat-sahabatnya.

"Bareng siapa Key? Sepedamu kan rusak." Tanya Mira yang polos, tertinggal kabar bahwa Mikeyla diantar oleh cowok berseragam SMA Pancasila.

"Bareng sama temen," Jawab Mikeyla.

"Eh jadi bener gosip tadi pagi Kamu dianter cowok SMA Pancasila?" Puput menyela.

"Apa cowok! siapa key?. Gitu tuh, punya gebetan baru tapi enggak cerita-cerita." mendengarkan pertanyaan Puput. seketika ke kepoan Bella meningkat seratus persen.

Mikeyla tersenyum salah tingkah. "Besok Aku cerita." Mikeyla menatap layar ponselnya yang bergetar menunjukkan telepon dari Saka. "Guys Aku pulang duluan ya, udah dijemput nihh." Mikeyla melambaikan tangan ke sahabatnya.

"Key pegangan yang kenceng, awas nanti jatuh." Puput meneriaki Mikeyla yang sudah berjalan di depan kelas. Lalu Mikeyla menjawabnya dengan mengajungkan jempolnya setinggi jendela kelas agar sahabatnya itu bisa melihat dari dalam kelas.

***

Saka sudah menunggu di depan gerbang seperti sopir yang menunggu majikannya. Dia menunduk menyembunyikan rasa malunya karena dilihati oleh siswa SMA Tunas Bangsa yang ramai di depan gerbang menunggu jemputan. Sesekali dia memainkan ponselnya agar terlihat tidak canggung.

Suara langkah kaki berhenti di dekat Saka. "Sorry ya nunggu lama." Mikeyla tersenyum sumringah ke mata Saka, karena wajahnya tertutup helm.

"Iya enggak apa." Saka menyerahkan helm ke Mikeyla. "Yaudah yuk naik." Saka mengisyaratkan agar Mikeyla naik ke boncengan motor.

Suara angin bersautan dengan suara motor di jalan. Suara tukang bubur yang menjajakan buburnya melengking dengan nada yang indah dan gampang untuk ditirukan oleh semua yang mendengar Bur cangijo. pandangan Mikeyla tertuju pada jalanan. Lalu memandang ke arah kanan, berfikir bagaimana memulai percakapan dengan Saka agar suasana tidak sunyi dan canggung.

"Key mau makan dulu atau langsung pulang?" Saka memulai percakapan.

"Ha apa Ka?" Suara angin yang kencang ditambah dia memakai helm membuat Mikeyla tidak mendengar yang diucapkan oleh Saka, yang dia dengar hanya saat Saka memanggil namanya. Hal ini pun biasa terjadi jika bercakapan saat mengendarai motor.

"Kamu mau langsung pulang atau mau makan dulu?"

"Langsung pulang aja."

"Oke."

****
Setelah tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Mikeyla. Rumah yang sepi dengan bunga yang layu di halaman rumah, menjadi saksi kalo sebenarnya pemiliknya sedang bersedih merindukan seseorang yang sangat disayangi.

Mikeyla turun dari motor. "Lo mau mampir dulu atau langsung balik?"

Saka membuka helmnya. "Mampir dulu deh, lagi bosen di rumah."

Mikeyla kaget ketika melihat luka memar di pipi Saka "Ini muka lo kenapa?" Dia menyentuh luka itu.

"Aww, Sakit key." Saka menyeringai nyeri. Lalu Mikeyla langsung menurunkan tangannya dari pipi Saka.

"Lo habis berantem ya?"

"Enggak."

Mikeyla menarik tangan Saka. "Udah, sini gue obatin." Mikeyla menyuruh Saka duduk di kursi teras rumahnya. "Tunggu di sini dulu ya, gue ambilin air dingin." Mikeyla melangkah menuju pintu, lalu membukanya.

Tak Seindah SenyumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang