Mikeyla sudah beberapa kali mengetuk pintu rumah Om Herry tetapi tidak ada jawaban dari dalam rumah. Dia baru pertama kali datang ke rumah Om Herry, Rumah yang tak terlalu besar dan tidak juga kecil dengan meja bundar di teras rumah dan dua kursi disebelah mejanya. Rumah itu tampak sepi, tak ada orang satu pun. "Assalamualaikum. Selamat siang." Mikkeyla yang dari tadi berteriak-teriak sudah mulai merasa bosan dan haus karena dia baru saja pulang sekolah dan tidak sempat membeli minum.
Dalam hatinya Mikeyla bertanya-tanya. "Di mana ya istrinya dan anaknya Om Herry? Apa mereka juga ikut ke Yogjakarta?" Mikeyla mondar-mandir mengamati setiap sekitar rumah, siapa tau ada orang.
Rasa haus yang sudah tidak dapat ditahan lagi membuat Mikeyla memutuskan untuk pergi dari rumah Om Herry. Dia Keluar dari halaman rumah tanpa pagar, melewati pohon jambu yang tumbuh di halaman.
Mikeyla mengayuh sepedanya menuju rumah dan sembari mencari warung untuk membeli air mineral. Dia tidak tau kalo rumah Om Herry ternyata jauh dari rumahnya. "Kalo gue tau rumahnya Om Herry jauh kayak gini mending naik ojek aja tadi." keluh Mikeyla yang kesal, Ditambah lagi air minumnya habis.
Sudah cukup jauh jalan yang Mikeyla lewati tapi dia tak kunjung menemukan warung. Tiba-tiba sepedanya Mikeyla hilang keseimbangan, Ban sepedanya meliuk-liuk. Dia lalu turun untuk mengecek ban sepedanya. Persis seperti yang dia duga. Ban sepedanya bocor, tidak ada udara sama sekali di dalam bannya.
"Yaampun pakek acara bocor nih ban." Mikeyla menendang ban sepedanya karena kesal.
Mikeyla menuntun sepedanya, menoleh ke arah kanan dan kirinya mencari bengkel yang buka. Sudah dua bengkel yang dia lewati. Tapi kedua bengkel itu tutup, bengkel yang pertama orangnya pulang kampung lalu bengkel ke dua orangnya masih istirahat siang. Udara siang hari yang semakin panas membuatnya keringatnya bercucuran dan tenggorokannya kering. Mikeyla sudah berjalan cukup jauh tapi belum menemukan bengkel yang buka sama sekali.
Sebuah warung kecil di tepi jalan menghentikan langkah Mikeyla. Tanpa basa-basi dia langsung membeli satu air mineral karena sudah tidak tahan dengan tenggorokannya yang kering.
"Bu air mineralnya satu yaa."
"Iya Neng." Jawab ibu pemilik warung itu. "Ini Neng air mineralnya." Ibu pemilik warung menyerahkan air mineral ke Mikeyla.
"Makasih bu ini uangnya Bu."
"Iya Neng sama-sama."
Mikeyla duduk di kursi plastik yang ada di depan warung untuk beristirahat sejenak, mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Lalu meminum air mineral yang telah dia beli. Tenggorokannya yang kering langsung segar setelah minum air mineral itu. Ada keinginan untuk mengguyurkan air mineral itu ke wajahnya untuk mengusir keringat yang bercucuran. Tapi tidak mungkin dilakukan Mikeyla sekarang.
Ibu pemilik warung mendekat ke Mikeyla dan duduk di kursi sebelah Mikeyla. "Sepedanya kenapa atuh Neng tadi dituntun?" ternyata ibunya melihat Mikeyla menuntun sepeda dengan raut wajah yang sudah kecapekan
"Bannya bocor Bu."
"Di depan sana ada bengkel neng coba ke sana aja."
"Oh iya Bu hatur nuwun Bu, kalo gitu saya langsung ke sana Bu biar pulangnya enggak kesorean," Ucap Mikeyla.
"Iya Neng sami-sami."
Mikeyla lalu menuntun sepedanya lagi ke bengkel yang dikatakan oleh ibu pemilik warung. Jarak warung dengan bengkel tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di bengkel. Bengkel yang sederhana, dengan peralatan bengkel yang lengkap dan ada dua karyawan yang sedang sibuk membenahi motor. Di bengkel itu banyak pelanggan yang menunggu motor ataupun sepedanya selesai diperbaiki.
"Mang punten ini sepeda Saya bocor, minta tolong dibenerin Mang."
"Haduh Neng tapi antri enggak apa?. Ini Bapaknya ibunya juga nungguin." Ucal tukang bengkel yang sedang membenarkan ban motor milik pelanggan lain. "Atau ditinggal aja Neng? Besok baru diambil. Soalnya ini masih banyak yang harus dikerjain Neng."
Mikeyla berfikir lama, dia tidak mungkin menunggu lama di bengkal karena kasihan ibunya jika harus mengurus Anna dan membersihkan rumah sendirian. Tapi dia juga tidak mungkin kalo harus menuntun sepeda sampai ke rumahnya.
"Ya udah saya tinggal di sini aja Mang sepedanya, besok saya ambil."
"Iya Neng. Bayar DP dulu ya Neng ini sepuluh ribu."
"Besok aja gimana Mang? Sekalian saya bayar full."
"Enggak bisa atuh Neng. Kalo gitu sepedanya juga enggak akan segera dibenerin."
Mikeyla bergumam dalam hatinya. "Anjirr nih uang gue tinggal 12 ribu lagi."
"Iya udah, ini Mang sepuluh ribu. Besok kalo saya ke sini harus udah jadi." Mikeyla menyerahkan uang 10 ribu.
"Gituu dong Neng, Siap besok langsung jadi."
Mikeyla keluar dari bengkel menuju tepi jalan. Sekarang pikirannya beralih pada kebingungan, harus naik apa untuk pulang ke rumah. Uang dalam sakunya tinggal dua ribu, masih kurang tiga ribu untuk bisa naik angkot. Mikeyla berfikir keras di tepi jalan yang ramai lalu lalang kendaraan, tangannya menutupi hidungnya dengan dasi sekolah agar tidak menghirup bau dari asap kendaraan. Bengkel itu sebenarnya luyaman dekat dengan rumah Puput. Tapi enggak mungkin Mikeyla menyuruh Puput untuk mengantarnya pulang, karena Puput tidak bisa naik motor, yang ada nanti malah akan merepotkan Mamanya Puput.
Sebenarnya ada seseorang yang rumahnya dekat dengan bengkel, yaitu Saka. Tapi Mikeyla gengsi jika menyuruh Saka menjemputnya. Sudah beberapa kali Mikeyla menghabiskan waktu bersama Saka. Tapi dia masih saja memikirkan gengsinya yang tinggi.
Mikeyla masih di tepi jalan melamun memikirkan cara untuk pulang ke rumah. Sedangkan hari semakin sore dan dia ingin cepat sampai rumah.
Dia mengambil ponselnya di dalam saku seragam. Lalu memberanikan diri menelepon Saka karena itu adalah jalan satu-satunya agar dia bisa pulang.
"Hallo," ucap Mikeyla.
"Hi Key, ada apa? Tumben nelepon duluan."
"Lo ada di mana Ka?"
"Ini masih di sekolah, ada apa Key?"
"Bisa jemput gue enggak Ka? Gue ada ada di bengkel deket rumah lo. Tapi kalo lo masih sibuk enggak usah enggaak apa apa."
"Bisaa kok Key, ini Aku juga mau pulang. Kamu share lokasinya ya. Tunggu.. sebentar lagi sampek."
"Iya Ka makasih. Emmm.. Hati-hati ya Ka."
"Okee siapp."
Mikeyla duduk di kursi yang disediakan pemilik bengkel untuk menunggu. Beberapa kali dia meneguk air mineral yang tadi dia beli di warung. Suara riuh bengkel memekikkan telinganya. Suara motor yang distater berurang-ulang kali oleh tukang bengkel untuk mengecek suara motor sudah seperti yang diharapkan pelanggan atau belom, bersautan dengan suara motor dan mobil yang berlalu-lalang di jalan.
"Loh Neng kok belum pulang?" tanya pekerja bengkel yang tadi bernegosiasi dengan Mikeyla.
"Masih nunggu temen."
"Kirain nunggu Saya Neng haha, bercanda Neng, jangan dimasukin hati."
Mikeyla yang mendengar candaan dari tukang bengkel itu lalu mengerutkan dahi. "Hehe iya Mang."
Daripada dia harus mendengarkan candaan yang tak masuk akal dari tukang bengkel, Mikeyla memilih menanti Saka di tepi jalan.
Dari kejauhan terlihat motor ninja hitam dengan helm yang juga berwarna hitam. Saka berhenti pas di depan Mikeyla, lalu menyerahkan helm ke Mikeyla. "Nih helmnya," Ucap Saka.
"Lo kalo ke sekolah bawa dua helm? Pasti nih helm buat persiapan kalo ada cewek cantik yang mau nebeng lo."
"Emang kenapa? Cemburu? Ini tuh helm aku ambil dari rumah. Ya masak kamu pulang enggak helm? Nanti kalo ada apa-apa Aku yang dimarahin sama Ibu kamu."
Mikeyla memasang helm di kepalanya. "IYa dehh percayaa." Mikeyla lalu naik ke motor Saka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Senyuman
RomanceMikeyla gadis 18 tahun yang pandai menyembunyikan perasaannya. Ia menipu setiap orang dengan senyum manisnya. Suatu seketika datang laki-laki yang candu dengan senyum manis Mikeyla itu. Seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa senyum Mikeyla bukanl...