Maryo lemas tak berdaya duduk di kursi, dengan posisi yang masih sama sejak awal. Matanya sayu, rambutnya berantakan, dan wajahnya pucat. Sebenarnya Maryo masih berada di Jakarta, disebuah gudang rusuhh dan menyeramkan yang hanya diketahui oleh Pak Herry dan anak buahnya.
Kegelisahan di hati Maryo semakin memuncak mengawatirkan keluarganya di rumah. Dia berpikir pasti istri dan anaknya sekarang kebingungan mencari dia, dia juga takut jika Pak Herry melukai mereka untuk membalaskan dendam.
Suara samar-samar orang bercakap terdengar dari luar. Tapi dari dalam gudang tidak terdengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Maryo masih berusaha melepas ikatan tangannya, yang sangat sulit dilepas itu.
“Brakk.” Suara seseorang membuka pintu.
Pak Herry muncul dari balik pintu mendekat ke Maryo. Kemudian disusul oleh seseorang di belakangnya. Pak Maryo menunduk, seakan dia tidak mau melihat wajah biadap Herry, yang tega melakukan ini kepadanya.
“Ini orangnya yang telah menghancurkan hidup Saya,” Ucap Pak Herry kepada orang disampingnya. “Kenapa nunduk? Angkat kepala Anda.” Herry membentak Maryo, menendang kursi yang diduduki Maryo Sampai Maryo kaget.
Maryo mengangkat kepalanya memandang orang-orang bejat yang ada di depannya. Dia langsung kaget dengan mata terbuka lebar dan wajah penuh amarah saat mengetahui orang di samping Pak Herry adalah Danu, suami dari anaknya tercinta, yaitu Ambar. Maryo memfokuskan pandangannya ke Danu.
“Kamuu.” Suara Maryo bergetar hebat, dirinya dipenuhi amarah. “Kamu Danu, laki-laki brengsek, yang telah membunuh anak Saya.” Maryo berusaha menendang Danu dengan kakinya. Tapi Danu dengan mudah bisa menghindar.
Danu seketika juga langsung melebarkan matanya memfokuskan pandangannya terhadap Maryo. Raut wajahnya berubah menjadi kawatir dan takut, karena ternyata orang yang mereka sekap di gudang adalah mantan mertuanya, Ayah Ambar. Tapi di satu sisi Pak Herry juga tidak boleh tau tentang hal itu, dia takut jika Pak Herry juga akan melakukan kejahatan terhadapnya.
Danu mendekat ke Maryo, menyengkeram dagu Maryo. “Apa maksud Anda? Danu siapa? Nama saya Putra, yang akan membalaskan dendam Pak Herry.” Danu menelan ludah, menyimpan semua ketakutannya.
Maryo menatap Danu dengan tatapan yang sangat tajam. Setelah sekian lama Danu menghilang kinii akhirnya muncul dihadapannya. “Jangan kira Kamu bisa membohongi Saya.” Maryo berkata lirih mendekatkan bibirnya di telinga Danu.
Danu seketika langsung berdiri, bertindak biasa seperti tidak mengenali Maryo. Lalu mereka keluar, meninggalkan Maryo sendiri di gudang yang sunyi dengan lampu yang redup untuk menyinari.
****
Mikeyla pergi ke dapur untuk mengembalikan baskom yang berisikan air. Berjalan dengan pelan agar tidak mengganggu ibunya yang sedang tertidur. Tertidur adalah salah satu cara yang efektif membuat ibunya berhenti mencemaskan keadaan ayahnya.
Sat Mikeyla di dapur, Ibunya Mikeyla terbangun dari tidurnya, melihat Anna yang tertidur nyenyak dalam pelukannya. Ibu berjalan keluar kamar dan melihat pintu rumah terbuka lebar. Dia berjalan pelan ke arah pintu.
“Saka.”
“Tante.” Saka mendekat, mengulurkan tangan ke Indah untuk bersalaman, mencium punggung tangan Indah.
Saka terkejut dengan wajah Indah yang memucat. Menggunakan syal di lehernya dan jaket untuk menghangatkan tubuh dan bibir yang berwarna putih, tidak ada warna merah lipstik di sana “Tante. Tante sakit? Wajah Tante pucet banget.” Saka mulai kawatir dengan kondisi Indah.
Ibunya Mikeyla tersenyum tipis. “Cuma kecapekan aja.”
“Tante udah minum obat?”
“Udah tadi Tante sebelum tidur udah minum obat.”
“Tante cepet sembuh ya. Kalo butuh bantuan bilang ke Saka ya Tan. Saka bakal selalu nolong Tante.”
“Iya Saka, terima kasih.”
Mikeyla keluar dari dalam rumah. Membawa gelas yang berisi es teh manis “Ibu kapan bangunnya Aku kok enggak tau.”
“Baru aja. Ibu kedalem dulu ya. Mau nemani Anna.” Ibu melangkah ke dalam rumah lagi.
Mikeyla menaruh es teh di meja, lalu duduk ke kursi semula. Bersenyum tipis melihat jalanan yang sepi.
“Key kenapa Tante bisa sakit?” Saka ikut duduk di kursi yang semula dia duduki.
“Ibu kecapekan kemarin habis jahit sampai malem.”
“Udah dibawa ke dokter?”
“Emm, belum, tapi obatnya ibu masih kok, biasaya kalo ibu udah minum obat itu terus langsung sembuh.” Mikeyla tersenyum tipis, berusaha meyakinkan Saka agar tidak perlu cemas.
“Kalo butuh bantuanku Kamu bilang ya.” Saka menatap Mikeyla. “Eh iya Key, nanti sepeda kamu aku anterin ya kalo udah jadi.”
“Enggak ngerepotin Ka?”
“Enggak santay aja.” Saka memandang jam yang melingkar di tangannya. Dia hari ini ada latihan menembak, sehingga harus ke tempat latihan sebelum terlambat. “Key Aku pamit dulu ya, Aku hari ini ada latihan nembak. Tolong pamitin ke Tante ya.” Saka meraih tasnya di kursi dan cepat-cepat berjalan menuju motornya.
“Saka.” Mikeyla memanggil Saka yang berdiri di samping motor, bersiap mamakai helmnya. “Hati-hati di jalan ya.” Mikeyla tersenyum malu menatap Saka.
Saka tersenyum mendengarkan pesan dari Mikeyla dan menganggukkan kepala menjawab Mikeyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Senyuman
RomanceMikeyla gadis 18 tahun yang pandai menyembunyikan perasaannya. Ia menipu setiap orang dengan senyum manisnya. Suatu seketika datang laki-laki yang candu dengan senyum manis Mikeyla itu. Seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa senyum Mikeyla bukanl...