17. Mas Danu

10 0 0
                                    

"Saka ayok makan malam dulu." Teriakan Mama Saka dari ruang makan sampai ke kamar Saka. Meskipun kamar Saka berada di lantai dua dan ruang makan di meja lantai satu. Tapi ikatan batin antara ibu dan anak membuat suara Mamanya Saka terdengar keras sampai ke kamar Saka.

Saka yang sedang bermain leptop mencari kabar terbaru tentang Danu di facebook langsung menutup leptopnya dan keluar kamar ketika mendengar teriakan dari mamanya. Jika dia tidak segera turun, Mamanya akan datang ke kamarnya lalu mengomel tiada henti membuat telinganya perih.

Traumanya Saka masih belum hilang karena dulu dia pernah ketika mamanya berteriak memanggilnya untuk makan, dia tidak langsung keluar kamar. Ini membuat mamanya murka dan datang ke kamarnya, mengomel tiada henti lalu mengambil kunci motor kesayangannya. Selama satu bulan Saka harus sekolah naik angkot dan tidak bisa ke pergi mana-mana dengan bebas.

"Hi Pa, pulang jam berapa? Kok Aku enggak tau kalo Papa udah sampai rumah." Saka menarik kursi di samping Papanya, di depan Mamanya.

"Barusan aja," Ucap Papa.

"Kamu tuh sibuk di kamar dari tadi, makanya enggak tau kalo Papa udah pulang." Sahut Mamanya yang sedang mempersiapkan makanan di atas meja makan.

"Kan di kamar juga belajar Ma."

"Iya dehh Mama percaya belajar, enggak main game haha." Mamanya duduk dan mulai mengambil nasi untuk suaminya. "Udah yuk makan dulu."

Semua diam dan fokus pada makanannya masing-masing. Menikmati sesuap demi sesuap masakan Mama yang dibantu oleh Bi Tuti. Mamanya Saka selalu memasak sendiri jika dia tidak sibuk, jadi tidak membebankan semua pekerjaan kepada Bi Tuti. Yang pastinya makanan terenak menurut Saka adalah buatan Mamanya sendiri.

Saat semua diam dan menikmati makanan masing-masing. Saka memulai sebuah percakapan. "Eh iya Pa,Ma. Aku tadi dapat informasi dari teman facebookku kalo Mas Danu ternyata ada di Jakarta." Saka bergantian menghadap ke Papa dan Mamanya dengan Mata berbinar. Hatinya berharap semoga mereka bahagia ketika mendengar kabar itu. "Aku mau nyari Mas Danu ke Jakarta ya Pa?."

Hening mulai datang diantara mereka. Papanya hanya diam dengan tatapan kosong ke depan. Sedangkan Mamanya tetap mengunyah makanannya dan tak berani melirik suaminya sama sekali. Ini adalah pertama kalinya Saka berani berbicara tentang Danu di depan Papanya setelah Danu pergi menghilang.

"Gimana Pa, Bolehkan Aku nyari Mas Danu?."

"Enggak boleh," Jawab singkan Papanya Saka.

"Kenapa pa? Kenapa enggak boleh nyari Mas Danu? Dia Kakakku Pa, Anaknya Papa." Saka mulai tidak bisa mengontrol emosinya.  Tatapannya tajam mengarah ke Papanya.

Papanya meletakknya sendoknya di piring dengan keras sehingga menyiptakan suara dari sendok yang menyentuh piring. "KALAU ENGGAK BOLEH YA ENGGAK BOLEH." Tatapannya tajam membalas tatapan Saka. Suara Papanya Saka menggelegar membentak Saka.

"sadar Pa, Mas Danu itu anak Papa." Saka mengeraskan suaranya.

"BUKAN DIA BUKAN ANAK PAPA." Papanya Saka berdiri lalu membentak Saka. "JANGAN PERNAH SEBUT NAMA ITU LAGI DI DEPAN PAPA."

Saka ikut berdiri sehingga Saka dan Papanya saling barhadap-hadapan dengan mata yang sama-sama memandang tajam. Saka tersenyum tipis mengejek Papanya. "Ohh jadi gini ya sifat pengusaha suksess, ga mentingin keluarga malah egois mementingkan nama baiknya sendiri." Saka menghadap Ke wajah Papanya, terlihat dengan jelas otot leher Saka muncul dan mengepalkan tangannya seakan ingin memukul orang di depannya itu. Tapi dia berusaha tidak memukulnya karena bagaimana pun itu adalah Papanya.

"KAMU YA DASAR ANAK KURANG AJAR." Papanya mengangkat tangan kanannya bersiap akan mendaratkan tamparan ke pipi Saka.

"PAPA STOPP. Udah Pa kontrol emosi papa." Mama teriak kerass berusaha menghentikan tangan suaminya. "Mama enggak mau kejadian enam tahun yang lalu terulang lagi." bibir mamanya bergetar dengan amarah yang tak bisa disembunyikan.

Teriakan Mamanya Saka menghentikan tangan Papanya yang akan mendarat di pipi Saka. Mamanya sedih melihat pertikaian antara Saka dan Papanya, mengingatkannya pada kejadingan enam tahun yang lalu. Kejadian yang mungkin tidak bisa mamanya lupakan, pertengkaran antara Papa dan Danu. Pertengkaran yang membuat Danu pergi dari rumah.

Enam tahun yang lalu Danu pergi dari rumah karena Sifat Papanya yang ingin Danu selalu mengikuti perintahnya membuat Danu terkekang dan pergi menghilang.

Dulu Danu sangat suka dengan balapan motor. Hampir setiap minggu Danu balapan dengan teman teman nakalnya tanpa sepengetahuan papanya. Kenakalan Danu bertambah saat dia lulus dari SMA. Saat Itu Danu dipaksa Papanya untuk masuk ke perguruan tinggi di jurusan Bisnis meskipun Danu sangat ingin masuk di jurusan otomotif.

Danu yang selalu menuruti semua  keinginan Papanya itu membuatnya menjadi stress dan melampiaskan semuanya pada balapan motor. semua kesedihan,kemarahan dan kekecewaan Danu ke Papanya bisa dia hilangkan dengan balapan. Sejak itu Danu hampir setiap hari mengikuti balapan liar dijalanan. Pergi malam dan pulang subuh menjadi kebiasaan Danu.

Papa dan Mamanya Danu lama-kelamaan tau tentang balapan itu. Papa dan Mamanya murka dan berusaha menghentikan kebiasaan jelek anaknya tersebut. Tapi Danu tak menggubrisnya, dia malah senang balapan dan bahkan kadang berani bolos kuliah. Ancaman demi ancaman telah Papanya ditujukan ke Danu. Tapi Danu tidak takut Sama sekali. Meskipun motornya telah disita oleh Papanya dan dirusak di depan Danu, dia tetap datang ke balapan dan balapan menggunakan motor temannya.

Hingga suatu hari Danu ditangkap oleh polisi karena balapan liar itu. Foto Danu terpajang di koran koran dan di berita televisi. Semua orang membicarakan tentang balap liar geng motor Danu.  Papanya yang tau hal itu seketika marah besar dan segera membebaskan Danu dari penjara sebelum semua orang tau bahwa anak pengusaha sukses, Irawan Purnama masuk penjara.

Tak ada ucapan terima kasih sekalipun dari mulutnya kepada Papanya karena telah membebaskannya. Danu malah kesal dan marah karena dibebaskan sendiri, sedangkan teman-temannya masih di dalam sel tahanan.  Setelah Danu bebas dari penjara, Danu dan Papanya bertengkar hebat. Papanya mengancam Danu akan mengusirnya jika Danu masih balapan. Tapi disatu sisi Danu tidak bisa menghentikan kebiasaannya itu, karena dengan balapan dia bisa melupakan penderitaannya sebagai boneka Papanya. Hingga akhirnya Danu memutuskan pergi dari rumah dan berjanji tidak akan menampakkan dirinya sama sekali di depan  keluarganya. Dia ingin Mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri dan melupakan semua yang menyakitinya.

Saka yang kesal melihat keegoisan Papanya dan mamanya yang sudah menangiss sesenggukan membuatnya semakin sedih. Saka memutuskan untuk pergi ke kamarnya lalu mengambil kunci motor di atas meja dan jaket di gantungan baju. Rumah terasa sepi dan hening setelah kejadian itu. Saka sudah tidak betah berada di dalam rumah yang penuh dengan drama. Dia memutuskan untuk pergi menenangkan diri di warung Bi Iyem

Tak Seindah SenyumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang