Mikeyla duduk di kursi ruang tunggu kantor kepolisian dengan mata selalu memandang keselilingnya, dia selalu menggerakkan kakinya, yang bertanda dia grogi berada di tempat itu. Ini adalah pertama kalinya Mikeyla pergi ke kantor polisi sendirian, tidak ada Ayah atau Ibu yang menemaninya. Terakhir ke kantor polisi, saat Mikeyla menemani Kak Ambar yang melaporkan kehilangan mobil, itupun ditemani Ayah dan Ibunya juga.
Tak terlintas di benaknya bahwa dia akan seberani dan sekuat ini menghadapi masalah besar dengan tangannya sendiri. Entah, dia akan seberapa kuat menghadapi ini sendiri. Tapi yang pasti kini dia berusaha untuk menghadapi masalahnya sendiri dan tidak ingin merepotkan orang lain.
"Saudara Mikeyla." Seorang polisi yang tengah duduk dibalik meja memanggil Mikeyla.
"Iya Saya Pak."
"Silahkan duduk." Polisi itu menyilahkan Mikeyla duduk di kursi yang ada di depan mejanya. Lalu Mikeyla duduk di kursi itu. "Apa ada yang bisa kami bantu?"
"Em." Mikeyla masih bingung harus menceritakan dari mana. "Em- begitu Pak, Saya ingin lapor, bahwa Ayah Saya yang berumur 48 tahun menghilang sejak enam hari yang lalu." Mikeyla menahan tangisnya saat bercerita ke polisi. "Teleponnya juga tidak bisa dihubungi."
Menceritakannya memang tidak mudah untuk Mikeyla, apalagi dia tipikal orang yang tidak pernah menceritakan masalah dan kesedihannya kepada orang lain. Ia berusaha menata emosinya, menceritakan masalah kehilangan itu kepada polisi. Setidaknya dia sudah berusaha melapor ke polisi. Karena dia tau untuk kali ini dia tidak bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Mikeyla berjalan keluar kantor polisi dengan harapan semoga polisi bisa segera menemukan keberadaan Ayahnya. Lalu dia memesan ojek online.
Hari ini Mikeyla memutuskan untuk tidak masuk sekolah karena ingin pergi ke kantor polisi, melaporkan kehilangan Ayahnya. Dia memakai alasan bahwa sekolah sedang libur, karena sedang di adakan pertemuan penting untuk membahas ujian sekolah di SMAnya. Dan akhirnya ibunya mempercayainya.
Sebenarnya misi Mikeyla kali ini tidak hanya ke kantor polisi saja. Mikeyla ingin mendatangi lagi rumah Pak Herry, siapa tau Ayahnya sebenarnya masih di sana. Setelah perjalanan menggunakan ojek online, akhirnya dia sampai di depan rumah Pak Herry. Rumahnya masih sama seperti waktu Mikeyla ke sana beberapa hari lalu, sepi tidak ada orang sama sekali.
Mikeyla mengetok pintu. "Assalamualaikum, selamat Siang." Mikeyla mendekatkan wajahnya ke jendela, berusaha mengintip dalam rumah dari jendela. Tapi ternyata ada gorden yang menutupi jendela, sehingga tidak bisa melihat dalam rumah.
Ia mondar-mandir di depan pintu sambil sesekali mengetuk pintu kayu itu. Angin yang berhembus menjatuhkan daun-daun pohon jambu hingga berserakan di halamn rumah Pak Herry. Dalam hati Mikeyla dipenuhi pertanyaan. "Apa Pak Herry juga hilang sama Bapak?"
Saat Mikeyla duduk di kursi teras Pak Herry, ada seorang Ibu-Ibu lewat menenten tas kresek berwarna hitam yang di dalamnya ada isinya. Mikeyla yang melihat Ibu itu langsung memanggil dan menghampirinya.
"Ibu, tunggu sebentar Bu." Mikeyla berjalan menghampiri Ibu Itu.
Ibu itu menghentikan jalannya."Iya Neng ada apa?"
"Ibu kenal sama Pak Herry yang punya rumah ini atau enggak?" Mikeyla melirik rumah itu.
"Kenal Neng, biasanya Pak Herry beli makan di warung Ibu."
"Ibu tau keberadaan Pak Herry sekarang di mana Bu?"
"aduh enggak tau Neng, tapi biasanya emang Pak Herry suka pergi ke kampung halamannya untuk berziarah ke makam istrinya."
"Istri Pak Herry meninggal Bu?"
"Iya Neng udah lama, sebelum Pak Herry pindah ke sini."
"Bu punya nomer ponselnya Pak Herry?"
"punya Neng." Ibu itu membuka ponselnya. "Ini nomernya Pak Herry Neng." Ibu itu Mengarahkan ponselnya ke Mikeyla.
Mikeyla segera mencayat nomer itu di ponselnya. "Sudah Bu, Terima kasih banyak Bu. maaf saya banyak bertanya Bu." Mikeyla tersenyum.
"Iya Neng, Enggak apa-apa, Saya pergi dulu ya Neng."
"Baik Bu, sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama Neng."
Tanpa basa-basi Mikeyla segera menelepon Herry untuk menanyakan keberadaan Ayahnya. Telepon sudah tersambung ke Herry. Tapi hanya berdering saja, tidak ada jawaban dari Herry.
"Apa mereka sesibuk itu, hingga enggak jawab teleponnya?" Mikeyla bergumam.
Dalam benak Mikeyla ada beribu pertanyaan. "istrinya Pak Herry meninggal?, kenapa istrinya enggak di kubur di kota? Kenapa harus di kampung? " Mikeyla mulai pusing dengan ini semua. Hingga akhirnya dia memustuskan beranjak pergi dari rumah Herry dan kembali memesan ojek online untuk mengantarkannya ke bengkel sepedanya.
Mikeyla sampai di bengkel, pulang dengan menaiki sepeda menikmati udara Bandung. Lebih tepatnya udara panas. Siang hari yang melelahkan bagi Mikeyla. Matahari bersinar terik tepat di atas kepala, menambah pusing di kepalanya karena masalahnya yang belum juga selesai.
"Titt. Titt. Titt." Suara klakson berbunyi dari motor dibelakangnya. Lalu motor itu maju ke samping Mikeyla.
"Saka."
Mikeyla berhenti dan menepikan sepedanya.
"Kamu habis dari mana Key?" Tanya Saka yang masih memakai baju sekolah itu.
"Ngambil sepeda di bengkel."
"Kenapa enggak bilang Aku dulu, Nantikan bisa Aku anterin sepedanya."
"Em, enggak perlu. Tadi juga sekalian habis ke rumah temen yang rumahnya deket sini." Mikeyla berbohong lagi untuk kesekian kalinya.
Saka melihat baju yang di kenakan Mikeyla. Dilihatbya, Mikeyla tidak mengenakan seragam. "Kamu enggak sekolah Key?" Saka mengerutkan kening, heran.
"Em, Tadi pulang pagi, karena gurunya ada pertemuan untuk bahas ujian. Terus ini Aku pakek baju teman Aku deh." Mikeyla berbohong lagi kepada Saka. Jika di tulis mungkin jumlah kebohongannya kepada Saka sudah berjumlah sangat banyak. Tapi kebohongan ini harus di katakan karena untuk kebaikan. Mikeyla tidak mau Saka menjadi kawatir dengan kondisinya
"Ohh gitu, Yuk mampir ke rumahku. Kan searah sama jalan pulang ke rumah Kamu."
"Tapiii. . . Emm, nanti malah ngerepotin lagi." Mikeyla mencari alasan.
"Udah enggak apa, lagian udah deket dari sini. Tuh di depan." Saka mengisyaratkan dengan mendongakkan kepalanya ke depan. "Yuk, Aku ngikuti di belakangmu ya."
Mikeyla Mulai mengayuh sepedanya. Ekspresi wajahnya bingung dan grogi, jika nanti dia sampai di rumah Saka bagaimana kalo ada Mama Papanya Saka? Dia harus menjawab apa jika di tanya oleh orang tua Saka?. Dalam pikiran Mikeyla kebanyakan pikiran ketakutan yang yang menghantuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Senyuman
RomanceMikeyla gadis 18 tahun yang pandai menyembunyikan perasaannya. Ia menipu setiap orang dengan senyum manisnya. Suatu seketika datang laki-laki yang candu dengan senyum manis Mikeyla itu. Seiring berjalannya waktu dia sadar bahwa senyum Mikeyla bukanl...