HAPPY READING
.
.📍📍📍
Sudah pukul 10.00 WIB dan kampus semakin ramai karena banyak mahasiswa yang sedang berlalu-lalang. Termasuk Hana dan Nengsih yang baru saja selesai kelas. Hari ini mereka hanya memiliki satu mata kuliah, itu pun hanya pagi ini. Maka dari itu, dua perempuan yang kebetulan sekali mengenakan pakaian batik yang merupakan seragam sewaktu mereka menjadi panitia olimpiade kemarin, tengah menyusuri jalan untuk mencari makan.
Kantin Fakultas yang mereka tuju tidak begitu jauh dari kelas mereka tadi. Sehingga tidak perlu memakai kendaraan agar bisa sampai.
"Oh, iya. Lo tadi mau ngomong apa?" tanya Hana di sela mereka berjalan. Ia bertanya perihal Nengsih yang sempat memanggilnya tadi namun belum mengatakan apapun.
Nengsih menatap Hana mengernyit. Ia nampak berpikir dengan matanya yang menatap ke atas. "Ohhh, itu. Gue bingung deh. Kok di PAUD, dosennya nggak ada yang muda, ya? Tua semua. Ada sih, yang muda, tapi kan udah nikah."
Sontak mendengar itu, Hana hanya bisa melongo. "Astaghfirullah .... Sabar banget gue sahabatan sama Lo," kata Hana sambil mengusap-usap dadanya.
Nengsih menatap Hana tidak suka. "Dih, kenapa gitu? Harusnya lo bersyukur temenan sama gue. Kalau bukan karena gue, hidup lo monoton tau, nggak?!"
Hana berdecak. Tentu saja dia tidak bisa mengelak akan hal itu. Seperi kata Nengsih tadi, kisahnya hanya akan monoton jika Nengsih tidak ada. Di tambah ia yang tidak bisa berbaur dengan orang lain dengan cepat. Bisa dipastikan hingga hari ini ia akan selalu seorang diri.
"Iya, iya!" kata Hana.
Nengsih tersenyum lalu merangkul Hana yang membuat perempuan itu terkejut. "Maksud gue tuh, gini, Han. Seenggaknya ada lah, satu atau dua orang dosen yang enak di pandang kalau di kelas. Kayak penyemangat gitu kalau ada kelas. Walaupun kita benci mata kuliahnya, setidaknya wajah sang Dosen nggak bikin dua kali dua."
"Dua kali dua?" bingung Hana.
"Empet," jawab Nengsih. Membuat Hana sedikit speechless. Tidak menyangka jika sahabatnya itu bisa melakukan hal itu.
"Wahh, parah banget lo ngatain Dosen begitu," kata Hana dengan wajah yang sedikit memprovokasi. Walaupun ia tahu jika Nengsih tidak akan menganggapnya serius.
Decakan Nengsih terdengar oleh Hana. "Ck! Kayak lo nggak pernah ngatain Dosen aja."
Setibanya di kantin, Nengsih dan Hana lebih dulu ke stand makanan untuk memesan.
"Buk, saya pecel ayamnya, satu, ya. Minumannya teh es, aja," kata Hana menyebutkan pesanannya.
"Ayamnya yang besar atau yang kecil, dek?" tanya ibuk penjualnya.
Hana nampak melihat ayamnya dulu yang terlihat di etalase. "Yang besar, Buk. Bagian dada."
Ibuk penjualnya mengangguk, lalu menatap Nengsih yang masih nampak bingung. "Kalau adek, mau pesan apa?"
"Eum ... Pecel lele, deh, Buk. Minumannya teh es." Si Ibuk kembali mengangguk. Kemudian Hana dan Nengsih bergerak untuk mencari tempat duduk.
"Nggak percaya gue perut lo karet banget," ucap Hana saat mereka sudah duduk meja makan kantin.
"Ya udah, nggak usah percaya. Ribet banget hidup lo," jawab Nengsih sinis. Hana berdecak mendengarnya.
Merek kembali mengobrol sembari menunggu pesanan datang. Kantin sangat ramai karena memang sedang jamnya untuk makan. Berhubung mereka di kantin Fakultas, makanya banyak yang makan di sini.
"NAH, KAN!"
Hana yang sedang minum air putih pun tersedak karenanya. Bagaimana tidak? Nengsih tiba-tiba teriak dengan begitu keras tanpa tahu dia sedang ada dimana.
Hana kemudian menoleh ke kiri dan ke kanan dan mendapati jika banyak pasang mata yang tengah menoleh pada mereka. Dengan senyum tidak enak di campur malu, Hana membungkukkan kepala sembari menggumam kata maaf.
Setelah merasa tidak lagi di perhatikan, barulah Hana menatap Nengsih yang sudah menampilkan senyum manis padanya. Ia menatap perempuan itu dengan tajam. "Apa lo, senyum-senyum gitu! Bikin malu aja! Nggak liat lo kalau kita di kantin Fakultas?!"
"Aaaaaa .... Hanaku, sayangku, cintakuuu. Maaf ya, gue nggak sengaja. Beneran deh. Gue juga kaget, nih," kata Nengsih sambil memeluk Hana dari samping. Sedangkan Hana hanya berdecak melihat tingkah sahabatnya itu.
Nengsih lalu memperlihatkan hal yang membuatnya terkejut tadi. Ia juga masih memeluk Hana dari samping. "Nih, lo liat, nih. Ini yang bikin gue kaget," kata Nengsih sambil menunjukkan gambar yang ada di ponselnya di depan Hana dengan sebelah tangan.
Hana melihat itu dengan malas, tapi satu kata yang terlintas di kepalanya setelah melihat poto itu.
Tampan!
"Terus?" Hana tidak bisa mengatakan hal yang ada di kepalanya pada Nengsih. Bisa-bisa Nengsih merecokinya.
"Ya, gue iri lah! Anak Teknik enak banget dapet dosen tampan. Mana dia jomblo." Nengsih menegakkan badannya saat pesanan mereka datang.
Sedangkan Hana hanya menghembuskan napasnya. Sangat bosan mendengar Nengsih yang selalu mengeluh tentang hal ini. Ia memilih untuk makan setelah mengucapkan terima kasih pada ibuk kantin tadi.
Begitu juga Nengsih yang sudah diam dan makan begitu lahap. Melihat itu, membuat Hana kembali menghela napasnya. Kali ini begitu berat. Kemudian membatin. "Inget, Han. Cuma dia sahabat yang lo punya. Sabar yaa."
📍📍📍
Halo, terima kasih sudah membaca
Semoga suka yaaa 🤗✨***
Re-pub/21.35 WIB
24 Agustus 2022/ Tampan, Pekanbaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kekasih Halalmu ✓
RomanceMenikah bukanlah perkara mudah. Tidak hanya siap fisik, tapi juga mental. Terlebih Hal yang paling diinginkan oleh setiap orang adalah menikah dengan orang yang dicintai. Sehingga kita bisa ikhlas dan bahagia saat menjalaninya. ---- Hana Hafiza menj...