| Aku Kekasih Halalmu • Penjelasan |

322 27 2
                                    

HAPPY READING
.
.

📍📍📍

Makan malam dua keluarga itu sudah selesai. Mereka sudah di perjalanan untuk kembali. Seperti yang sudah di rencanakan, Dibran mengantarkan Hana pulang dengan mobilnya. Orang tua mereka tentu senang karenanya. Semoga saja rencana mereka bisa berjalan dengan lancar.

Di dalam mobil, keduanya hanya diam. Hana menatap keluar jendela sambil termenung. Pikirannya kini melayang pada sang kekasih. Bagaimana jika Galang tau kalau ia di jodohkan? Galang akan tersinggung pasti.

Dibran juga melakukan hal yang sama. Ia fokus menyetir, tetapi otaknya masih terus mencerna ucapan sang mama perihal perjodohannya dengan Hana. Bahkan mereka tahu kalau Hana sudah memiliki kekasih, lalu mereka masih ingin melanjutkannya? Apa ada yang sedang di sembunyikan oleh orang tua Hana?

"Saya menolak."

Dibran langsung menoleh. "Apa?"

"Saya tidak ingin di jodohkan," ucap Hana lagi, tetapi matanya masih menatap keluar.

Dibran diam. Laki-laki itu tidak memberikan respon apapun, ia kembali fokus menyetir. Cukup lama mereka sama-sama diam setelah Hana biacara tadi, hanya deruan mobil yang terdengar. Jalanan yang mereka lewati juga tumben sekali tidak seramai biasanya.

"Baiklah," kata Dibran setelah mobilnya berhenti karena lampu merah. Laki-laki itu lalu menatap Hana yang masih setia menatap keluar.

Hana menghembuskan napasnya pelan, kemudian menutup mata. Punggungnya semakin ia benamkan di sandaran kursi dan kepalanya tidak lagi menghadap keluar.

Apakah ini alasan dibalik sikap papanya tidak menyukai Galang? Tapi Perjohanan ini baru terjadi, sedangkan ia dengan Galang sudah bertahun-tahun. Hana semakin pusing mendengarnya.

Bip bip bip!!!

Hana terperanjat kaget karena klakson yang yang terdengar nyaring. Ia membuka mata dan menatap Dibran yang gelagapan seperti ikut terkejut. Laki-laki itu segera menekan pedal gas dan berlalu ketika lampu hijau sudah menyala tanpa ia sadari.

"Maaf, saya mengangetkanmu," kata Dibran pada Hana ketika mobil sudah melaju. Ia menoleh sebentar dan kembali manatap jalanan.

Hana mengernyit, lalu mengangguk. "Tidak apa-apa."

Keduanya kembali diam setelah Hana membalas ucapan Dibran. Bukan merasa canggung, hanya saja mereka tidak ingin bicara satu sama lain. Bahkan untuk saling mengenal pun, rasanya sangat enggan. Terlebih untuk Hana, yang notabene nya sudah memiliki kekasih.

Selama beberapa menit perjalanan, tidak satu pun yang membuka suara. Hingga Sampai di depan rumah Hana, perempuan itu langsung membuka seatbeltnya. "Terimakasih," ucapnya sebelum keluar dari mobil.

Dibran mengangguk, dan terus memperhatikan Hana yang sudah berjalan masuk ke rumah. Setelahnya, barulah dia pergi meninggalkan perkarangan rumah Hana.

📍📍📍

Hana masuk rumah dan langsung menuju kamar. Mengabaikan orang tuanya yang ingin sekali mendengar bagaimana ia dan Dibran tadi. Evan menghembuskan napasnya pelan, Lidia yang melihat itu segera memeluk suaminya dengan lembut. Evan dengan senang hati membalasnya. Pelukan dari sang istri sangat membantunya untuk semua yang terjadi.

"Mas mau susul, Hana?" tanya Lidia menatap Evan.

Evan diam sebentar, lalu mengangguk. Senyuman kecil terbit di bibirnya. Begitu juga dengan Lidia yang ikut tersenyum karenanya.

"Ya sudah, aku ke kamar duluan, ya," ucap Lidia, lalu bangkit dan melangkah menuju kamar.

Evan juga ikut bangkit, tapi melangkah ke kamar anak semata wayangnya. Menaiki tangga, dan saat sampai ia mengetuk pintu ber-cat putih beberapa kali. "Hana, Papa boleh masuk?"

Dari dalam kamar, Hana yang baru saja selesai membersihkan badan dan ganti pakaian, menoleh ke arah pintu. "Iya, Pa. Masuk aja. Nggak Hana kunci, kok."

Barulah papa membuka pintu kamar Hana setelah mendapatkan izin. Ia tersenyum hangat menatap putri yang dulu selalu merengek minta di belikan permen lollipop, sekarang sudah tumbuh dewasa.

Papa masuk kamar dan membiarkan pintunya terbuka. "Papa mengganggu?"

Hana menggeleng. "Nggak, kok, Pa. Hana baru selesai bersih-bersih. Kenapa, Pa?" tanya Hana ketika ia sudah duduk disamping papanya di tepi kasur.

Papa mengangguk. "Kamu sudah mau tidur?"

Hana kembali menggeleng. "Nggak juga, kok, Pa. Palingan mau main ponsel dulu bentar."

Lagi-lagi papa mengangguk, ia menatap putrinya dengan lekat. "Papa mau minta maaf."

Hana mengernyit, tetapi belum mengeluarkan kata apapun. "Papa tau, Papa salah karena berniat menjodohkan kamu tanpa kasih tahu kamu lebih dulu. Bahkan di saat kamu sudah punya kekasih," sambung papa.

Hana terdiam. Ia beralih menatap ubin kamarnya yang terlihat mengkilat. Ah, yang bekerja sebagai pembersih rumah sangat memuaskan pekerjaannya. Ingatkan Hana untuk memberi tahu orang tuanya agar memberikan gaji tambahan untuk mereka.

"Tapi seperti apa yang di katakan Mama Dibran, keputusannya tetap ada pada kalian. Kalian yang akan menjalaninya. Jika kalian merasa cocok, maka ini bisa di lanjutkan. Tapi--"

"Bagaimana dengan Galang?" potong Hana sambil menatap papanya. "Papa tahu Hana punya kekasih, tapi kenapa Papa masih mengusulkan perjodohan ini? Apa karena ini Papa tidak menyukai Galang? Tapi, Pa ... Aku dan Galang udah lama, sedangkan sama Dibran baru beberapa hari. Gimana Hana bisa nerima ini semua?" sambungnya. Hana hampir menangis karena ini, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya.

Evan yang melihat itu semakin tidak tega. Ini yang ia takutkan, apa ia harus menceritakannya hari ini?

"Apa yang sebenarnya Papa sembunyiin dari Hana. Kasih tahu Hana, Pa," ucap Hana lagi. Air matanya sudah menuruni pipi mulusnya. Tangan Evan bergerak menghapus air mata sang putri.

"Papa sendiri yang bilang kalau Nggak mau liat kaca itu pecah sebelum waktunya. Tapi sekarang kaca itu udah retak, Pa. Nanggung, mending pecah sekalian."

Mendengar itu, membuat Evan menggeleng dengan tegas. Ia lalu memeluk Hana dengan erat. Mengelus surai rambut anaknya dengan lembut. Sedangkan Hana sudah terisak di pelukan papanya.

"Papa minta maaf. Ada waktunya kamu bisa mengetahui sebuah kebenaran. Maka dari itu Papa ingin menjodohkan kamu dengan Dibran. Papa tidak menginginkan apapun selain yang terbaik buat kamu. Papa ingin kamu bahagia. Bahagia kamu, sangat jelas bahagia Papa dan Mama. Tetapi keputusan tetap di tangan kamu. Jika kamu menolaknya, Papa tidak akan memaksa."

📍📍📍

Haiii
Selamat malamm
Semoga suka yaaa
Jangan lupa tinggalkan jejakkk
😊😊✨✨

***

Re-publish/22.40 WIB
26 Agustus 2022/Tampan, Pekanbaru
Semoga sukaa.

Jangan lupa baca cerita aku yang baruuu
Judulnya, On You!
Wkwk, babaiii

Aku Kekasih Halalmu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang