8. Rencana Tuhan

108 40 22
                                    

Hari Senin kali ini bertepatan dengan pelaksanaan UAS semester 1 bagi seluruh siswa siswi smansa khususnya Jordan yang kali ini harus berangkat agak pagi supaya tidak terlambat mengikuti ulangan.

Bagi jordan apapun yang disebut ulangan atau ujian di sekolah selalu mengingatkannya pada kejadian dimana sang ayah harus pergi meninggalkan dia dan bunda untuk selamanya.

Flashback

Saat itu hari terakhir ujian nasional dilaksanakan, sebagai salah satu murid yang pandai tentu saja Jordan sudah selesai mengerjakan dan harus menunggu sampai bel berbunyi, sembari menunggu Jordan telah memikirkan rencana yang akan dia lakukan setelah pulang sekolah nanti yaitu menjenguk sang ayah yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit.

Tapi tiba-tiba wali kelas Jordan memasuki ruang ujian sebelum bel berbunyi, memanggilnya untuk keluar ruangan dan menyuruhnya untuk segera bergegas ke RS. Jordan tentu saja tau ada kemungkinan buruk yang terjadi pada ayahnya, tapi dia berusaha untuk menepisnya jauh jauh.

Sesaat setelah sampai dia langsung berlari menuju ruangan sang ayah, berusaha menahan air matanya yang entah mengapa muncul begitu saja, belum lagi rasa sesak yang menyerangnya secara tiba-tiba setelah melihat beberapa saudaranya berada diluar ruangan, menatap iba kepadanya seolah mengatakan kalau apa yang sedang ada dipikirannya itu memang benar terjadi.

"abang yang sabar ya, harus kuat" kata paman Jordan. Tidak mau percaya, Jordan buru-buru masuk dan mendapati sang bunda sedang menangis tersedu dan sang ayah yang sudah tertidur dengan tenang disana tanpa pergerakan kecil tanpa hembusan nafas lagi. Hari itu Jordan kehilangan panutannya setelah perjuangan ayah melawan penyakitnya selama 6 bulan terakhir.

Butuh waktu yang bisa dibilang tidak sebentar untuk benar-benar ikhlas. Ada satu waktu Jordan merasa Tuhan tidak adil terhadapnya, padahal Jordan yakin kalau Tuhan tahu betul bahwa dia sangat butuh ayahnya.

Hidupnya berantakan setelah ditinggal ayah, terpaksa pindah ke rumah yang jauh lebih sederhana, bahkan saat wisuda kelulusan Jordan sengaja tak ikut hadir demi menemani bunda yang juga masih terpuruk, lagipula dia tak mau ditanyai perihal ayahnya oleh orang lain dengan tatapan kasian tentang nasibnya. Dia benci itu.

Tapi mau bagaimana pun hidup akan terus berjalan, saat ini yang dia punya hanya sang bunda begitu pun sebaliknya. Mencoba bangkit dari keterpurukan itu, mengesampingkan rasa hampa yang saat itu melandanya, Jordan bertekad untuk menjaga dan membahagiakan sang bunda seperti permintaan ayah dulu, "abang sebentar lagi mau jadi anak SMA, berarti abang sudah dewasa kan kalau gitu ayah boleh minta tolong ya"

"minta tolong apa yah?"

"tolong jagain bunda ya bang, kan ayah lagi sakit jadi tugas ayah sekarang diserahin ke abang, pokoknya abang harus jadi laki-laki yang kuat dan bertanggung jawab, oke?"

"oke yah, abang pasti jagain bunda kayak ayah hehe"

Dalam prosesnya, berkali kali Jordan dan bundanya mengalami kesulitan mulai dari kurangnya modal sampai pernah seharian tidak ada yang mau membeli dagangan bundanya. Ingin rasanya mengeluh karena rasa lelah yang melandanya, tapi Jordan selalu diingatkan kembali akan pesan ayahnya. Jordan sadar kalau saat ini prioritasnya adalah bunda.

Walau banyak hal menyedihkan saat itu, tapi ada hal-hal kecil yang membuatnya merasa bersyukur salah satunya adalah pertemuannya dengan kedua sahabatnya secara tak sengaja.

Saat itu Jordan ingat sekali, malam hari sekitar pukul 9 dia sedang dalam perjalanan pulang, ketika melewati jembatan dia melihat laki-laki yang seumuran dengannya seperti akan terjun dari sana. "wah gawat tuh orang mau bunuh diri kali" pikirnya.

Langsung saja dia berlari menghampiri orang itu berusaha mencegahnya, "heh kamu jangan bunuh diri..!!!" serunya, sedangkan orang itu hanya diam tak menanggapi, pandangannya masih lurus kedepan menatap aliran sungai.

"ayo turun, lo masih muda bro, jalan kita masih panjang, jangan nyerah gitu aja"

"lo tau apa tentang hidup gue, gak usah sok tau anjir..!!!"

"iya gue emang gak tau tapi tetep aja lo gak boleh bunuh diri, lo emang gak mikirin gimana sedihnya orang-orang yang sayang sama lo kalo lo bunuh diri"

Hening tak ada jawaban. "udah ayo turun, ntar gue traktir mie ayam" kata Jordan sambil menarik orang itu.

Sesuai janjinya, Jordan dan orang tadi berada di tempat penjual mie ayam. Untungnya hari ini dagangan kue miliknya terjual habis jadi dia bisa mentraktir entah siapa namanya. "bang mie ayam 1 ya"

"kok cuma 1, lo gak makan?"

"gak deh, gue makan dirumah nanti" setelah itu jordan pun menunggu orang itu makan.

Tiba tiba ada pengamen yang mendatangi meja mereka, kalau dilihat sepertinya masih muda mungkin beda 1-2 tahun darinya dan gayanya tidak seperti pengamen yang biasa dia lihat, jauh lebih bersih dan modis.

"misi kak" sapa pengamen itu sambil menyodorkan kantong yang langsung di isi uang 2000 oleh jordan. "makasih kak" kata pengamen itu lalu berpindah ke meja yang lain.

"oh iya kenalin gue Jordan, kalo lo siapa btw?"

"gue Sadewa"

"oke Sadewa gue balik ya, lo juga balik jangan niat bundir lagi bro"

"hmm, tapi gue gak mau balik"

"lah terus lo mau tidur dimana??"

"gue boleh numpang tidur di rumah lo gak?"

"hah?? Rumah gue kecil kamar tidur juga sempit"

"gapapa gue tidur dimana aja, gimana?"

"oke deh lo boleh nginep di rumah gue Wa"

Jordan pikir, daripada nanti Sadewa berniat bunuh diri lagi lebih baik ikut pulang ke rumahnya saja, pasti bundanya juga tidak keberatan.

"gue juga boleh ikut nginep dirumah lo gak?" tiba-tiba saja pengamen yang tadi dia lihat ada dibelakang mereka berdua. "hehe halo kenalin nama gue noah" kata pengamen iitu sambil cengengesan.

 "hehe halo kenalin nama gue noah" kata pengamen iitu sambil cengengesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"lo juga gak punya rumah?" tanya Jordan.

"gue kabur dari rumah, makanya tadi ngamen"

"pantes gayanya gak kaya pengamen" celetuk Sadewa.

"hehe, jadi gimana gue boleh ikut nginep kan?"

"hah, boleh deh"

"oke sip, jadi nama lo berdua siapa?"

"gue Jordan"

"Sadewa"

"gue Noah, salam kenal bro"

Berawal dari pertemuan aneh itu mereka bertiga akhirnya menjadi sahabat hingga saat ini. Jordan percaya bahwa pertemuan itu bukan hanya kebetulan, melainkan takdir yang sudah dirancang sebaik mungkin oleh Tuhan untuknya, Sadewa dan Noah.

Manusia hanya bisa merencanakan, sedangkan semua kehendak dan keputusan ada di tangan Yang Maha Kuasa. Tentunya setiap manusia sudah memiliki rencana sebaik mungkin, tapi Tuhan lebih tau apa yang terbaik bagi setiap hamba Nya.

Flashback off

Lakuna || Jungwon EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang