26. Umpan Noah

65 21 12
                                    

Siang ini Jordan sedang berada di Rumah Sadewa setelah pulang dari perpustakaan untuk pamit kepada Kak Raya, disana juga ada Noah tentu saja. Mereka berdua sedang rebahan di kasur sambil sibuk dengan ponsel masing-masing, sedangkan sang tuan rumah sedang fokus menatap layar laptop miliknya.

"Gue kalo jadi Sadewa kayaknya gak mungkin bisa, Dan" celetuk Noah ketika memandang Sadewa.

"Emang, lo gak cocok jadi CEO muda. Yang ada ntar bangkrut perusahaannya" jawab Jordan.

"Haha anjir lo. Gini-gini gue kalo serius bisa lah, besok kita kerja di perusahaannya dia aja apa ya??"

"Lah lo gak mau kuliah apa??"

"Emang lo mau kuliah??"

"Tadinya gak. Tapi bunda nyuruh gue kuliah, makanya gue keluar kerja biar bisa memperbaiki nilai gue"

"Owalah pantesan. Yaudah kalo lo kuliah gue juga kuliah deh hahaha"

Mendengar percakapan kedua temannya membuat Sadewa jadi ikut berpikir, “emang lo pada mau ngambil jurusan apa??” tanya Sadewa.

"Kalo gue mungkin Seni??" Jawab Noah.

"Gue gak tau, yang murah apa??" Tanya Jordan pada kedua temannya.

"Yang murah?? Mending lo cari beasiswa kalo gitu, Dan" saran Sadewa.

"Bener tuh" timpal Noah.

Beasiswa?? Kenapa Jordan tidak kepikiran sama sekali. Kalau dia dapat beasiswa pasti bundanya tidak akan kesulitan memikirkan biaya kuliahnya. Jadi, mulai saat ini dirinya akan lebih fokus untuk mendapatkan nilai yang lebih baik. Target Jordan semester ini adalah bisa masuk 10 besar, sebelum dia berhasil mengalahkan Noah yang selalu berada di tempat pertama.

Bicara tentang Noah, bukankah sudah jelas mengapa dia yang baru berusia 16 tahun justru sudah berada di kelas XI. Apalagi Noah lahir di penghujung tahun, seharusnya dia baru saja duduk di kelas 9 SMP.

Akselerasi adalah jawabannya, saat Noah masih kelas 4 dia mengikuti program akselerasi sehingga dia saat itu langsung naik ke kelas 6. Tapi setelah SMP dia tidak mau mengikuti program itu lagi, karena dia merasa akan kehilangan kesempatan untuk membuat kenangan indah masa sekolah.

Sedangkan Sadewa, seharusnya dia sudah duduk di kelas XII bersama dengan Ale tentu saja, tapi karena kejadian yang menimpa keluarganya saat Sadewa duduk di kelas 9 SMP harus membuatnya berhenti selama 1 tahun. Apa yang dia lakukan saat itu?? Menjadi CEO muda adalah jawabannya. Tapi, teman-temannya tidak ada yang tahu soal ini kecuali Jordan dan Noah.

Beranjak ke kediaman Bening, gadis itu kini berada di ruang keluarga sedang melakukan kegiatan rutin merawat pohon kaktus kesayangannya. Daripada melakukan perawatan kenyataannya justru Bening kini tengah melamun, memikirkan nasib percintaannya yang jalan ditempat menuju balik kanan. Mau maju tapi dia sudah keburu putus asa, mau mundur tapi sikap Jordan semalam membuatnya seakan memiliki harapan.

Andaikan dirinya benar-benar menjauhi pemuda itu, apakah Bening sanggup??? Padahal mereka berdua sudah terlanjur kenal dan dekat, ya walau gak terlalu dekat sih.

"Dek, itu tanamannya mati loh. Kok malah digunting sih" kata Ren yang baru saja turun dari kamarnya.

"Hah, ih Bening gak tahu"

Terlanjur. Satu dari dua tanaman kaktus miliknya sudah tergeletak tak berdaya menjadi dua bagian. Semua ini gara-gara Jordan dan Wilona yang terus bermunculan di kepala Bening, “Kakak, terus ini gimana nasib Rinjani, mati dong dia. Gabisa disambung lagi kak??” tanya Bening.

"Aduh, kakak gak tau masalah tanaman dek. Coba tanya yang lebih ahli"

"Siapa dong???"

"Itu depan rumah Noah banyak tanaman, siapa tau Yessy ngerti, coba kamu tanya dia"

"Oh iya ya. Ntar deh bening coba telpon Noah" yang disebut oleh Ren itu Yessy, malah Noah yang mau di telpon. Harap maklum namanya sedang gegana.

Setelah membereskan alat-alat perawatan kaktusnya, Bening kembali menuju kamarnya untuk menghubungi Noah, tak lupa Rinjani masih dia bawa bersamanya untuk Bening tnjukan kepada Noah. Panggilan video dipilih Bening sekalian mau curhat masalah Jordan.

"Noah lagi di rumah gak??" Tanya Bening begitu wajah Noah terpampang di layar ponselnya.

"Lagi di rumah Sadewa, Ning. Ada apa??"

"Yah, ini Bening mau tanya. Kaktus Bening gak sengaja ke gunting. Bisa dibenerin gak ya??" Ujar Bening sambil menunjukan Rinjani.

"Kok bisa ke gunting dah?? Setahu gue sih gak bisa, Ning. Coba lu tanya Kak Yes aja biar lebih jelas"

"Yaudah deh, oh iya Noah di tempat Sadewa sama siapa aja?? Masih lama??"

"Bertiga ada Jordan juga. Rencana sih mau nginep, kenapa??"

"Oh. Gpp. Nanti Bening chat aja deh. Udah dulu ya Noah, bye

“oke, bye

Begitu panggilannya berakhir, Noah pun bergumam, "lah ni anak kenapa nadanya tiba-tiba berubah dah. Apa masih galau??" Sengaja suaranya agak kencang biar Jordan yang berada di sebelahnya mendengar.

Noah juga tahu alasan kenapa gadis itu tiba-tiba ingin mengakhiri panggilan videonya. Tentu saja karena dirinya yang menyebutkan nama Jordan, jadi mereka berdua masih belum saling bicara pikirnya.

Sejak tadi Jordan sebenarnya mencuri dengar apa yang sedang dibicarakan mereka berdua, dalam hatinya dia merasa tidak terima, “apa-apan kok sama Noah ngomongnya biasa aja, giliran gue telpon semalem irit bener. Itu lagi ngapain coba pamer pohon kaktus mati, biar apa?? Sejak kapan sih mereka berdua deket?? Bukannya Noah lagi ngegebet kakak kelas??

"Lo kenapa Dan, ngeliatin Noah kok begitu banget??” suara Sadewa membuyarkannya.

"Orang biasa aja" elak Jordan.

"Sejak kapan lo deket sama Bening, No?? Lo gak ngegebet dua orang sekaligus kan??" Tanya Sadewa yang membuat Jordan merasa lega karena pertanyaannya terwakilkan.

"Gue dari jaman bocil juga udah deket sama Bening kali, lo lo pada aja yang gak tau. Tapi boleh juga tuh gue ngegebet Bening, yekan?" Jawab Noah yang sengaja menggoda Jordan.

"Maksud lo No?? Jangan jadi fucekboy ya lo. Abis bikin kakak kelas baper sekarang malah deketin Bening, biar apa gue tanya??" Cecar Jordan.

"Kalem bos, gausah ngegas gitu. Santuy lah" lerai Sadewa. Melihat itu semua Noah hanya tertawa merasa umpannya berhasil memancing target.

"Lo kenapa, Dan?? Kok kaya gak terima gitu?? Suka lo sama Bening?? Terus tweet lo yang kemaren sama cewek lain gimana?? Mana pake lope lope lagi" balas Noah dengan nada santai.

Mendengar penuturan Noah membuat Jordan terdiam tak mampu membalas perkataannya. Seolah tersadar akan apa yang baru saja dia lakukan.

Memangnya kenapa kalau Noah mau mendekati Bening?? Seharusnya dirinya tidak marah. Bukankah selama ini perasaannya masih untuk Wilona?? Tapi bukannya akhir-akhir ini dia yang dekat dengan Bening??

Sadewa hanya bisa menahan sabar melihat kelakuan dua sahabatnya itu. Yang satu tidak peka dengan perasaannya sedangkan yang lebih muda sedang terkekeh tidak jelas karena berhasil menjahili temannya. Tanpa diberitahu pun Sadewa sudah paham dengan situasi yang ada saat ini, sepertinya Jordan memang agak bodoh kalau urusan percintaan. Kadang dia bingung, kenapa Tuhan memilihkan Jordan dan Noah sebagai sahabatnya.

Lakuna || Jungwon EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang