21. Cerita Bunda

52 22 11
                                    

Pesan Jordan hanya dibalas dengan kata "gak papa Jordan, pengen aja" mungkin Bening memang sedang gabut waktu itu. Jordan juga tak mau memaksa, jadi lebih baik tak dia tanggapi lagi.

Hari ini dia sudah berada di Stasiun Kota, menunggu kereta yang akan mengantarkannya pergi menuju tempat dimana dirinya tumbuh. Masih ada waktu 30 menit sebelum jadwal yang tertera pada tiket. Rencananya dia akan langsung pulang malam nanti, kalau tidak sempat mungkin dia akan mencari masjid untuk menumpang tidur.

Kurang 10 menit akhirnya kereta yang ditunggu tiba, Jordan langsung mencari tempat duduknya. Jarak yang akan ditempuh Jordan memakan waktu selama 3 jam. Baru saja mendudukan diri, ponsel yang berada digenggaman Jordan berbunyi. Nama Noah tertera pada layar ponselnya, tak menunggu lama dia langsung menjawab telpon dari sahabatnya itu.

"ya No, ada apa??"

"lo udah berangkat??"

"iya, udah di kereta nih. Bentar lagi juga jalan"

"lah, lo berarti gak ketemu Bening??"

"mau ngapain gue ketemu dia??"

"dia tadi bilang mau ke rumah lo anjir"

"hah ngapain juga. Dia gak ada ngomong begitu ke gue"

"surprise katanya"

"mana gue tahu. Udah dulu keretanya mau jalan"

"oke deh. Hati-hati dijalan ye lo. Kabarin bunda kalo udah sampe"

"hm"

Selama perjalanannya pikiran Jordan selalu tertuju pada pembicaraannya dengan Noah barusan. Untuk apa Bening datang ke rumahnya, kenapa repot-repot sekali. Apakah gadis itu memang segabut itu sampai tak punya kegiatan lain selain merusuhi dirinya?

Tapi kalau memang benar Bening pergi ke rumahnya, seharusnya bunda sudah mengabarinya sejak tadi. Bahkan saat Jordan mengirimi bunda pesan perihal dirinya yang sudah otw saja hanya dibalas ucapan hati-hati di jalan. Tidak ada tuh bundanya bilang ada Bening main ke rumah. Mungkin Noah cuma bercanda saja. Sudahlah lebih baik dia tidur saja.




Sebenarnya Noah tidak berbohong soal Bening yang pergi ke rumah Jordan. Karena saat ini gadis itu sedang membantu bunda di dapur untuk membuat kue sesuai janji bunda tempo hari padanya.

Niat awalnya memang ingin bertemu bunda bukan Jordan, walau di satu sisi juga berharap bisa bertemu dengan pemuda itu. Tapi tak apa bisa lain kali, biarkan Jordan mengunjungi makam ayah nya.

Bening juga sengaja meminta bunda agar tak mengatakan apapun pada Jordan tentang kunjungannya. Toh Jordan sudah diberitahu oleh Noah tadi, ya kalau dia peka seharusnya dia sudah tahu. Tapi bisa Bening tebak kalau Jordan sendiri memang tipe cowok yang tidak peka, bukan?

Sambil menguleni adonan, Bening mendengarkan dengan seksama cerita bunda tentang bagaimana Jordan kecil tumbuh hingga saat ini. Tak lupa deretan foto masa kecil yang dipajang di ruang tengah rumah itu. Bening jadi ingin melihat bagaimana sosok Jordan saat kecil, andaikan dia dan Jordan bertemu lebih dulu apakah sikapnya akan berubah???

Semakin lama Bening semakin yakin akan perasaannya terhadap Jordan. Mungkinkah Jordan akan membuka hati untuknya? Bening harus yakin pada dirinya, selagi dia berusaha dan memilik perasaan yang tulus pasti Jordan akan melihatnya suatu hari nanti. Bening yakin itu, seperti yang dikatakan Kak Ren, Acha dan Jessi kepadanya.

Selesai dengan kegiatan memasak, kini Bening menunggu bunda yang sedang memanggang kue. Matanya tak lepas pada sosok yang berada didalam figura. Ada Jordan dengan seragam Taekwondo, "Bening gak tahu kalau Jordan jago Taekwondo" gumamnya sambil memperhatikan dengan lebih detail pada foto itu.

"abang dulu seneng banget bisa masuk Taekwondo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"abang dulu seneng banget bisa masuk Taekwondo. Ayah juga bangga banget tiap kali abang menang kejuaraan Taekwondo"

"tapi Bening gak pernah liat Jordan ikut ekskul bunda. Tau suaranya bagus aja baru kemaren lomba classmeeting. Apa Jordan dulu juga kayak gitu gak suka ikut ekskul?"

Ditanya seperti itu ekspresi wanda menjadi sedih. Melihat perubahan raut wajah bunda membuat Bening jadi tak enak sendiri, mungkin dia salah bertanya. "bunda kok jadi sedih, Bening salah ngomong ya?"

"gak kok, Bening gak salah. Bunda aja yang jadi sedih kalo inget gimana bedanya abang dulu sama sekarang"

Langsung saja Bening memeluk wanita yang berdiri disampingnya, "bunda jangan sedih ya, pasti nanti Jordan bakal balik lagi ceria kaya dulu"

"bunda gak tahu harus gimana, kemarin waktu ambil rapor juga kata wali kelasnya abang harus lebih rajin lagi. Padahal dulu abang anak yang rajin, bunda jadi merasa bersalah banget"

"bunda harus support jordan juga, nanti Bening pasti bantuin bunda kok. Oke bunda cantik"

"makasih ya Nening, beruntung banget bunda bisa kenal sama kamu nak"

"Bening yang makasih, bunda udah baik banget sama Bening, padahal kita baru kenal"

Siang itu, menjadi salah satu hari yang membahagiakan bagi Bening. Berhasil mengenal lebih dekat Jordan Mahardika langsung dari sang bunda.

Sesuai dengan janjinya dengan bunda, gadis itu akan membantu Jordan untuk kembali menjadi sosok yang hangat seperti dulu. Walau Bening sendiri belum tahu bagaimana caranya, mungkin nanti dia akan berkonsultasi dengan Noah.





Kereta yang dinaiki Jordan baru saja berehenti, Jordan pun segera beranjak keluar Stasiun. Langkahnya langsung menuju ke tempat pengkolan ojek yang tak jauh dari stasiun tadi.

"pak ojek"

"mau kemana mas"

Seetelah menyebutkan nama makam, Jorrdan pun berlalu menuju tempat sang ayah berada. Tak butuh waktu lama, kurang lebih 15 menit akhirnya Jordan sampai disana. Sebelum masuk dirinya terlebih dulu membeli bunga untuk ayahnya.

Dirinya kini telah berada di pusara sang ayah. Diletakan bunga itu depan nisan ayah, "ayah, maaf abang baru sempet dateng" ucap Jordan.

Pemuda itu langsung memanjatkan doa dengan khusyu untuk sang ayah. Sudah lebih dari dua tahun, tapi Jordan selalu tak bisa menahan air matanya sesaat setelah dia mulai membaca deretan.

Sebisa mungkin dirinya menahan tangisan, akhirnya Jordan berhasil menyelesaikan bacaan doa untuk ayah. Kembali menatap sendu pada makam ayahnya, puluhan kenangan bersama mulai muncul dibenaknya. Rasa rindu itu kembali menyeruak keluar setelah sekian lama disembunyikan olehnya.

"ayah, abang sama bunda sehat sehat. Abang juga selalu jagain bunda sesuai permintaan ayah. Jadi ayah gak perlu khawatir ya, abang bisa diandalkan kok" dirinya tersenyum seolah ayah sedang mendengarkan ceritanya.

"Yah, apa sikap abang selama ini salah ya, abang cuma pengen ngeringanin beban bunda. Tapi karena itu nilai abang di sekolah jadi turun, abang gak pernah lagi masuk 10 besar. Pasti bunda sedih kan yah, tapi abang harus gimana yah?" curhat Jordan.

Dibalik sikapnya itu, sesungguhnya Jordan tahu setiap kali bunda pulang dari sekolahnya untuk mengambil rapor, ada kesedihan yang terpancar dari raut wajah bunda.

Sejujurnya Jordan juga ingin membuat bunda bangga, tapi lagi-lagi Jordan tak bisa melakukannya. Bisa masuk sekolah tanpa terlambat saja dia sudah bersyukur. Haruskah dia mulai berubah untuk lebih rajin lagi dalam belajar?

Lakuna || Jungwon EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang