16. Pengawal

260 62 7
                                    

"Jadi... ini polisi yang dimaksud pak Dayat?" Ucap Nadya pada Nina. Tapi matanya kini melihat seorang polisi yang tadi pagi baru dilihatnya itu.

Dimas menatap kearah lain. Entah kenapa dia malah menyetujui ucapan pak Ketua tadi. Lagian dia bisa apa? Rekan tim nya juga menyetujui itu. Malah menyuruhnya untuk bersantai-santai saja. Mungkin kalau tidak ada pak Anton dia tidak akan meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menjadi pengawal.

"Mas pacar?" Dimas sedikit melirik kearah Nadya. "Eh? Bukan ya? Jadi aku harus panggil apa nih? Pak pengawal?" Nadya malah tertawa. Lucu aja gitu pacar pura-puranya itu menjadi pengawalnya.

"Panggil saya senyaman anda. Saya hanya menuruti perintah atasan." Ucap Dimas formal.

"Katanya panggil senyaman aja. Kenapa formal begitu coba?"

"Ya kau maunya apa?" Nadya malah berdiri dan berjalan mendekati Dimas.

"Kayak biasa? Mas?" Nadya tersenyum tepat di depan Dimas.

Bolehkah Dimas terpesona? Sinar matahari pagi ini begitu menyilaukan. Sampai senyuman seperti itu membuat matanya tidak bisa melihat dengan jelas.

"Terserah." Dimas tau kalau Nadya sedang mempermainkannya.

Saat ingin bicara lagi, salah satu kru memanggil Nadya. Sepertinya dia akan segera memulai adegan drama lagi. Nadya berbalik dan mengangguk pada kru itu sambil tersenyum. Setelah itu dia kembali  menatap Dimas.

"Tunggu sebentar ya. Ini nggak akan lama." Nadya pun berbalik dan mulai melangkah. Tapi baru satu langkah dia kembali berbalik mendekati Dimas. Dengan gerakan cepat Nadya mengecup pipi Dimas.

Cup!

Dimas mematung. Oh ya jangan lupakan Nina. Dia sejak tadi berdiri disana menyaksikan semuanya. Dan terjadi lagi, matanya ternodai sekali lagi.

Nadya mengedipkan sebelah matanya pada Dimas. "Lihatin aku terus ya.." Ucapnya sambil tersenyum. Lalu dia berjalan meninggalkan Dimas dan Nina yang terdiam akibat ulahnya.

"Wah.. semangat sekali dia hari ini." Ucap Nina.

Sebelah tangan Dimas kini memegang pipi kanannya yang menjadi korban kecupan gadis itu. Apa-apaan ini? Mereka baru berpacaran pura-pura, tapi gadis itu sudah melakukan itu? Gimana kalau beneran, apa mungkin lebih dari itu? Dimas langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Maaf, bisa tunjukkan saya dimana lokasinya?" Ucapnya pada Nina.

"Oh, mari saya antar." Nina pun berjalan mendahului Dimas. Dimas segera mengikuti langkah manajer Nadya itu.


☆☆☆☆


Dimas terus menatap Nadya yang kini sedang berakting di depan sana. Dia kini berdiri di belakang sutradara dan di samping Nina. Dialog kali ini lebih panjang dari yang tadi. Dimas kagum dengan gadis itu. Dia benar-benar sangat berbakat dalam akting. Dia terlihat berbeda sekarang dibanding sifat aslinya.

"Mau kopi?" Tawar seseorang dari sampingnya.

Dimas pun menatap gadis itu. Sepertinya Dimas pernah melihatnya. Ah, dia rekan kerja pacarnya. "Terima kasih." Dimas pun mengambil secangkir kopi dari tangan gadis itu.

"Masih ingat saya kan?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Ya... anda nona Dela kan?" Ucap Dimas setelah mengingat nama gadis itu.

"Saya kira anda bakal lupa. Kan anda tau sendiri pesona Michela bisa membuat pria lupa segalanya." Ucapnya sambil terkekeh diakhir kalimat.

Disini Dimas bingung harus membalas seperti apa. "Ahh tidak juga." Ucap Dimas seadanya.

My Arrogant Queen ✔ | Takdir Mempertemukan Kita | [Wonsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang