Hai gaes!!!
Aku up lagi nih! Hehe
MAQ akan tamat dalam waktu dekat. Jadi kayaknya aku bakal sering update hehe
Oke langsung aja dibaca gimana keseruan selanjutnya. Cusss!!!!
"Apa?" Nadya tak terpikirkan Dimas akan mengakhiri hubungan mereka tiba-tiba seperti ini.
"Kenapa?" Nadya menatap Dimas yang masih menunduk. Lalu gadis itu tertawa kecil. "Kenapa pula aku tanya begitu. Hubungan kita memang bisa berakhir kapan saja kan?" Walau itu kenyataan tapi entah kenapa matanya terasa panas.
Dimas menoleh kesamping. "Aku mulai besok aku akan berhenti dari kepolisian dan mulai sibuk bekerja di perusahaan ayah."
Nadya mengangguk. Tapi kenapa Dimas mengatakan itu semua padanya kalau ingin mengakhiri hubungan mereka? Dan kenapa pula tadi pria itu mengakui dirinya sebagai calon istrinya?
Sebelah tangan Dimas meraih tangan Nadya. "Aku mau mengakhiri kepura-puraan kita sejak awal. Aku nggak mau kedepannya ada salah paham dalam perasaan kita." Dimas menatap lembut mata Nadya.
Apa ini maksudnya? Kenapa pria dihadapannya ini berkata seperti itu?
"Nadya.. aku akan bertanggung jawab padamu. Kalau pun memang kamu hamil, aku sebagai ayahnya akan bertanggung jawab." Ucapnya sambil mengusap lembut punggung tangan Nadya.
"Tanggung jawab? Apa maksud kamu? Kenapa pula aku hamil?" Karena lelah sepertinya Nadya tidak bisa mencerna ucapan Dimas.
"Iya. Aku bakal mempertanggung jawabkan seluruh hidup kamu. Karena malam itu--"
Sebelah tangan Nadya menutup mulut Dimas. Dimas menatap gadis itu bingung. "Malam itu? Kamu beneran nggak ingat? Kamu itu dateng ke kamar aku cuma tidur doang. Nggak inget?"
Mata Dimas berkedip berkali-kali. Tangan Nadya perlahan turun dari mulut Dimas. Dimas mencoba mencerna ucapan Nadya barusan.
"Kamu nggak lakuin apapun. Aku kemarin cuma ngerjain kamu karena kamu marah-marah sama aku jadi aku mau balas dendam." Nadya menundukkan kepalanya.
"Aku tau kamu sebenarnya mau akhiri hubungan ini. Aku tau kita nggak seharusnya sampai kejenjang yang serius karena dari awal kita juga nggak serius." Setelah menarik nafas Nadya mengangkat pandangannya.
"Memang lebih baik kita akhiri hubungan ini. Terima kasih udah selalu nolongin aku. Makasih juga udah selalu lindungi aku selama ini. Aku harap kamu bisa nemuin pasangan yang cocok untuk kamu." Tangan Nadya terulur menarik klop pintu mobil disampingnya.
"Nadya, tunggu dulu. Maksud aku bukan--"
"Maaf juga udah bikin kamu merasa bertanggung jawab. Tapi serius, kamu nggak harus berpikir begitu. Kamu jaga diri baik-baik ya. Makasih tumpangannya." Nadya memilih turun setelah mengucapkan kata-kata seperti itu.
Dimas berusaha menahan tangan Nadya tapi tidak berhasil karena kejadiannya cukup cepat. "Nadya, tunggu--"
Brrakk!
Mobil itu kembali diselimuti keheningan. Dimas menghela nafas. Dari balik kaca mobil ini dia menatap punggung sempit Nadya yang terus berlari kearah rumahnya.
"Hahh.. kenapa jadi kayak gini?"
☆☆☆☆
Sudah setengah jam berlalu suara tangis Nadya tak kunjung berhenti. Dia memilih menangis di sudut kamarnya sambil berjongkok dilantai. Dia terus menatap jendela besar dihadapannya yang menghadap ke depan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Queen ✔ | Takdir Mempertemukan Kita | [Wonsung]
Roman d'amour[LENGKAP] "Hiks!" Perempuan itu berjongkok sambil menangis di kegelapan. Seorang pria yang baru selesai makan malam saat itu mendengar suara aneh berasal dari kegelapan disamping restoran itu. Pria itu mulai mendekat keasal suara. Dia terkejut melih...