23. Amarah

243 56 7
                                    

Hai gaes!!!

Eheeee aku double update! Hehe

Karena kali ini aku lagi semangat semangatnya buat book ini. Yah pokoknya gitu.

Oke langsung aja di baca yaaaa😄





Nadya dan Dimas pulang ke rumah Nadya. Mereka mengantar mama Nadya dan Nadhif pulang dulu barulah mereka pulang. Selama perjalanan pulang, mereka hanya diam. Dimas yang masih bingung dan marah dengan keputusan Nadya. Dan Nadya yang takut untuk mengeluarkan suara.

Sampai di rumah Nadya yang membukakan pintu. Tapi Dimas yang langsung bergegas masuk membuat Nadya sedikit takut. Pria itu membantingkan jaketnya ke sofa dengan emosi yang belum pernah Nadya lihat sebelumnya.

"Kenapa marah sekali? Pernikahan itu nggak ada apa-apanya. Hanya mengikat janji antara kedua insan. Sisanya seperti biasa saja." Ucap Nadya. Dia mencoba untuk bersikap seperti biasanya.

Nadya memilih duduk di sofa setelah meletakkan tas kecilnya. Dimas langsung berbalik dan menatap Nadya.

"Iya, pernikahan itu nggak ada apa-apanya. Tapi, harus banget bohong kayak gitu? Sebenarnya apa sih yang kamu pikirin tadi? Bukannya dari awal kamu nggak mau menikah? Kenapa jadi begini?" Dimas tak masalah dirinya menikah. Tapi, kejadian setelah menikah nanti yang jadi permasalahannya. Dan juga. Kebohongan Nadya tadi membuatnya tidak tenang.

"Iya. Itu salah aku. Nggak seharusnya aku ngomong kayak gitu. Tapi, aku punya alasan sendiri. Dan.. dan tadi itu aku nggak pikir panjang dan asal jawab saja." Itu benar. Karena gara-gara sesuatu hal yang dilihatnya sebelum itu membuatnya tidak berpikir dengan jernih.

Dimas menghela nafasnya kasar. Sebelumnya dia tidak pernah merasa seemosi ini. Saat dia bertengkar dengan ayahnya saja dia tidak seperti ini. Entah kenapa dadanya terasa sesak karena masalah ini.

"Kamu emang tipe orang yang nggak perduli dengan kehormatan ya? Apa mungkin alasan si Kevin itu ngejer-ngejer kamu kayak gitu karena kamu duluan yang goda-goda dia?" Ucapan Dimas terdengar meremehkan gadis itu.

"Apa?" Nadya yang tadinya asik melihat kukunya kini beralih menatap Dimas dengan tatapan tak percaya.

"Kan mungkin aja pria itu juga dulu sama seperti saya yang sekarang. Dijebak oleh gadis sepertimu." Kini tatapan Dimas terasa lebih dingin. Dia benar-benar seperti merendahkan Nadya.

Mata Nadya sekarang terlihat berkaca-kaca. Tapi dengan sekuat tenaga Nadya menahan itu. "Kamu serius ngomong kayak gitu?" Tanya Nadya tak kalah dingin. Walau terdengar bergetar, suara Nadya jelas berubah dari yang tadi.

"Ya. Karena kau itu mampu untuk melakukannya." Ucapan Dimas yang ini benar-benar membuat Nadya emosi.

Tanpa menunggu lagi Nadya mengambil tasnya lalu bangkit dan berjalan cepat menuju kamarnya. Sungguh. Dia tidak mau melihat Dimas sekarang. Kata-kata Dimas benar-benar menyakiti hatinya.

Dimas menatap kepergian gadis itu. Tadi dia juga sempat melihat mata Nadya yang berkaca-kaca. Apa dia sudah keterlaluan? Tapikan memang benar kalau gadis itu salah. Entahlah. Rasanya Dimas ingin sendiri sekarang.



☆☆☆☆



Dihari minggu yang seharusnya dipakai untuk bersantai, atau berkencan dengan pacar. Kini Roni tidak bisa memakai hari tenangnya ini. Roni menghela nafasnya sambil menatap sang atasan sekaligus sahabatnya ini.

Kenapa juga temannya ini datang dihari minggu kerumahnya dalam kesedihan seperti ini? Dimas sudah menceritakan segalanya pada Roni. Yang awalnya Dimas ingin menutupi kalau dirinya hanya berpura-pura berpacaran dengan Nadya, kini sudah dia ceritakan segalanya.

My Arrogant Queen ✔ | Takdir Mempertemukan Kita | [Wonsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang